Manado, BeritaManado.com — Semakin bertambahnya jumlah pasien yang diduga terpapar Virus Corona (COVID-19) di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) membuat Ketua Lembaga Pusat Studi Otak Perilaku Sosilk Dr dr Taufiq Pasiak angkat suara.
Menurut Ketua MUI Sulut ini, fenomena COVID-19 di Sulut menimbulkan sejumlah fenomena di masyarakat dan menyimpulkan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melindungi diri.
“Apapun mereka lakukan. Selain pakai masker dan cuci tangan mereka juga minum alkohol, daun sirih, tabako dan lain-lain. Benar salahnya tindakan itu soal nanti. Bahwa mereka aware terhadap keadaan itu bagus. Juga sebagian kecil masyarakat sudah bikin karantina keluarga. Mereka siapkan kebutuhan yang dibutuhkan dengan sesekali keluar rumah untuk berbelanja. Ini artinya, mereka sudah antisipasi jikalau ada karantina pemerintah,” ungkap Taufiq Pasiak yang juga Ketua Lembaga Yayasan Semesta Otak Indonesia ini.
Lebih lanjut dikatakan Taufiq Pasiak, fenomena itu juga menimbulkan masyarakat-masyarakat terdidik mendiskusikan hal yang lebih mendasar.
“Kata mereka, kalau karantina mandiri maka kita rakyat yang susah. Karena semua harus kita tanggulangi sendiri. Pemerintah membiarkan kita. Mereka harapkan pemerintah bikin karantina saja sehingga semua kebutuhan di bawah tanggung jawab pemerintah. Itu baru pemerintah kata mereka. Kami rakyatmu. Mosok dibiarkan kami urus diri kami sendiri disaat susah begini sementara kalian pemerintah bisa membantu kami,” ujarnya seraya menambahkan masyarakat juga meminta pemerintah karantina saja asalkan jamin kehidupan mereka dalam 2 minggu ke depan.
“Dan itu harus didengar oleh pemerintah,” tegasnya.
Untuk itu, dengan adanya tanda-tanda seperti yang disebutkan tadi, kata Pasiak, pemerintah harus melakukan langkah konkrit dengan tanda peningkatan kasus.
“Karena kesiapan tenaga medis tidak bisa optimal karena keterbatasan alat dan SDM. Rakyat masih banyak yang mengais makanan untuk kebutuhan hari hari. Bandara masih terbuka bebas,” tuturnya.
Sehingga, tambahnya, pemerintah harus membatasi kontak termasuk menutup bandara untuk penerbangan komersial.
“Intinya menyiapkan kebutuhan untuk rakyat kecil,” tutup Pasiak.
(AnggawiryaMega)