Refleksi Iman: Filipi 4:1-9
Saat bangun dari tidur “aurora” (cucu) menyapa di tempat makan, “opa hari ulang tahun beking ulang leh…?” (padahal baru kemari merayakan hari ulang tahunnya ke-4).
Anak kecil “polos” ini punya alasan sebab dia sangat senang walau terbatas dengan COVID-19, dia melihat ada kado, balon-balon serta dekorasi desain “ala” Frozen, teman-teman yang terbatas dan keluarga.
Perasaan senang, sukacita tidak dibatasi dengan ruang dan waktu sebab bagi anak anak hal itu yang diingini tanpa peduli dengan berbagai tantangan dan tuntutan hidup bahkan materi.
Dalam Markus 10:13-16, anak-anak adalah gambaran tentang “kerajaan Allah” dan Yesus mengajak kita belajar seperti anak-anak (Mat 18:3).
Tahun 250 ada seorang anak bertumbuh dalam keluarga Mesir yang kaya, saat usia 20 tahun Antonius harus kehilangan orang tuanya, ia belajar tentang Yesus dan menemukan perbedaan sukacita yang didapati secara materi dari keluarganya dan “sukacita” di dalam Tuhan.
Ia meninggalkan kekayaannya, membagi-bagikan kepada orang lain, dia melakukan “penyangkalan diri” (pertapa), dia pernah tinggal didalam benteng tua selama 20 tahun tanpa menemui manusia, orang-orang melempar makanan dalam tembok dan membangun tenda-tenda disamping untuk belajar bersemedi, berpuasa dan berdoa.
Antonius dikenal sebagai penasehat spiritual mereka. Tahun 350 dia melawan ajaran sesat “arius” dan Kaisar Konstantin-pun meminta nasihat spiritual kepadanya.
Antonius wafat diumur 105 tahun dalam keadaan sehat pikiran dan jasmani.
“Hidup secara kristenpun sama salehnya dengan mati untuk kekristenannya.”
Artinya dalam penderitaan, pencobaan dan penyangkalan diri kita dapat menemukan “sukacita” didalam kristus.
(Yak 1:12) “berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan.”
Bersatu hati dalam pekabaran injil
Dalam Kitab Filipi 4:1-9, Rasul paulus menasehati umat dengan kata awal “karena itu” sebuah kata sambung yang memberi keterangan sebelumnya.
(lih psl 3:2) Bahwa ada ancaman-ancaman melawan ajaran palsu, bahaya Yudais dan mereka menolak hal “parousia” (masa depan) dan kebangkitan dimasa depan (band psl 3:10 dan 20-21) ciri-ciri “gnostik” dan ini Paulus merasakan dalam tantangannya seperti kelompok yang sama di Galatia.
Oleh sebab itu Lima sapaan (lih ay 1) yang begitu dalam perasannya kepada sahabat-sahabatnya begitu penuh harap, agar dalam menghadapi bentuk-bentuk perpecahan-perpecahan dalam gereja Filipi.
Paulus tidak menginginkan pertengkaran antara Euodia dan Sintikhe, dua perempuan (ay 3 “mereka” bhs Yunani Autais bentuk “feminine”).
Sebab itu akan merusakan kesaksian gereja.
Paulus meminta Sunsugos (kawan sekerja) supaya menolong mereka “bersatu hati” sebab mereka telah berjuang dalam pekabaran injil dengan beberapa orang termasuk “klemens”.
Sepertinya pertengkaran tersebut hanya “perbedaan pendapat” yang bagi Paulus sangat disayangkan karena mereka dan yang lain adalah orang-orang pilihan (tercatat dalam kitab kehidupan).
Paulus juga pernah berbeda dengan Barnabas (Kis.!5:35-16:3) Paulus dengan Petrus di Antokhia (Galatia 2:11-14).
Perbedaan tidak selamanya membawa konflik, sebab dengan berbeda kita saling menghargai dan melengkapi satu dengan yang lain, keutuhan Rumah Tangga, kuatnya pertemanan dan organisasi, hebatnya sebuah persekutuan termasuk gereja adalah dibangun dengan saling “bersatu hati.”
Terlebih menghadapi pilihan pilihan hidup kita, apalagi berhadapan dengan perbedaan ras, suku dan agama.
Kita tidak bisa mengklaim didunia ini hanya satu pikiran yang bisa hidup.
Begitupun terhadap pilihan-pilihan politik kita akan berhadapan dengan tawaran dan tantangan.
Semua perbedaan adalah bagian dari dinamika hidup yang harus kita terima bukan kita paksakan dengan meremehkan, melecehkan dan saling menjatuhkan.
Paulus mengingatkan untuk menonjolkan kebaikan kita (ay 5) agar diketahui semua orang, bukan dijadikan kesombongan tetapi dijadikan kesaksian bagi orang lain untuk dapat juga mereka mengambil bagian dalam kesaksian yang sama kepada Tuhan.
Kebaikan bukan saja hal yang bersifat materi, tapi dalam menghadapi penderitaan kita tetap bersyukur, tidak kuatir (ay 6) melainkan menjadi berkat dalam doa dan keinginan kita kepada Allah, saling membantu dan peduli dengan yang lain.
Dengan demikian kita dapat bersaksi dengan tingkah laku kita. Inipun yang diingatkan Paulus terhadap ancaman yudais dan pikiran yang menginginkan “kesempurnaan” (lih psl 3:12-21).
Padahal bagi Rasul Paulus apapun tingkat kesempurnaan kita bila tidak dibuktikan dengan tingkah laku kita itu adalah sia-sia.
Oleh sebab itu “semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut dengan kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semua itu…” (ay 8).
Bersukacitalah di dalam Tuhan
Bersukacitalah di dalam Tuhan (ay4) adalah seruan yang berulang ulang dari pasal pasal sebelumnya yang menjadi ciri khas kitab Filipi ini dan seruan ketiga ini sepertinya untuk menegaskan bahwa Tuhan sudah dekat.
Artinya pergumulan pasal ini untuk mengharapkan agar kawan sekerja dan gereja saat itu adalah “dekat dengan Tuhan” sambil menanti kedatangan Yesus yang kedua.
Paulus mengalami penganiayaan bersama umat di Filipi (1 tes 2:2) tetapi mereka tetap setia di dalam Yesus.
Itu sebabnya dia tau penderitaan mereka namun bisa memberi dalam sukacita, terhitung ada dua kali mereka membantu Rasul paulus (lih 4:16).
Dalam keterpenjaraan Rasul Paulus menulis surat untuk menyatukan dan menghibur serta mengkuatkan. Bersukacitalah didalam Tuhan!
Ditengah-tengah menghadapi pergumulan covid-19, seruan Paulus bagi orang percaya tetap relevan untuk “bersukacitalah didalam Tuhan..!” agar gereja tetap konsisten terhadap panggilan pelayanan.
Untuk menjadi berkat bagi dunia sekalipun kita harus menghadapi penderitaan.
Marilah belajar dengan “sapaan sukacita” Rasul paulus, yang diikuti “penyangkalan diri” Antonius, dan bagaimana sikap anak-anak yang ingin terus bersuka-citadalam hati mereka.
“Jadi apa yang dipelajari, dan yang telah kamu terima dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat kepadaku, lakukanlah itu. Karena Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu”
Batusaki, Minggu 3 Juni 2020
Pdt Lucky Rumopa