Manado, BeritaManado.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah melaksanakan Sidang Pleno Terbuka Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilihan Umum Tahun 2024, di kantor KPU, pada Selasa (14/11/2023) malam.
Berdasarkan pengundian tersebut, KPU menetapkan Nomor Urut 1: H. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. dan Dr. (H.C.) H. A. Muhaimin Iskandar, Nomor Urut 2: H. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Nomor Urut 3: Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. dan Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. seperti tertuang pada Berita Acara Nomor 1635/PL.01-BA/03/2023.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat Politik Sulawesi Utara, Josef Kairupan, mengatakan bahwa secara teoritis, dalam sistem pemilu proporsional terbuka, nomor urut berapa pun bagi pasangan capres dan cawapres memiliki peluang dan kans keterpilihan yang sama.
“Karena penentuan kemenangan adalah keterpilihan dari jumlah suara yang diperoleh,” tukas Josef, kepada wartawan BeritaManado.com, Rabu (15/11/2023).
Menurut Dosen Fisip Unsrat Manado ini, faktor popularitas dan akseptabilitas paslon yang akan menentukan tingkat elektabilitasnya.
Walaupun, kata Josef, harus juga diakui bahwa dalam beberapa kelompok masyarakat memiliki sistem sosial, dan tatanan adat istiadat budaya yang berkembang, dimana angka memiliki arti khusus.
“Sehingga dengan nomor urut setidaknya dapat membentuk opini masyarakat, bahwa nomor yang ini atau itu merupakan nomor yang paling baik,” ungkap dia.
Selain itu, Josef Kairupan menilai, hal ini bisa juga berdampak pada kemudahan untuk sosialisasi bahkan dalam melakukan komunikasi politik antara kontestan dengan konstitiuennya.
“Penggiringan opini terhadap nomor urut juga akan memberikan kemudahan kepada masyarakat pemilih untuk hanya dapat mengingat nomor urut saja ketika memberikan suaranya di dalam bilik suara,” ucap Josef.
“Karena bisa saja nama yang akan tercetak di kertas suara adalah nama lengkap beserta gelar paslon yang mungkin tidak familiar, sehingga dengan hanya mengingat nomor urut dapat membantu pemilih untuk memilih kandidat yang menjadi pilihannya,” kata dia.
Namun ia pun mengingatkan, terkadang nomor urut juga bisa dijadikan roasting politics yang tujuannya justru untuk menyerang paslon yang lain.
“Bagi beberapa kelompok masyarakat yang fanatik dengan angka hal ini akan mempengaruhi pilihan mereka,” pungkasnya.
TamuraWatung