Dumoga – Perhatian pemerintah pusat melalui Balai Sungai Provinsi Sulawesi Utara terhadap masyarakat Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolmong, sangat dipertanyakan.
Pasalnya, aspirasi pembangunan penguatan tebing bahkan sudah memasukkan proposal hingga sekarang belum direalisasikan. Warga Kecamatan Dumoga biasa disebut Dumoga bersatu akhirnya tak dapat menahan kemarahan kepada Balai Sungai Sulut yang dipimpin Djidon Watania.
Sikap cuek Balai Sungai ditanggapi serius anggota DPRD Sulut dapil Bolmong Raya, Julius Jems Tuuk. Legislator vokal ini kembali mengingatkan pihak Balai Sungai datang langsung ke Kecamatan Dumoga untuk melihat kondisi sungai. Disayangkan, hingga kini kondisi sungai yang memiriskan tak mendapatkan perhatian.
“Setiap kali datang, balai sungai hanya bisa iba dan berjanji akan segera melakukan perbaikan, tapi hasilnya nol besar sampai hari ini. Kalau hanya iba dan terenyuh apa bedanya si Djidon dengan Aidit dan Muso. Aidit dan Muso juga iba dan terenyuh melihat sesamanya yang kesulitan,” tegas Jems Tuuk
Lebih tegas lagi dikatakan Jems Tuuk, masyarakat Dumoga butuh bukti bukan janji. “Kalau setiap Pak Djidon hanya datang berkhotbah dan menghimbau warga duntuk berdoa masyarakat dan para pendeta pasti berdoa, tapi kalau tidak ada tindakan nyata dari balai sungai apalah artinya, proposal demi proposal sudah di layangkan oleh pemerintah desa seakan tidak ada artinya, ” tandas Jems Tuuk.
Terkait hal diatas pada media ini Jems Tuuk mengatakan, sudah berulangkali dirinya menelpon langsung, SMS, Whatsapp kepada Kepala Balai Sungai I tapi tidak pernah direspon.
“Ada apa ini? Kalau memang seperti ini keadaannya sepertinya saya harus turun bersama masyarakat untuk melakukan aksi ke kementerian dan menyurat langsung kementerian untuk menempatkan kepala balai sungai yang baru menggantikan Djidon Watania. Hampir tidak ada yang beliau lakukan untuk menanggapi aspirasi masyarakat Dumoga, tidak bisa kerja dia!” tegas Jems Tuuk lagi.
“Dengan kondisi seperti sekarang ini sama halnya balai sungai tidak ingin suasana kondusif di Dumoga, sekali lagi saya tegaskan kalau saya turun bersama masyarakat saya tidak akan berhenti sebelum sampai di Kementerian, kalau mau perang, perang jo satu kali,” pungkas jems Tuuk.
Terpantau oleh media ketika turun lapangan awal pekan ini, memang benar kondisi sungai (kuala) tersebut mengancap masyarakat sekitar. Mengapa tidak, tak lebih jarak 20 meter, bila curah hujan tinggi dan terjadi banjir, maka masyarakat akan menanggung efek luar biasa. Volume air meningkat dan dipastikan rumah warga akan terbawa arus.
Turut hadir pula saat dilakukan check on the spot oleh sejumlah awak media, Sangadi di empat desa Kecamatan Dumoga, Sekretaris Camat (Sekcam) Dumoga, Heliek Manggopa, Sunny JA Dampi Anggota DPRD Bolmong Dapil 5 bersama warga.
“Kami mau kuala ini dipindahkan ke kuala mati. Torang pe rumah somo anyor,” seru pak Oni salah satu warga Dumoga Induk. (***/Jrp)
Dumoga – Perhatian pemerintah pusat melalui Balai Sungai Provinsi Sulawesi Utara terhadap masyarakat Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolmong, sangat dipertanyakan.
Pasalnya, aspirasi pembangunan penguatan tebing bahkan sudah memasukkan proposal hingga sekarang belum direalisasikan. Warga Kecamatan Dumoga biasa disebut Dumoga bersatu akhirnya tak dapat menahan kemarahan kepada Balai Sungai Sulut yang dipimpin Djidon Watania.
Sikap cuek Balai Sungai ditanggapi serius anggota DPRD Sulut dapil Bolmong Raya, Julius Jems Tuuk. Legislator vokal ini kembali mengingatkan pihak Balai Sungai datang langsung ke Kecamatan Dumoga untuk melihat kondisi sungai. Disayangkan, hingga kini kondisi sungai yang memiriskan tak mendapatkan perhatian.
“Setiap kali datang, balai sungai hanya bisa iba dan berjanji akan segera melakukan perbaikan, tapi hasilnya nol besar sampai hari ini. Kalau hanya iba dan terenyuh apa bedanya si Djidon dengan Aidit dan Muso. Aidit dan Muso juga iba dan terenyuh melihat sesamanya yang kesulitan,” tegas Jems Tuuk
Lebih tegas lagi dikatakan Jems Tuuk, masyarakat Dumoga butuh bukti bukan janji. “Kalau setiap Pak Djidon hanya datang berkhotbah dan menghimbau warga duntuk berdoa masyarakat dan para pendeta pasti berdoa, tapi kalau tidak ada tindakan nyata dari balai sungai apalah artinya, proposal demi proposal sudah di layangkan oleh pemerintah desa seakan tidak ada artinya, ” tandas Jems Tuuk.
Terkait hal diatas pada media ini Jems Tuuk mengatakan, sudah berulangkali dirinya menelpon langsung, SMS, Whatsapp kepada Kepala Balai Sungai I tapi tidak pernah direspon.
“Ada apa ini? Kalau memang seperti ini keadaannya sepertinya saya harus turun bersama masyarakat untuk melakukan aksi ke kementerian dan menyurat langsung kementerian untuk menempatkan kepala balai sungai yang baru menggantikan Djidon Watania. Hampir tidak ada yang beliau lakukan untuk menanggapi aspirasi masyarakat Dumoga, tidak bisa kerja dia!” tegas Jems Tuuk lagi.
“Dengan kondisi seperti sekarang ini sama halnya balai sungai tidak ingin suasana kondusif di Dumoga, sekali lagi saya tegaskan kalau saya turun bersama masyarakat saya tidak akan berhenti sebelum sampai di Kementerian, kalau mau perang, perang jo satu kali,” pungkas jems Tuuk.
Terpantau oleh media ketika turun lapangan awal pekan ini, memang benar kondisi sungai (kuala) tersebut mengancap masyarakat sekitar. Mengapa tidak, tak lebih jarak 20 meter, bila curah hujan tinggi dan terjadi banjir, maka masyarakat akan menanggung efek luar biasa. Volume air meningkat dan dipastikan rumah warga akan terbawa arus.
Turut hadir pula saat dilakukan check on the spot oleh sejumlah awak media, Sangadi di empat desa Kecamatan Dumoga, Sekretaris Camat (Sekcam) Dumoga, Heliek Manggopa, Sunny JA Dampi Anggota DPRD Bolmong Dapil 5 bersama warga.
“Kami mau kuala ini dipindahkan ke kuala mati. Torang pe rumah somo anyor,” seru pak Oni salah satu warga Dumoga Induk. (***/Jrp)