Potret Kehidupan Masyarakat Pesisir Kota Manado yang Jauh dari Layanan Air Bersih
Catatan: Findamorina Muhtar, jurnalis BeritaManado.com
Manado, BeritaManado.com – Sejak pagi, langit di atas Pulau Manado Tua telah gelap. Beberapa perempuan sudah siap dengan ember di tangannya.
Sebentar lagi mereka punya kesempatan memanen air hujan. Kemarau seminggu terakhir membuat bak penampung di rumah sudah hampir kering. Baju kotor menumpuk.
Sedang di halaman, galon-galon sudah berjejer, tepat di bawah bambu yang difungsikan sebagai talang air. Kalau hujan banyak turun, rencananya akan dipakai untuk mencuci juga mandi.
Namun, mereka kurang beruntung. Pagi itu, hanya gerimis. Rencana memanen air hujan batal.
Belum juga seember berhasil ditampung, awan gelap tadi sudah disapu angin. Setelahnya, cuaca kembali panas.
Perempuan-perempuan ini mengambil galon, diletakkan di atas gerobak lalu didorong untuk mengambil air di sumur. Jaraknya 20 menit dengan jalan kaki.
Pagi itu, Selasa (18/10/2022), perempuan-perempuan di Manado Tua, menolak rayuan angin sepoi-sepoi dari tepi laut untuk kembali tidur.
Potret Masyarakat Pulau Manado Tua
Manado Tua adalah sebuah pulau yang masuk gugusan Pulau Taman Laut Bunaken (Bunaken National Park), Kota Manado, Sulawesi Utara.
Pulau Manado Tua memiliki keunikan dibanding pulau-pulau lain di sekitarnya yaitu sebuah gunung yang menjulang setinggi hampir 800 mdpl. Jaraknya sekitar 23 Kilometer (Km) dari wilayah daratan Manado.
Pulau Manado Tua memiliki luas 1.056,02 m2 dan garis pantai sepanjang 12.280 m.
Menurut catatan sejarah, keberadaan manusia di Pulau Manado Tua sudah ada sekitar tahun 1623. Dahulu Pulau Manado Tua dihuni oleh Suku Bowontehu. Pulau tersebut dikenal sebagai Manarow dan merupakan orang-orang dari Etnis Sangir Tua.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Manado tahun 2018, Pulau Manado Tua terbagi menjadi dua kelurahan, yakni Kelurahan Manado Tua 1 berpenduduk 1.347 jiwa dengan luas wilayah 475 Ha, dan Kelurahan Manado Tua 2 berpenduduk 1.214 jiwa dengan luas 492 Ha. Rata-rata masyarakat hidup sebagai petani kelapa, pala, cengkeh, singkong, pisang dan hasil kebun lainnya.
Pulau Manado Tua terletak di sebelah barat Pulau Bunaken dan Kota Manado. Untuk mengakses pulau ini dibutuhkan moda transportasi berupa perahu komersil (taksi) yang berada di Pasar Bersehati (Pasar Tradisional di pusat Kota Manado) dengan waktu tempuh selama 2 jam perjalanan.
Tarif taksi cukup besar, Rp35 ribu sekali jalan. Dan hanya melayani satu kali dalam sehari.
Keterbatasan sumberdaya air bersih untuk warga jadi permasalahan umum yang sering ditemui di Pulau Manado Tua.
Struktur pulau yang memiliki substrat berpasir dan batu karang menjadikan beberapa lokasi di pulau tersebut kesulitan untuk mengakses air, dalam hal ini air tanah.
Sejak dulu, tak ada instalasi perusahaan air minum yang masuk ke Pulau Manado Tua. Bila pun ada sumur, warga setempat menyebutnya slobar, atau payau.
Karenanya, sebagian besar masyarakat sudah terbiasa menggunakan air hujan untuk keperluan hidup sehari-hari. Mereka minim pemahaman akan pentingnya konservasi air tanah. Hanya sedikit yang air sumurnya kondisi baik.
Pentingnya Mengonsumsi Sumber Air yang Benar
Menjadikan air hujan sebagai cadangan air minum, sesungguhnya tidak disarankan apabila tidak melalui tahap pemurnian.
Ekadiah Tongkotow, S.Tr.Kes, pegawai di Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Manado yang kerap melakukan uji coba terhadap kualitas air minum masyarakat di wilayah pesisir, mendapati banyak masyarakat wilayah kepulauan belum mengelola air secara tepat.
Sumber air masih terkontaminasi dengan bakteri, virus, parasit, debu, partikel asap, dan bahan kimia lainnya.
“Sebenarnya bisa air hujan dikonsumsi, tapi butuh perlakuan khusus sebelum dikonsumsi, yaitu dimasak terlebih dahulu dan menggunakan penyaringan sewaktu proses penampungan air hujan,” kata Ekadiah.
Pada dasarnya air hujan itu, kata Ekadiah, termasuk air murni yang mengandung hidrogen dan oksigen tetapi belum tentu bisa dikonsumsi kalau sudah tercampur karbondioksida nitrogen dan debu.
“Kalau sudah ada unsur pencemar, air hujan tidak dikatakan lagi air murni dan beresiko jika nanti dikonsumsi. Ada faktor-faktor lingkungan yang dapat dengan cepat mengubah air hujan yang segar dan bersih, berpotensi bahaya untuk kesehatan,” ujarnya.
Ya. Zat gizi dalam air sering terlupakan.
Dr. Nurul Ratna MM, M.Gizi, SpGK, Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Divisi Pengabdian Masyarakat dan Public Relation menjelaskan, tubuh manusia tidak hanya cukup terhidrasi, namun penting untuk memilih sumber air yang benar.
Pasalnya, 10 dari 34 provinsi di Indonesia memiliki Indeks Kualitas Air yang buruk.
Air permukaan di Indonesia, kualitasnya lebih tidak menentu, khususnya karena cemaran mikrobiologisnya. Sedangkan air tanah kualitasnya lebih konstan, tetapi bisa tercemar oleh aktivitas pertanian, industri dan lain sebagainya.
Cemaran yang perlu diwaspadai ada dalam air minum jika jumlahnya melebihi batas aman antara lain, bakteri penyebab penyakit (virus hepatitis, salmonela typhii, E.coli Patogenik, Pseudomonas aeruginosa, dll), senyawa kimia (Nitrit, Nitrat, detergen, dll), logam berat (Timbal, Kadmium, dll), serta senyawa pestisida.
Sehingga, dampak kesehatan dari mengonsumsi air yang tercemar, bila tercemar bakteri bisa menyebabkan diare, sedang bila tercemar logam berat timbal, apabila menumpuk pada tubuh manusia bisa menyebabkan gangguan kehamilan, gangguan perkembangan saraf pada bayi, serta gangguan ginjal dan pencernaan.
“Prevalensi diare di Indonesia meningkat 5 kali dari tahun 2011 ke 2018. Data Kemenkes tahun 2018 menyebutkan, diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada balita,” tambah Dr Nurul sambil menekankan, merebus air saja tidak cukup karena meski menghilangkan bakteri E.coli, namun tidak menghilangkan unsur logam berat di dalamnya.
Mengenal Rain Water Harvesting dan Program WASH Danone
Memanen air hujan atau Rain Water Harvesting, seperti yang dilakukan masyarakat Pulau Manado Tua merupakan salah satu metode konservasi air dalam rumah tangga.
Memanen air hujan, dilakukan dengan cara mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan sebagai alternatif sumber air.
Sistem panen air hujan sudah diterapkan masyarakat di sana sejak ratusan tahun lalu, namun polanya masih bersifat tradisional, dengan memakai bambu sebagai talang, lalu langsung memasukan air ke dalam bak penampungan sehingga rentan tercemar bakteri.
Teknik ini, juga diterapkan Danone Indonesia (PT. Tirta Investama – Aqua) dalam mengembangkan program akses Air Bersih, Sanitasi dan Higienitas atau Water Access, Sanitation, Hygiene (WASH), dengan cara yang lebih modern.
Program tersebut merupakan bagian dari strategi pengelolaan sumber daya air terpadu, sebagai kepedulian pada kesehatan masyarakat setempat dan aksesibilitas air bersih.
Dalam program WASH, Danone membangun sarana air bersih dan sanitasi seperti sumur, menara air, instalasi pipa, pompa air, penampungan air bersih dan sarana mandi cuci kakus, pelatihan teknis dan administrasi, pelatihan kader Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), promosi PHBS melalui duta pelajar serta evaluasi program secara berkala.
Program ini meraih Penghargaan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk bidang kesehatan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017.
External Communication Manager East Region Danone Indonesia Rony Rusdiansyah kepada BeritaManado.com menjelaskan, program WASH dijalankan di area pemukiman yang merupakan bagian dari tempat Danone AQUA beroperasi dan daerah yang memiliki tingkat akses air bersih dan sanitasi yang rendah di Indonesia.
Hingga 2022, Danone-AQUA berhasil mengimplementasikan Program WASH dan mendukung peningkatan akses air bersih dan sanitasi layak kepada lebih dari 430.000 jiwa penerima manfaat di 34 kabupaten dan kota di Indonesia serta 220.000 jiwa penerima manfaat program “1 untuk 10” dimana dengan pembelian 1 botol AQUA berlebel khusus oleh konsumen, perusahaan menyumbangkan akses air bersih sebanyak 10 liter.
Khusus untuk PT Tirta Investama Airmadidi, lokasi berdiri pabrik AQUA di Kabupaten Minahasa Utara, program WASH diterapkan di Pulau Manado Tua, tepatnya di Kelurahan Manado Tua 1 dan Manado Tua 2.
“Sebelum implementasi program, kita melakukan asesmen di awal. Apakah kebutuhannya relevan dengan kebutuhan di lokasi. Karena di Airmadidi (air bagi masyarakat) sudah melimpah, akses air bersih mencukupi, maka kita melakukan di wilayah Manado, kita jalan bareng UNDP (United Nations Development Programme) untuk melakukan pemanenan air hujan,” jelas Rony, didampingi Manager SR/CSR Aqua Airmadidi Imanuel Adoeng dalam kunjungan evaluasi program ke Manado Tua, Selasa (18/10/2022).
Pada program itu, Danone tidak bergerak sendiri.
“Kita menggandeng NGO nasional dan internasional untuk bekerja bersama. Untuk pabrik AQUA di Airmadidi kita bekerjasama dengan LSM Manengkel Solidaritas untuk bisa mewujudkan akses air yang merata bagi masyarakat di Pulau Manado Tua,” tambah Rony.
Pengelolaan air bersih di Pulau Manado Tua sebagian memang masih belum berjalan baik.
Masyarakat kurang maksimal memanfaatkan sistem pemanen air hujan karena beberapa instalasi talang air tidak mencakup 100% luasan atap rumah, sehingga pemanfaatan air hujan jadi kurang maksimal.
Di sisi lain, kondisi instalasi talang air yang terbuka memungkinkan tercemarnya air dengan debu dan karat dari genteng sehingga tidak ada jaminan air tidak terkontaminasi zat-zat lainnya.
Masyarakat juga tidak menerapkan sistem pembuangan air hujan 10 menit pertama untuk mendapatkan air berkualitas yang tertampung dalam bak penampung.
Permasalahan tidak sampai disitu, air di dalam bak penampung warga kerap tidak terjaga kebersihannya. Bak penampung yang berlumut beresiko mengalami cemaran air yang berbahaya bila dikonsumsi masyarakat.
Selanjutnya, ketika musim hujan, air dalam bak penampung dibiarkan mengalir, sehingga air tidak terserap kembali ke dalam tanah secara optimal.
Pada akhir tahun 2019 dan awal 2020, LSM Manengkel Soalidaritas atas dukungan Danone Indonesia memberikan edukasi masyarakat sekitar tentang bagaimana melakukan konservasi air secara berkelanjutan serta insentif infrastruktur untuk warga Manado Tua 1 dan Manado Tua 2 agar bisa mengakses sumber air bersih yang lebih baik.
Saat itu dibangun sistem pemanen air hujan (PAH) di tiga rumah, dan sistem pemanen air hujan komunal di dua fasilitas umum dan biopori serta sumur resapan.
Setiap sumur resapan dibuat 4 lubang biopori, sehingga total telah dibangun 20 lubang biopori untuk Manado Tua 1 dan 2. Teknologi biopori menggunakan lubang silindris vertikal dengan diameter relatif tidak terlalu besar namun efektif untuk meresap air tanah.
Lewat pembuatan instalasi PAH pada program WASH, masyarakat setempat mulai teredukasi bagaimana cara memanen air hujan yang benar, serta betapa penting mengkonsumsi air bersih bagi kesehatan.
Penerapan sistem pembuangan air hujan 10 menit pertama efektif membuat bak penampungan air jauh lebih bersih dibanding sebelumnya.
Emi Lumondo (58), warga di Kelurahan Manado Tua 2 mengatakan, sumber air di Pulau Manado Tua sejauh ini tidak terbagi secara merata. Sumber air dari sumur gali terdapat di beberapa lingkungan (jaga) saja.
Misalkan sumur di Kampung Papindang, akses menuju sumber air tersebut dari Kampung Baru butuh waktu tempuh 1 jam perjalanan. Di usianya kini, Emi tak mampu untuk jalan kaki sejauh itu.
Emi sendiri adalah salah satu warga penerima bantuan pembangunan sistem pemanen air hujan.
Bak penampungan milik keluarga Emi, sudah dibangun sejak yahun 1971 dengan diameter 2,5 meter dan tinggi 2 meter.
Dengan bantuan instalasi PAH, talang air yang dulunya terbuat dari bambu, kini berganti pipa plastik yang mengelilingi 100% luasan atap rumah. Kira-kira, dibutuhkan pipa sepanjang 46 meter di rumah seluas 80 meter persegi itu.
“Dengan bantuan ini, kami sudah bisa menampung air hujan dengan benar. Kami juga dapat alat untuk menyaring air sehingga bisa langsung diminum. Terima kasih Danone,” tambah ibu empat orang anak itu yang ke depan ingin mencoba membuat sumur gali dekat lubang biopori.
Novalin Palandi, warga Kelurahan Manado Tua 1 awalnya juga tak percaya sistem biopori atau lubang resapan bisa membuat sumur yang awalnya slobar menjadi tawar.
Alhasil, sejak dibangun tahun 2019, kini sudah 15 keluarga yang memakai air dari sumur tersebut.
“Setelah ada lubang resapan, air di sumur ini sudah bagus. Bisa dipakai sehari-hari, apalagi kalau tidak hujan,” kata Nova.
Ketua LSM Manengkel Solidaritas, Erlando Tumangken menjelaskan, selain membangun sistem PAH, mereka juga menyalurkan 20 unit bantuan filter air untuk masyarakat yang memiliki sumur namun kualitas airnya belum layak.
Bantuan filter dinilai perlu mengingat sistem pembuangan limbah mandi cuci kakus (MCK) masih terhubung ke parit atau berakhir terbuang begitu saja di belakang rumah.
Meskipun program PAH telah rampung dilaksanakan, evaluasi program secara berkala tetap dilakukan. Manengkel Solidaritas bahkan menyiapkan tukang untuk memperbaiki talang yang rusak.
“Ini untuk memantau manfaat serta keberlanjutan program di masyarakat,” kata Erlando.
Lanjut Erlando, pada awal survey (2019) penyakit yang terkait dengan permasalahan air di Pulau Manado Tua yang berhasil diidentifikasi di antaranya diare/disentri, penyakit kulit seperti kudis, kurap dan kutu air, cacingan dan hepatitis.
“Kami merekomendasikan untuk Pemerintah Kota Manado agar memasukan konsep dan program konservasi air ini ke dalam program instansi terkait sehingga keberlanjutan dan cakupan program lebih luas sehingga mampu menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat setempat,” ujar Erlando.
Pentingnya Kesehatan Air Menuju Endemi Covid-19
Masalah air bersih menjadi 1 dari 12 indikator penilaian Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM) pada Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
Data Puskesmas Bunaken yang meliputi empat kelurahan pesisir yaitu Kelurahan Bunaken, Kelurahan Manado Tua 1, Kelurahan Manado Tua 2 dan Kelurahan Alung Banua, menunjukan bahwa IKM pada 4 kelurahan kurang dari 0,5, sehingga dikategorikan tidak sehat.
“Jadi sejak tahun 2019 sudah dilakukan pendataan rumah ke rumah oleh puskesmas untuk menilai 12 indikator tersebut, salah satu indikator adalah akses air bersih,” ujar Kepala Puskesmas Bunaken Dr. Stanly Rawung, M.Kes, Rabu (19/10/2022).
Untuk jenis penyakit menonjol di masyarakat, survey yang dilakukan Manengkel Solidaritas memiliki kemiripan dengan data Puskesmas Bunaken, yang menempatkan penyakit Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) dan dermatitis atau radang kulit, sebagai 2 dari 10 jenis penyakit dengan kasus terbanyak.
“Kebiasaan masyarakat mengonsumsi air hujan menjadi salah satu penyebab,” tambah Dr Stanly.
Beruntung, program WASH Danone AQUA secara langsung juga ikut memberi dampak yang baik terhadap kesehatan masyarakat setempat.
Berdasarkan data di tahun 2020 dan 2021, terjadi penurunan cukup signifikan terkait jumlah pasien di Puskesmas Bunaken (lihat tabel, red).
Angka penyakit infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas sebanyak 749 kasus di tahun 2020, turun menjadi 623 kasus di tahun 2021, sementara penyakit Dermatitis sebanyak 71 kasus pada tahun 2020, turun menjadi 35 kasus di tahun 2021.
Grafik ini menjadi harapan bagi masyarakat bahwa penggunaan air yang bersih dapat meningkatkan kesehatan masyarakat terlebih di masa transisi pandemi menuju endemi Covid-19.
“Tentunya mencuci tangan di air yang tidak bersih pastinya tidak sehat karena malah bisa terkontaminasi dengan virus lainnya, bakteri ataupun jamur yang bisa menyebabkan penyakit. Dan memang masalah air bersih akan berdampak jangka panjang bahkan pada masalah stunting pada anak karena masalah gizi yang saat ini juga jadi fokus salah satu masalah kesehatan nasional,” jelasnya.
Dari segi ekonomi, untuk sakit, warga Manado Tua akan merogoh uang dalam jumlah besar.
Hal ini disebabkan jarak tempuh dari Manado Tua ke Puskesmas Bunaken harus ditempuh dengan kapal. Belum lagi bila harus ke Manado. Bila sewa kapal, bisa mencapai Rp1 juta pulang pergi.
Olehnya, jika kesehatan warga membaik, maka biaya untuk melakukan pengobatan bisa lebih diperkecil, dan uang untuk berobat bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Dr. Stanly Rawung menjelaskan, saat ini layanan kesehatan di Puskesmas Bunaken masih terbatas.
“Untuk untuk Pulau Manado Tua ada 2 puskesmas pembantu yang melayani 7 jam sehari oleh bidan dan perawat. Ada jadwal dokter kunjungan ke puskesmas pembantu 2 kali dalam sebulan. Untuk kasus emergency biasa dirujuk ke puskesmas di pulau bunaken pelayanan 7 jam sehari atau langsung ke rumah sakit di Manado,” urainya lagi.
Melihat kondisi warganya, Lurah Manado Tua 1, Welfrets Baring mengaku bahwa pihaknya sudah mengusulkan kepada pemerintah Kota Manado untuk segera membangun sistem pengolahan air yang layak di wilayah kepulauan.
“Dulunya pemerintah pernah bantu penyulingan air asin ke tawar, ada alat mesinnya, tapi kini sudah rusak. Bantuan itu semoga segera didatangkan kembali, juga dirawat dengan baik sehingga masyarakat di Pulau Manado Tua tidak kesulitan mendapat air bersih,” kata Welfrets yang telah bertugas di Manado Tua sejak tahun 2018.
Hasil survey Manengkel Solidaritas, penggunaan air rata-rata masyarakat di Pulau Manado Tua per harinya sebanyak 180 liter/hari.
Jika diharuskan untuk membeli air bersih, maka hampir semua masyarakat akan mengeluarkan budget cukup besar.
“Karena itu kami pemerintah dan masyarakat mengapresiasi program Danone yang sangat membantu masyarakat dalam pemenuhan air bersih. Kami juga berharap, semoga apa yang menjadi kerinduan masyarakat bisa diperhatikan Pemerintah Kota Manado karena air sangat dibutuhkan,” tutup Welfrets.(*)