Oleh: Synthia L.Y. Montolalu S.E
Manado – Pernahkah anda membayangkan, saat anda membuka mata di pagi hari tak setitik cahayapun tertangkap oleh mata indahmu? Atau tiba-tiba semua menjadi kabur? Atau bagaimana jika ketika anda ingin mengucapkan selamat pagi kepada orang terdekat tapi tiba-tiba lidah anda keluh? Tak satu katapun terucap dari bibir manismu. Atau mungkin apa yang akan anda lakukan bila ketika anda hendak bangun dari tidur dan hendak duduk berdoa namun tubuh anda tak bisa digerakkan?
Mungkin apa yang saya ungkapkan hanyalah sedikit dari jenis kecacatan yang
dialami orang di sekitar anda. Tapi belum tentu semua orang dapat menerima
kondisi tersebut saat itu terjadi pada dirinya. Dan lebih menyedihkan lagi belum
tentu orang terdekat, keluarga, masyarakat sekitarnya bisa menerima jika ada
anggota keluarganya mengalami kecacatan. Bagi para penyandang disabilitas
sendiri, ini bukanlah suatu kondisi yang mudaah dilalui, dimana kami sering
merasakan pandangan sebelah mata, dan beragam diskriminasi dimana butuh mental yang tangguh serta dukungan orang terdekat dalam menghadapinya.
Saudara, sekedar informasi, tanggal 3 Desember adalah Hari Internasional
Penyandang Cacat. Sekarang istilah ini telah menjadi penyandang disabilitas,
sesuai Undang-undang no 19 tahun 2011 tentang pengesahan CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) Dimana dalam pembukaan naskah tersebut diantaranya butir: (g) Menekankan pentingnya pengarusutamaan isu-isu disabilitas sebagai bagian integral dari strategi-strategi relevan dalam pembangunan yang berkesinambungan. (h) Mengakui juga bahwa diskriminasi terhadap setiap orang berfundamentalkan disabilitas merupakan pelanggaran terhadap martabat dan harkat yang melekat pada setiap orang. (i) Mengakui pula keragaman penyandang disabilitas . (j) Mengakui keperluan untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia semua penyandang disabilitas , termasuk mereka yang memerlukan dukungan intensif.
Pada kesempatan ini, saya sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah(DPD) Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) Sulawesi Utara, yang merupakan organisasi kemasyarakatan bagi para tunanetra, dan merupakan bagian tak terpisahkan dari PERTUNI secara nasional, ingin mengetuk hati nurani saudara sekalian yang penuh dengan kasih, agar bisa lebih menghargai akan keberadaan setiap penyandang disabilitas di sekitar anda. Penghargaan yang kami inginkan bukan berupa belas kasihan berlebihan, atau kekaguman berlebih akan talenta yang dimiliki para penyandang disabilitas, melainkan kepercayaan akan kemampuan kami, serta penerimaan dan pemberian kesempatan bagi kami dalam mengaktualisasikan diri serta dalam dunia kerja. Hendaknya penghargaan tersebut merupakan penghargaan sebagai mana layaknya kami mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai kesamaan hak dengan masyarakat non disabilitas.
Walaupun kenyataannya di negara kita tercinta ini, diskriminasi masih dirasakan di segala bidang. Contohnya saja kami hanya diingat saat mendekati PEMILUKADA, yang tentu tak perlu saya uraikan lagi disini apa maksud dan tujuannya. dalam aksesibilitas umum, jika dibandingkan dengan negara tetangga kita Malaisya, aksesibilitas terhadap penyandang disabilitas di negara kita masih sangat minim.
Masyarakat disabilitas tak diikutsertakan dalam pembuatan program pemerintah yang notabene katanya diperuntukan bagi mereka, sehingga sering program yang dibuat kurang tepat. Kami hanya dijadikan objek dan hanya bisa menerima apa yang sudah diprogramkan. Belum lagi diskriminasi dalam keluarga, sekolah dan dunia kerja.
Di tengah minimnya aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas, semakin
banyak penyandang disabilitas yang bisa berkarya. makin beragam provesi dari
para penyandang disabilitas. Karena saya seorang tunanetra, maka kali ini yang
akan saya angkat adalah provesi yang dijalani sahabat senasib saya. Telah banyak para tunanetra yang menjadi Pegawai Negri Sipil, Oprator telvon, Dosen,
Motivator, interperner, musisi, aranger, tele marketing dan lain-lain. Telah
banyak para tunanetra yang dapat mengikuti pesatnya kemajuan teknologi, dapat mengakses komputer selayaknya masyarakat non tunanetra. Ini menjadi motifasi bagi kami.
Harapan kami pada kesempatan ini:
1. Semoga dari tulisan kecil ini dapat menggugah hati masyarakat agar lebih
dapat menghargai para penyandang disabilitas sesuai hakekatnya sebagai manusia, sehingga di tanah Sulawesi Utara tercinta yang penuh dengan kasih ini, kaum disabilitas jika ada yang kurang berkenan dari sikap penyandang disabilitas, anggaplah itu merupakan kekurangan yang bersangkutan sebagai manusia biasa, bukan lantas mendeskriditkan kedisabilitasannya.
2. Kepada pihak pemerintah agar lebih melibatkan kami dalam program pembangunan, terutama terhadap aksesibilitas umum, jangan sampai kami tersisih dalam negeri sendiri dalam menikmati pesatnya pembangunan, lebih melibatkan para penyandang disabilitas sehingga dalam program yang dirancang lebih tepat dan bermanfaat.
3. Kepada dunia usaha agar membuka kesempatan pada para penyandang disabilitas untuk menjadi tenaga kerja. Kalau di daerah lain bisa, mengapa di daerah ini tak bisa???
4. Kepada Para Anggota Dewan Yang Terhormat, dipundak andalah kami percayakan suara kami, semoga Undang-undang dan segala peraturan yang mengatur tentang penyandang disabilitas dapat diikuti dengan produk regulasi yang lebih teknis di daerah ini.
5. Bagi saudaraku penyandang disabilitas, tetap semangat dan terus berjuang.
Kitalah yang harus mengubah pandangan dunia tentang kita. Tetap bersemangat dan bersatu bersama mengatasi keterbatasan. Tak ada satu manusia pun yang ingin dilahirkan dalam kondisi cacat. Tapi kita harus tetap bersyukur bertahan dalam hidup, dalam segala diskriminasi dari berbagai pihak, dalam keterbatasan, kita selalu bertekad, disabilitas bukanlah penghalang untuk maju.
Selamat Hari Internasional Penyandang Cacat
Oleh: Synthia L.Y. Montolalu S.E
Manado – Pernahkah anda membayangkan, saat anda membuka mata di pagi hari tak setitik cahayapun tertangkap oleh mata indahmu? Atau tiba-tiba semua menjadi kabur? Atau bagaimana jika ketika anda ingin mengucapkan selamat pagi kepada orang terdekat tapi tiba-tiba lidah anda keluh? Tak satu katapun terucap dari bibir manismu. Atau mungkin apa yang akan anda lakukan bila ketika anda hendak bangun dari tidur dan hendak duduk berdoa namun tubuh anda tak bisa digerakkan?
Mungkin apa yang saya ungkapkan hanyalah sedikit dari jenis kecacatan yang
dialami orang di sekitar anda. Tapi belum tentu semua orang dapat menerima
kondisi tersebut saat itu terjadi pada dirinya. Dan lebih menyedihkan lagi belum
tentu orang terdekat, keluarga, masyarakat sekitarnya bisa menerima jika ada
anggota keluarganya mengalami kecacatan. Bagi para penyandang disabilitas
sendiri, ini bukanlah suatu kondisi yang mudaah dilalui, dimana kami sering
merasakan pandangan sebelah mata, dan beragam diskriminasi dimana butuh mental yang tangguh serta dukungan orang terdekat dalam menghadapinya.
Saudara, sekedar informasi, tanggal 3 Desember adalah Hari Internasional
Penyandang Cacat. Sekarang istilah ini telah menjadi penyandang disabilitas,
sesuai Undang-undang no 19 tahun 2011 tentang pengesahan CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) Dimana dalam pembukaan naskah tersebut diantaranya butir: (g) Menekankan pentingnya pengarusutamaan isu-isu disabilitas sebagai bagian integral dari strategi-strategi relevan dalam pembangunan yang berkesinambungan. (h) Mengakui juga bahwa diskriminasi terhadap setiap orang berfundamentalkan disabilitas merupakan pelanggaran terhadap martabat dan harkat yang melekat pada setiap orang. (i) Mengakui pula keragaman penyandang disabilitas . (j) Mengakui keperluan untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia semua penyandang disabilitas , termasuk mereka yang memerlukan dukungan intensif.
Pada kesempatan ini, saya sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah(DPD) Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) Sulawesi Utara, yang merupakan organisasi kemasyarakatan bagi para tunanetra, dan merupakan bagian tak terpisahkan dari PERTUNI secara nasional, ingin mengetuk hati nurani saudara sekalian yang penuh dengan kasih, agar bisa lebih menghargai akan keberadaan setiap penyandang disabilitas di sekitar anda. Penghargaan yang kami inginkan bukan berupa belas kasihan berlebihan, atau kekaguman berlebih akan talenta yang dimiliki para penyandang disabilitas, melainkan kepercayaan akan kemampuan kami, serta penerimaan dan pemberian kesempatan bagi kami dalam mengaktualisasikan diri serta dalam dunia kerja. Hendaknya penghargaan tersebut merupakan penghargaan sebagai mana layaknya kami mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai kesamaan hak dengan masyarakat non disabilitas.
Walaupun kenyataannya di negara kita tercinta ini, diskriminasi masih dirasakan di segala bidang. Contohnya saja kami hanya diingat saat mendekati PEMILUKADA, yang tentu tak perlu saya uraikan lagi disini apa maksud dan tujuannya. dalam aksesibilitas umum, jika dibandingkan dengan negara tetangga kita Malaisya, aksesibilitas terhadap penyandang disabilitas di negara kita masih sangat minim.
Masyarakat disabilitas tak diikutsertakan dalam pembuatan program pemerintah yang notabene katanya diperuntukan bagi mereka, sehingga sering program yang dibuat kurang tepat. Kami hanya dijadikan objek dan hanya bisa menerima apa yang sudah diprogramkan. Belum lagi diskriminasi dalam keluarga, sekolah dan dunia kerja.
Di tengah minimnya aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas, semakin
banyak penyandang disabilitas yang bisa berkarya. makin beragam provesi dari
para penyandang disabilitas. Karena saya seorang tunanetra, maka kali ini yang
akan saya angkat adalah provesi yang dijalani sahabat senasib saya. Telah banyak para tunanetra yang menjadi Pegawai Negri Sipil, Oprator telvon, Dosen,
Motivator, interperner, musisi, aranger, tele marketing dan lain-lain. Telah
banyak para tunanetra yang dapat mengikuti pesatnya kemajuan teknologi, dapat mengakses komputer selayaknya masyarakat non tunanetra. Ini menjadi motifasi bagi kami.
Harapan kami pada kesempatan ini:
1. Semoga dari tulisan kecil ini dapat menggugah hati masyarakat agar lebih
dapat menghargai para penyandang disabilitas sesuai hakekatnya sebagai manusia, sehingga di tanah Sulawesi Utara tercinta yang penuh dengan kasih ini, kaum disabilitas jika ada yang kurang berkenan dari sikap penyandang disabilitas, anggaplah itu merupakan kekurangan yang bersangkutan sebagai manusia biasa, bukan lantas mendeskriditkan kedisabilitasannya.
2. Kepada pihak pemerintah agar lebih melibatkan kami dalam program pembangunan, terutama terhadap aksesibilitas umum, jangan sampai kami tersisih dalam negeri sendiri dalam menikmati pesatnya pembangunan, lebih melibatkan para penyandang disabilitas sehingga dalam program yang dirancang lebih tepat dan bermanfaat.
3. Kepada dunia usaha agar membuka kesempatan pada para penyandang disabilitas untuk menjadi tenaga kerja. Kalau di daerah lain bisa, mengapa di daerah ini tak bisa???
4. Kepada Para Anggota Dewan Yang Terhormat, dipundak andalah kami percayakan suara kami, semoga Undang-undang dan segala peraturan yang mengatur tentang penyandang disabilitas dapat diikuti dengan produk regulasi yang lebih teknis di daerah ini.
5. Bagi saudaraku penyandang disabilitas, tetap semangat dan terus berjuang.
Kitalah yang harus mengubah pandangan dunia tentang kita. Tetap bersemangat dan bersatu bersama mengatasi keterbatasan. Tak ada satu manusia pun yang ingin dilahirkan dalam kondisi cacat. Tapi kita harus tetap bersyukur bertahan dalam hidup, dalam segala diskriminasi dari berbagai pihak, dalam keterbatasan, kita selalu bertekad, disabilitas bukanlah penghalang untuk maju.
Selamat Hari Internasional Penyandang Cacat