Manado, BeritaManado.com – Peran pers dalam agenda politik seperti Pilkada, Pilcaleg hingga Pilpres dinilai sangat strategis. Pasalnya, pers yang disalahmanfaatkan justru akan berdampak negatif bagi proses demokrasi.
Menanggapi Surat Edaran Dewan Pers tentang Posisi Media dan Imparsialitas Wartawan dalam Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, pengamat politik dan pemeirntahan, Taufik Manuel Tumbelaka, menilai seharusnya ada aturan pelengkap lainnya.
“Misalnya pers tidak boleh mengangkat pernyataan akademisi, analis dan pengamat yang terkesan ‘miring’ menguntungkan dan atau merugikan salah-satu atau lebih kandidat dalam Pemilukada,” ujar Taufik Tumbelaka kepada BeritaManado.com, Jumat (19/1/2018).
Hal tersebut lanjut mantan aktivis UGM ini untuk mencegah terjadinya “intelektual tukang”. Demokrasi yang subtansial adalah bagian dari pembangunan politik demi mewujudkan kehidupan bernegara dan berbangsa yang berkualias.
Fenomena “intelektual tukang” menurut Taufik Tumbelaka, mulai mengancam Demokrasi yang subtansial dimana sejumlah oknum mengeluarkan pernyataan berdasarkan pesanan khusus dari oknum tim kandidat.
“Jika dibiarkan maka akan terjebak dalam demokrasi prosedural, otomatis akan bermuara rendahnya kualitas Pemilu Kada dan yang rugi rakyat karena sangat besar uang rakyat yang tersedot dalam pesta demokrasi yang menjaid semu itu,” pungkas Taufik Tumbelaka.
(JerryPalohoon)
Manado, BeritaManado.com – Peran pers dalam agenda politik seperti Pilkada, Pilcaleg hingga Pilpres dinilai sangat strategis. Pasalnya, pers yang disalahmanfaatkan justru akan berdampak negatif bagi proses demokrasi.
Menanggapi Surat Edaran Dewan Pers tentang Posisi Media dan Imparsialitas Wartawan dalam Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, pengamat politik dan pemeirntahan, Taufik Manuel Tumbelaka, menilai seharusnya ada aturan pelengkap lainnya.
“Misalnya pers tidak boleh mengangkat pernyataan akademisi, analis dan pengamat yang terkesan ‘miring’ menguntungkan dan atau merugikan salah-satu atau lebih kandidat dalam Pemilukada,” ujar Taufik Tumbelaka kepada BeritaManado.com, Jumat (19/1/2018).
Hal tersebut lanjut mantan aktivis UGM ini untuk mencegah terjadinya “intelektual tukang”. Demokrasi yang subtansial adalah bagian dari pembangunan politik demi mewujudkan kehidupan bernegara dan berbangsa yang berkualias.
Fenomena “intelektual tukang” menurut Taufik Tumbelaka, mulai mengancam Demokrasi yang subtansial dimana sejumlah oknum mengeluarkan pernyataan berdasarkan pesanan khusus dari oknum tim kandidat.
“Jika dibiarkan maka akan terjebak dalam demokrasi prosedural, otomatis akan bermuara rendahnya kualitas Pemilu Kada dan yang rugi rakyat karena sangat besar uang rakyat yang tersedot dalam pesta demokrasi yang menjaid semu itu,” pungkas Taufik Tumbelaka.
(JerryPalohoon)