Bitung, BeritaManado.com – Advokat muda Kota Bitung, Michael Remizaldy Jacobus SH MH ikut menanggapi pernyataan Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andikoterkait motif kematian Kematian Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur, AKBP Buddy Alfrits Towoliu.
Menurut Michael, kesimpulan awal penyelidik soal kematian AKBP Buddy Alfrits Towoliu masih terlalu dini dan masih banyak misteri yang harusnya diungkap.
Apalagi kata Direktur MRJ Law Office ini, kesimpulan kematian Buddy disebabkan bunuh diri karena stress akibat sakit adalah kesimpulan yang tidak komprehensif serta belum dapat diterima secara logis.
“Ia kan seorang Polisi yang sudah menangani multi kasus, sehingga kalau stress karena penyakit dan memutuskan bunuh diri, sangat tidak masuk akal. Sakitnya juga kan sudah dilakukan terapi lewat operasi, sehingga tidak masuk akal jika Pak Buddy menjadi stress dan memutuskan mengakhiri hidupnya,” kata Michael, Minggu (30/4/2023).
Michael yang juga Ketua LBH Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Sulawesi Utara ini juga mengatakan, seharusnya keterangan paman korban, Cyprus A Tatali dibeberapa media tentang adanya telepon kepada korban satu jam sebelum peristiwa kematian menjadi pintu masuk bagi penyelidik.
“Harusnya kesimpulan penyelidik bukan langsung ke sakitnya Pak Buddy, melainkan perlu digali keterangan dari siapa yang menjumpai beliau untuk yang terakhir kali, sehingga bisa menggambarkan keberadaan aktualnya,” katanya.
“Siapa yang bersama almarhum terakhir kali harus digali keterangannya. Selanjutnya, siapa yang saling telepon dengan almarhum dan apa yang dibicarakan akan jadi pintu masuk untuk mengungkap misteri kematian Pak Buddy,” sambungnya.
Dan, jika benar almarhum stress, lanjut Michael, seharusnya keterangan kondisi mental almarhum dapat digali dari keluarga.
“Akan tetapi dalam kasus ini keluarga tidak melihat ada tanda-tanda depresi, sehingga jadi aneh kalau orang internal kepolisian kelihatannya lebih memahami suasana kebatinan almarhum dan bukan isteri dan keluarga dekatnya,” katanya.
Apalagi, lanjutnya, yang menjadi penyebab depresi karena sakit almarhum menurut penyelidik. Padahal, seharusnya keluarga yang lebih tahu.
“Namun jika keluarga sendiri tidak sependapat dengan kesimpulan tersebut, maka pihak kepolisian harus bekerja keras menyingkapkan kasus ini,” katanya.
Kandidat doktor Fakultas Hukum Universitas Trisakti ini juga menambahkan, harus belajar dari kasus Sambo yang terkesan pihak kepolisian terlalu cepat menarik kesimpulan yang belakang bertolak belakang dengan kejadian sebenarnya.
“Publik sudah sangat kritis menilai rasionalitas perkara, bahkan pasti akan menanti kepastian hukum atas peristiwa ini dengan cermat. Karena itu, Saya berharap pihak kepolisian harus belajar dari kasus Sambo, dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan sebelum berusaha optimal menyelidiki perkara ini,” katanya.
Sementara itu, AKBP Buddy Alfrits Towoliu ditemukan di pinggir rel kereta api di sekitar Pasar Enjo Jatinegara Jakarta Timur dalam keadaan tak bernyawa.
Saat ditemukan, jasad Buddy Alfrits Towoliu masih berseragam polisi.
(abinenobm)