Bitung – Pemkot Bitung dinilai lebih memilih diam dan cuci tangan terkait proses pembangunan tol di lokasi hutan adat Danowudu atau mata air Aerujang.
Buktinya, Pemkot Bitung tak bereakasi ketika sumber mata air bagi ribuan kepala keluarga di Kota Bitung menjadi salah satu lokasi yang akan dilalui tol Manado-Bitung, yakni STA 30+000.
Akibatnya, sikap Pemkot itu mendapat kritikan dari aktivis pemerhati budaya Sulut, Rocky Oroh.
“#SaveAerUjang #ForPemkotBitung Bedakan kritik merusak dan kritik membangun. Pemkot Bitung jangan cuma pintar lempar bola/cuci tangan terus jika ada masalah. Pemkot Bitung harus berani dan bertanggung jawab. Jangan nanti masalah sudah selesai baru tunjung diri jadi pahlawan. Lokasi tol harus digeser dari lokasi aer ujang. Mata air, aer ujang dan sekitarnya itu situs yang harus dijaga dan dilestarikan. Ribuan orang Bitung menggantungkan kebutuhan air dari lokasi ini. Jangan hanya aspirasi mafia perikanan yang disuarakan terus, kawal, jaga dan lindungi juga aspirasi rakyat soal perlindungan situs. Kase tunjung betul-betul itu semangat RESTORASI dan MAMA HEBAT ! Jangan cuma di mulu,” tulis Rocky lewat status facebooknya beberapa waktu lalu.
Sementara itu, roses pembersihan lahan di lokasi hutan adat Danowudu atau mata air Aerujang untuk pembangunan tol Manado-Bitung menjadi sorotan Pecinta Alam dan pemerhati budaya Kota Bitung.
Proses pembersihan lahan menggunakan dua alat berat sudah dilakukan dengan pengawalan Polres Bitung dan sejumlah pejabat Pemkot Bitung tanggal 22 Desember 2018, dan sempat mendapat penolakan dari masyarakat adat Danowudu.
(abinenobm)