Manado – Ibadah Minggu (24/8/2014) pagi GMIM Agape Malandeng dipimpin Pnt Kaluata Handum ST.
Nats alkitab Ayub 31: 24-28 dan 1 Timotius 6:17-19.
Ibadah mengambil tema bulanan, Berdemokrasi dalam Ekonomi yang Berkeadilan dan tema mingguan, Mengelola Kekayaan yang Beretika Kristiani.
Dijelaskan Pnt Kaluata, semua orang ingin hidup kaya serta berkelimpahan harta. Namun banyak orang setelah kaya menjadi lupa diri, materialisme bahkan merasa hebat. Berpikir kekayaan adalah usaha sendiri, bahkan melupakan Tuhan sebagai sumber berkat. Tidak ada sikap memberi dan membagi berkat kepada sesama.
“Kekayaan yang adalah berkat Allah harus dikelola secara baik dan bijaksana untuk menjadi berkat terhadap sesama. Ayub adalah sosok yang kaya raya, namun kehidupannya saleh tidak merasa bahwa kekayaan yang melimpah merupakan usaha sendiri.
Bacaan Ayub menunjukkan sikap kita bahwa semua kekayaan yang kita miliki adalah milik Allah,” ujar Pnt Kaluata.
Jelas Pnt Kaluata, mencermati surat Rasul Paulus kepada Timotius untuk mengajar dan menasehatkan. Orang kaya harus waspada agar jangan kekayaan membuat manusia lupa diri karena kekayaan duniawi tidak kekal. Seketika saja kekayaan itu bisa hilang dan lenyap.
“Allah adalah satu-satunya sumber kekayaan yang tidak fana dan tidak pernah habis. Firman Tuhan memberi makna melihat kekayaan merupakan anugerah. Tidak salah menjadi kaya karena itu adalah berkat dari Tuhan.
Yang menyesatkan manusia ketika menjadi kaya adalah manusia sering melihat
kekayaan merupakan bentuk kelayakan agar lebih dihormati dan kekayaan menjadi jaminan manusia mendapatkan kekuasaan.
Atas dua sikap yang menyesatkan itu sehingga Rasul Paulus menegaskan hanya Tuhan yang menjamin kehidupan dan masa depan kita,” tutur Pnt Kaluata. (jerrypalohoon)
Manado – Ibadah Minggu (24/8/2014) pagi GMIM Agape Malandeng dipimpin Pnt Kaluata Handum ST.
Nats alkitab Ayub 31: 24-28 dan 1 Timotius 6:17-19.
Ibadah mengambil tema bulanan, Berdemokrasi dalam Ekonomi yang Berkeadilan dan tema mingguan, Mengelola Kekayaan yang Beretika Kristiani.
Dijelaskan Pnt Kaluata, semua orang ingin hidup kaya serta berkelimpahan harta. Namun banyak orang setelah kaya menjadi lupa diri, materialisme bahkan merasa hebat. Berpikir kekayaan adalah usaha sendiri, bahkan melupakan Tuhan sebagai sumber berkat. Tidak ada sikap memberi dan membagi berkat kepada sesama.
“Kekayaan yang adalah berkat Allah harus dikelola secara baik dan bijaksana untuk menjadi berkat terhadap sesama. Ayub adalah sosok yang kaya raya, namun kehidupannya saleh tidak merasa bahwa kekayaan yang melimpah merupakan usaha sendiri.
Bacaan Ayub menunjukkan sikap kita bahwa semua kekayaan yang kita miliki adalah milik Allah,” ujar Pnt Kaluata.
Jelas Pnt Kaluata, mencermati surat Rasul Paulus kepada Timotius untuk mengajar dan menasehatkan. Orang kaya harus waspada agar jangan kekayaan membuat manusia lupa diri karena kekayaan duniawi tidak kekal. Seketika saja kekayaan itu bisa hilang dan lenyap.
“Allah adalah satu-satunya sumber kekayaan yang tidak fana dan tidak pernah habis. Firman Tuhan memberi makna melihat kekayaan merupakan anugerah. Tidak salah menjadi kaya karena itu adalah berkat dari Tuhan.
Yang menyesatkan manusia ketika menjadi kaya adalah manusia sering melihat
kekayaan merupakan bentuk kelayakan agar lebih dihormati dan kekayaan menjadi jaminan manusia mendapatkan kekuasaan.
Atas dua sikap yang menyesatkan itu sehingga Rasul Paulus menegaskan hanya Tuhan yang menjamin kehidupan dan masa depan kita,” tutur Pnt Kaluata. (jerrypalohoon)