Jakarta – PDI Perjuangan (PDIP) diyakini akan memimpin jumlah anggota DPR terpilih pada periode 2014-2019 mendatang, karena sukses memupuk calon pemimpin nasional baru dan muda.
“Yang paling kuat tentu PDIP dengan Jokowi effect-nya, sulit rasanya untuk tidak mengatakan pemenang pemilu 2014 adalah PDIP,” kata Jeffrie Geovanie, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Minggu (28/4).
Menurutnya, walau pemilu legislatif 2014 masih satu tahun lagi, tapi bisa disimpulkan bila tidak ada peristiwa-peristiwa sangat luar biasa, maka kans PDIP menjadi yang terdepan, sulit terbantahkan.
Setelah PDI Perjuangan, lanjut Jeffrie, akan ada tiga partai lagi yang dominan yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, dan Partai Demokrat. Ketiga partai itu dianggap akan menemani PDIP menguasai parlemen dengan kursi lebih dari 80 persen.
“Partai Demokrat yang hampir karam, dengan keputusan yang cerdas mengadakan konvensi capres dengan format yang demokratis, akan mampu memulihkan citranya dari partai yang korup menjadi partai yang kembali memberikan harapan,” jelasnya seperti dikutip dari BeritaSatu.
Sementara Golkar dengan kekuatan caleg-calegnya yang lebih mapan dan sangat merata di seluruh Indonesia, dipastikan mampu mengembalikan kejayaannya setidaknya dengan perolehan 20 persen kursi.
Sementara Partai Gerindra dengan kekuatan figur Prabowo Subianto sebagai capres dengan elektibilitas yang tinggi saat ini, akan menjadi kuda hitam yang mampu setidaknya menembus angka 20 persen perolehan kursinya di tahun 2014.
Sementara itu, Endang Tirtana, Peneliti Maarif Institute for Culture and Humanity, mengatakan, setiap parpol yang berlaga di 2014 sebaiknya tak melupakan penggodokan strategi untuk meraup suara dari donkey votes alias pemilih biasa Golput.
Selain itu, yang perlu diraih juga adalah pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters).
“Angka mereka ini tinggi melebihi angka elektabilitas partai. Ini merupakan potensi bagi partai untuk mendulang suara,” ujar Endang.
Dia melanjutkan masyarakat masih menunggu, partai mana yang diyakini mewakili suara masyarakat, yang sebagian besar wong cilik.
Beberapa studi di negara maju menunjukkan undecided voters kebanyakan adalah perempuan yang cenderung akan memilih menjelang masa kampanye berakhir.
“Maka, tidak hanya angka statistik yang perlu ditindaklanjuti oleh partai politik jika ingin jadi pemenang, tapi juga siapa itu undecided voters? apa preferensi mereka? Dan apa harapan mereka,” kata Endang. (aha)
Sumber: BeritaSatu.com
Jakarta – PDI Perjuangan (PDIP) diyakini akan memimpin jumlah anggota DPR terpilih pada periode 2014-2019 mendatang, karena sukses memupuk calon pemimpin nasional baru dan muda.
“Yang paling kuat tentu PDIP dengan Jokowi effect-nya, sulit rasanya untuk tidak mengatakan pemenang pemilu 2014 adalah PDIP,” kata Jeffrie Geovanie, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Minggu (28/4).
Menurutnya, walau pemilu legislatif 2014 masih satu tahun lagi, tapi bisa disimpulkan bila tidak ada peristiwa-peristiwa sangat luar biasa, maka kans PDIP menjadi yang terdepan, sulit terbantahkan.
Setelah PDI Perjuangan, lanjut Jeffrie, akan ada tiga partai lagi yang dominan yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, dan Partai Demokrat. Ketiga partai itu dianggap akan menemani PDIP menguasai parlemen dengan kursi lebih dari 80 persen.
“Partai Demokrat yang hampir karam, dengan keputusan yang cerdas mengadakan konvensi capres dengan format yang demokratis, akan mampu memulihkan citranya dari partai yang korup menjadi partai yang kembali memberikan harapan,” jelasnya seperti dikutip dari BeritaSatu.
Sementara Golkar dengan kekuatan caleg-calegnya yang lebih mapan dan sangat merata di seluruh Indonesia, dipastikan mampu mengembalikan kejayaannya setidaknya dengan perolehan 20 persen kursi.
Sementara Partai Gerindra dengan kekuatan figur Prabowo Subianto sebagai capres dengan elektibilitas yang tinggi saat ini, akan menjadi kuda hitam yang mampu setidaknya menembus angka 20 persen perolehan kursinya di tahun 2014.
Sementara itu, Endang Tirtana, Peneliti Maarif Institute for Culture and Humanity, mengatakan, setiap parpol yang berlaga di 2014 sebaiknya tak melupakan penggodokan strategi untuk meraup suara dari donkey votes alias pemilih biasa Golput.
Selain itu, yang perlu diraih juga adalah pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters).
“Angka mereka ini tinggi melebihi angka elektabilitas partai. Ini merupakan potensi bagi partai untuk mendulang suara,” ujar Endang.
Dia melanjutkan masyarakat masih menunggu, partai mana yang diyakini mewakili suara masyarakat, yang sebagian besar wong cilik.
Beberapa studi di negara maju menunjukkan undecided voters kebanyakan adalah perempuan yang cenderung akan memilih menjelang masa kampanye berakhir.
“Maka, tidak hanya angka statistik yang perlu ditindaklanjuti oleh partai politik jika ingin jadi pemenang, tapi juga siapa itu undecided voters? apa preferensi mereka? Dan apa harapan mereka,” kata Endang. (aha)
Sumber: BeritaSatu.com