Manado, BeritaManado.com — Perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2023 mencapai Rp39,61 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp23,82 triliun.
Ekonomi Sulawesi Utara pun pada triwulan I-2023 mengalami pertumbuhan sebesar 5,26 persen (y-on-y).
Data tersebut secara resmi dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara (BPS Sulut) secara daring pada Jumat (5/5/2023) dan disampaikan oleh Sirly C. Worotikan selaku Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Sulawesi Utara.
Dalam kesempatan tersebut dijelaskan, dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 13,17 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,74 persen.
Namun, ekonomi Sulawesi Utara triwulan I-2023 terkontraksi sebesar -8,24 persen (q-to-q).
Dari sisi produksi, hampir semua lapangan usaha mengalami kontraksi dibanding triwulan sebelumnya kecuali lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi yang tumbuh sebesar 1,75 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran, hampir semua komponen mengalami kontraksi dibanding triwulan sebelumnya kecuali komponen Ekspor Barang dan Jasa yang tumbuh sebesar 12,00 persen.
Tumbuhnya lapangan usaha Jasa Lainnya didorong oleh peningkatan jumlah pengunjung tempat rekreasi dan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada triwulan I-2023 dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
“Selain itu, meningkatnya aktivitas hiburan seperti konser musik dan acara-acara lokal lainnya selama triwulan I-2023 juga turut meningkatkan aktivitas pada lapangan usaha ini,” ujar Sirly.
Terkait acara musik, salah satunya yaitu konser K-Pop yang mampu menggerakkan sektor ekonomi karena hiburan tersebut punya keterkaitan dengan banyak sektor lainnya seperti transportasi, Akomodasi dan F&B.
“Dengan adanya konser seperti K-Pop maka akan ikut mendorong sektor terkait untuk tumbuh yang tentu akan berdampak pada meningkatnya perekonomian kita di Sulawesi Utara,” ungkap Sirly.
Pertumbuhan lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan ditopang oleh peningkatan mobilitas masyarakat seiring adanya penghapusan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).
Selanjutnya, pertumbuhan positif pada lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor didorong oleh tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan yang meningkat serta munculnya beragam bazar/pasar Ramadan di berbagai wilayah di Sulawesi Utara.
Struktur perekonomian Sulawesi Utara menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2023 didominasi oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Industri Pengolahan; Transportasi dan Pergudangan; serta Konstruksi dengan share masing-masing sebesar 21,05 persen; 13,73 persen; 11,22 persen; 10,84 persen; dan 10,62 persen.
Peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Sulawesi Utara mencapai 67,46 persen.
Jika ditinjau dari masing-masing sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan I-2023 (y-on-y), lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 1,32 persen, diikuti Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 1,10 persen, serta Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,82 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2023 Terhadap Triwulan IV-2022 (q-to-q) Ekonomi Sulawesi Utara triwulan I-2023 terhadap triwulan sebelumnya (q-to-q) terkontraksi sebesar -8,24 persen.
Hal ini disebabkan hampir seluruh lapangan usaha mengalami kontraksi pertumbuhan, kecuali lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi yang tumbuh sebesar 1,75 persen.
Efek musiman berakhirnya perayaan Hari Natal dan Tahun Baru pada triwulan sebelumnya serta baru dimulainya kegiatan konstruksi menjadi faktor penyebab terjadinya kontraksi pada triwulan I-2023.
Turunnya realisasi pengadaan semen serta belanja modal APBN dan APBD menyebabkan lapangan usaha Konstruksi terkontraksi signifikan, yakni sebesar -18,08 persen.
Beberapa lapangan usaha lain yang mengalami kontraksi cukup dalam antara lain Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (-13,84 persen), Transportasi dan Pergudangan (-11,82 persen), serta Pertambangan dan Penggalian (-11,73 persen).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan I-2023 terhadap triwulan I-2022 (y-on-y) mengalami pertumbuhan pada sebagian besar komponen pengeluaran.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen Pengeluaran Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 8,74 persen, diikuti oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yaitu sebesar 8,13 persen, dan komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 6,23 persen.
Hal ini terjadi karena meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat, LNPRT, dan pemerintah pasca pandemi Covid-19.
Sementara itu, komponen yang mengalami konstraksi paling dalam adalah komponen Impor Barang dan Jasa sebesar 6,20 persen akibat dari penurunan volume barang domestik yang dibongkar pada pelabuhan laut dan udara di Sulawesi Utara.
Struktur PDRB Sulawesi Utara menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2023 masih didominasi oleh komponen PK-RT, PMTB, serta Ekspor Barang dan Jasa.
Komponen PK-RT dan PMTB memiliki share masing-masing sebesar 44,78 persen dan 32,20 persen. Dua komponen tersebut memiliki peran yang cukup dominan terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I-2023, yaitu mencapai 76,99 persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan I-2023, komponen PK-RT menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 3,95 persen. Hal ini terjadi karena terus meningkatnya konsumsi masyarakat setelah pulihnya kegiatan perekonomian pasca pandemi Covid-19.
“Selain itu peningkatan konsumsi rumah tangga juga dipicu adanya bulan Ramadan 1444H yang dimulai pada akhir Maret 2023 yang menyebabkan peningkatan konsumsi masyarakat terutama pada kategori makanan dan minuman,” kata Sirly.
Sumber pertumbuhan tertinggi kedua yaitu komponen PK-P sebesar 0,80 persen. Pertumbuhan pada komponen PK-P disebabkan adanya peningkatan pada hampir seluruh jenis belanja pemerintah kecuali belanja modal dan belanja pegawai.
Selanjutnya, komponen PK-LNPRT menjadi sumber pertumbuhan tertinggi ketiga sebesar 0,17 persen.
(srisurya)