Manado, BeritaManado.com — Sejumlah fenomena ataupun bencana alam yang terjadi di wilayah Kota Manado dan sekitarnya yang disebut-sebut memiliki hubungan dengan tradisi perayaan agama Khohucu yaitu Imlek dan Cap Go Meh setiap tahun mendapat tanggapan serius dari Tokoh Agama Khonghucu Sofyan Jimmy Yosadi SH.
Kepada BeritaManado.com, Jumat (27/1/2023), dengan tegas Yosadi membantah anggapan atau pemikiran yang mungkin menjadi anggapan banyak orang.
Yosadi sendiri mengatakan bahwa secara pribadi dirinya merasa prihatin atas kondisi yang terjadi saat ini, apalagi jika terdapat korban jiwa.
Dikatakannya, menyikapi kondisi alam yang ektrim saat ini seperti hujan terus-menerus yang menyebabkan bencana banjir, tanah longsor, pohon tumbang, maka tentu ada siap yang diambil dari agama Khonghucu.
“Kami melaksanakan doa dan bersembahyang di Klenteng, Litang dan rumah masing-masing, memohon kehadirat Huang Tian Shang Di, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Para Shen Ming, agar situasi membaik,” kata Yosadi.
Selain itu, umat Khonghucu juga mendoakan saudara-saudari warga Manado dan sekitarnya yang menjadi korban dari cuaca ekstrim ini.
“Tidak hanya sekedar mendoakan, kami juga mengumpulkan dan memberikan bantuan kepada korban yang terdampak bencana. Kami juga berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengatasi bencana tersebut,” katanya.
Dalam hal ini, Sofyan Yosadi juga menyampaikan pesan agar masyarakat meningkatkan kepedulian untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, memelihara alam dan lingkungan sekitar.
“Turunnya hujan dan terjadinya bencana alam itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh yang sering diistilahkan masyarakat Manado Sulut dengan sebutan “pasiar Tapikong”. Jadi sekali lagi, hal itu tidak ada hubungan saat Tahun Baru Imlek dengan turunnya hujan,” tegas Yosadi.
Dijelaskannya, dalam ajaran agama Khonghucu, semua hari itu baik penuh berkat.
Tidak ada hari yang tidak baik, apalagi hari naas penuh bencana, hujan atau panas adalah berkat, tapi harus seimbang harmonis “He”.
Jika hujan berlebihan maka bukan berkat yang datang tapi bencana, demikian pula jika panas terik terus menerus itu bukan berkat tapi bencana.
“Jadi harus seimbang, filosofi Yin Yang sebagaimana tersurat dalam salah satu kitab suci agama Khonghucu yakni Yi Jing (Kitab Perubahan). Harus tengah harmonis, baik alam yang harmonis, demikian pula manusia yang berusaha hidup dalam tengah tepat menjaga keseimbangan dan tanpa henti menebar kebajikan sebagaimana tersurat dalam Kitab Zhong Yong (Tengah Sempurna) dan kitab Lun Yu (Sabda Suci),” tandasnya.
Wenshi (Ws) Sofyan Jimmy Yosadi SH yang juga adalah Advokat, Dewan Pakar MATAKIN Pusat (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia), Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Utara ini berharap semua pihak untuk bijaksana menyikapi kondisi alam dan dampaknya.
“Tidak perlu mencari siapa yang salah dalam hal ini, tapi baiklah kita semua umat beragama di Sulawesi Utara melakukan refleksi. Sudakah kita mengupayakan keseimbangan alam dalam kehidupan sehari-hari atau justeru sebaliknya,” harapnya.
(Frangki Wullur)