Manado-Antrian Masyarakat untuk memeperoleh Minyak Tanah (MT) di Manado, menjadi pemandangan belakangan ini di Kota Manado. Tak pelak antrian-antrian di beberapa kelurahan memicu kemacetan, bahkan kericuan antar warga.
Menanggapi masalah tersebut, Gerdy Worang yang merupakan Pakar Ekonomi mencoba menangapi persoalan kelangkaan Minyak Tanah ini secara elegan.
“Pada prinsipnya Minyak Tanah (MT), sangat berhubungan erat dengan kemasyalawatan masyrakat kecil. Sebab minyak tanah ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” Kata Worang pagi tadi.
Worang kemudian mengeluarkan kritikan terhadap Pemerintah Pusat dalam hal ini pihak Pertamina. Yang dinilainya tidak bijak dalam melakukan manajemen terkait dengan kebijakan pengurangan Minyak Tanah (MT) ini. Sebab yang dilakukan oleh pihak pertamina (konversi MT ke Gas) dalam hal ini sudah masuk pada ranah manajemen perubahan.
“Program konversi ini sudah masuk ranah manajemen perubahan. Namun yang menjadi permasalahan saat ini, Pemerintah bersama Pertamina tidak tau memenage perubahan. Ini bisa dilihat dari waktu utk berubah (konversi dari MT ke Gas) sangat singkat waktunya, yaitu kurang dari 5 tahun,” lagi kata Worang.
Pada posisi ini, masih Worang “Rakyat tidak mendapatkan pilihan selain mengganti dengan tabung gas 3kg yang lebih mirip dg pendistribusian “bom” ke rumah-rumah masyarakat di Indonesia,” Lanjut akademisi Fakultas Ekonomi Unsrat ini.
Menurut Worang, “Semestinya Pemerintah melakukan perubahan secara perlahan karena minyak tanah menyangkut kehidupan rakyat yang berpendapatan rendah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Caranya bagaimana? Pada posisi ini Pemerintah harus mengurangi subsidi (yang katanya 75%), berangsur angsur turun 60%, kemudian 50% dan seterusnya untuk waktu 10 tahun,” Sarannya.
“Dalam dunia Manajemen Ekonomi, Ini dinaman Gradual Change, bukan seperti saat ini yang terkesan mengunakan Radical Change,” Tutup kandidat Doktor Australia ini.(gn)
Manado-Antrian Masyarakat untuk memeperoleh Minyak Tanah (MT) di Manado, menjadi pemandangan belakangan ini di Kota Manado. Tak pelak antrian-antrian di beberapa kelurahan memicu kemacetan, bahkan kericuan antar warga.
Menanggapi masalah tersebut, Gerdy Worang yang merupakan Pakar Ekonomi mencoba menangapi persoalan kelangkaan Minyak Tanah ini secara elegan.
“Pada prinsipnya Minyak Tanah (MT), sangat berhubungan erat dengan kemasyalawatan masyrakat kecil. Sebab minyak tanah ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” Kata Worang pagi tadi.
Worang kemudian mengeluarkan kritikan terhadap Pemerintah Pusat dalam hal ini pihak Pertamina. Yang dinilainya tidak bijak dalam melakukan manajemen terkait dengan kebijakan pengurangan Minyak Tanah (MT) ini. Sebab yang dilakukan oleh pihak pertamina (konversi MT ke Gas) dalam hal ini sudah masuk pada ranah manajemen perubahan.
“Program konversi ini sudah masuk ranah manajemen perubahan. Namun yang menjadi permasalahan saat ini, Pemerintah bersama Pertamina tidak tau memenage perubahan. Ini bisa dilihat dari waktu utk berubah (konversi dari MT ke Gas) sangat singkat waktunya, yaitu kurang dari 5 tahun,” lagi kata Worang.
Pada posisi ini, masih Worang “Rakyat tidak mendapatkan pilihan selain mengganti dengan tabung gas 3kg yang lebih mirip dg pendistribusian “bom” ke rumah-rumah masyarakat di Indonesia,” Lanjut akademisi Fakultas Ekonomi Unsrat ini.
Menurut Worang, “Semestinya Pemerintah melakukan perubahan secara perlahan karena minyak tanah menyangkut kehidupan rakyat yang berpendapatan rendah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Caranya bagaimana? Pada posisi ini Pemerintah harus mengurangi subsidi (yang katanya 75%), berangsur angsur turun 60%, kemudian 50% dan seterusnya untuk waktu 10 tahun,” Sarannya.
“Dalam dunia Manajemen Ekonomi, Ini dinaman Gradual Change, bukan seperti saat ini yang terkesan mengunakan Radical Change,” Tutup kandidat Doktor Australia ini.(gn)