Harga Pembebasan Lahan Tol di Raprap Ditolak Warga
Airmadidi – Ruang kerja Wilhelmina Dimpudus selaku Assisten II Pemkab Minut, penuh dengan sejumlah warga pemilik lahan di Raprap yang terkena pembebasan lahan tol.
Mereka ada bersama Sekda Minut Johannes Rumambi, Assisten II Wilhelmina Dimpudus, Assiten III Max Purukan, serta Camat Airmadidi Suzan Katuuk.
Perbincangan alot terjadi antar warga dan para pejabat di Pemkab Minut itu, Kamis (9/1/2014) pagi.
Warga menyayangkan harga tanah yang menurut mereka telah disepakati oleh Pemkab Minut melalui pertemuan pada 20 Desember 2013 bersama Assisten III Max Purukan, tiba-tiba saja langsung berubah.
Warga dari pihak Keluarga Awuy mengakui, pertemuan pada 20 Desember 2013, telah disepakati harga tanah mulai Rp 150 ribu, Rp 175 ribu dan Rp 200 ribu per meternya. Namun berubah menjadi Rp 100 ribu dan Rp 125 ribu per meternya.
“Itu tanah di tampa laeng, bole dapa Rp 225 ribu, kok di situ (raprap) Rp 100 ribu. Karna dorang (pemerintah) bilang di NJOP 7.500 kali 100 berarti Rp 75 ribu,” jelas pihak Keluarga Awuy pada beritamanado.com
Pihak warga raprap khususnya pihak Keluarga Awuy mengakui sangat tak menerima harga yang ditetapkan oleh pemerintah. “Satu meter Rp 75 ribu, so gila ngoni. Sedang makan kita satu kali bole kasi abis Rp 200 ribu,” kata pihak Keluarga Awuy.
“Masa tu tanah reken, cuma Rp 75 ribu. Lebe bae kita tanam akang rica. Rp 40 ribu rica skarang, 1 meter virkan kalau panen so dapa berapa?,” tambahnya.
Ditegaskannya lagi, harga tanah yang ditetapkan pemerintah tak relevan. “Sedangkan doi oto so brapa skarang? Torang makan sayur, ragey 1 tusuk, io to? So brapa itu? Tu Rp 75 ribu kalo torang berdayakan jadikan kobong pece, itukan jadi doi turun temurun torang berdayakan,” jelasnya.
Lahan yang telah dimiliki Keluarga Awuy dari tahun 1854, sangat disayangkan pihak keluarga bila dipaksakan dijual Rp 75 ribu per meternya.
“Dorang mo bli Rp 75 ribu satu meter? Kasiang jo. Lebe bae kita mo kase doi pa dorang, kong cari di tampa laeng. Tidak relevan, karna torang pe doi makan saja satu hari so Rp 75 ribu,” ujar pihak Keluarga Awuy. (robin tanauma)
Harga Pembebasan Lahan Tol di Raprap Ditolak Warga
Airmadidi – Ruang kerja Wilhelmina Dimpudus selaku Assisten II Pemkab Minut, penuh dengan sejumlah warga pemilik lahan di Raprap yang terkena pembebasan lahan tol.
Mereka ada bersama Sekda Minut Johannes Rumambi, Assisten II Wilhelmina Dimpudus, Assiten III Max Purukan, serta Camat Airmadidi Suzan Katuuk.
Perbincangan alot terjadi antar warga dan para pejabat di Pemkab Minut itu, Kamis (9/1/2014) pagi.
Warga menyayangkan harga tanah yang menurut mereka telah disepakati oleh Pemkab Minut melalui pertemuan pada 20 Desember 2013 bersama Assisten III Max Purukan, tiba-tiba saja langsung berubah.
Warga dari pihak Keluarga Awuy mengakui, pertemuan pada 20 Desember 2013, telah disepakati harga tanah mulai Rp 150 ribu, Rp 175 ribu dan Rp 200 ribu per meternya. Namun berubah menjadi Rp 100 ribu dan Rp 125 ribu per meternya.
“Itu tanah di tampa laeng, bole dapa Rp 225 ribu, kok di situ (raprap) Rp 100 ribu. Karna dorang (pemerintah) bilang di NJOP 7.500 kali 100 berarti Rp 75 ribu,” jelas pihak Keluarga Awuy pada beritamanado.com
Pihak warga raprap khususnya pihak Keluarga Awuy mengakui sangat tak menerima harga yang ditetapkan oleh pemerintah. “Satu meter Rp 75 ribu, so gila ngoni. Sedang makan kita satu kali bole kasi abis Rp 200 ribu,” kata pihak Keluarga Awuy.
“Masa tu tanah reken, cuma Rp 75 ribu. Lebe bae kita tanam akang rica. Rp 40 ribu rica skarang, 1 meter virkan kalau panen so dapa berapa?,” tambahnya.
Ditegaskannya lagi, harga tanah yang ditetapkan pemerintah tak relevan. “Sedangkan doi oto so brapa skarang? Torang makan sayur, ragey 1 tusuk, io to? So brapa itu? Tu Rp 75 ribu kalo torang berdayakan jadikan kobong pece, itukan jadi doi turun temurun torang berdayakan,” jelasnya.
Lahan yang telah dimiliki Keluarga Awuy dari tahun 1854, sangat disayangkan pihak keluarga bila dipaksakan dijual Rp 75 ribu per meternya.
“Dorang mo bli Rp 75 ribu satu meter? Kasiang jo. Lebe bae kita mo kase doi pa dorang, kong cari di tampa laeng. Tidak relevan, karna torang pe doi makan saja satu hari so Rp 75 ribu,” ujar pihak Keluarga Awuy. (robin tanauma)