Warga Pertanyakan Kinerja Pemkot Manado
MANADO – Sejumlah warga menyesalkan makin banyaknya pengemis berkeliaran. Mereka mempertanyakan kinerja pemerintah kota Manado (Pemkot) sebab sebagai kota sedang harusnya masalah seperti ini bisa diatasi.
“Aduh malo skali doe kita ini pengemis so lebe banyak. Nyanda malo-malo ba diri dimuka pintu kluar Megamas. Alasan jual kacang, bahkan anak-anak kecil so tahu ba drama pasang muka dapa sayang. Harusnya pemkot Manado harus bisa atasi hal ini,” ungkap Helmut Rumengan warga Manado.
Menurutnya harus ada penertiban supaya tidak menganggu kenyamanan warga lokal maupun wisatawan.
“Katanya Manado sudah maju dan berkembang pesat tapi malah makin hari makin banyak pengemis. Berarti makin merosok juga ini Manado beberapa waktu terakhir,” ujarnya.
Pantauan wartawan media ini, sepanjang bulan ini, hampir tiap hari pengemis didominasi tuna netra dan anak-anak kecil menjual kacang ala peminta-minta.
Mereka biasanya berjalan atau berdiri di lokasi keluar parkir mobil di Kawasan Megamas.
Ada juga di lorong Gramedia yang dekat masjid. Alasan jual kancang tetapi incaran mereka adalah sumbangan sebanyak mungkin.
Bahkan seorang anak terlibat sangat familiar dan terlatih raut mukanya memelas.
Sementara itu, seorang petugas parkir di Megamas menuturkan bahwa pihak pengelola Kawasan Megamas melalui security sudah melarang bahkan berkali-kali mengusir tapi tetap mereka ‘beraksi’ kembali.
“Sudah berkali-kali diusir tapi tetap datang lagi. Kalau yang anak-anak ini malah disuruh orangtuanya,” kata seorang petugas yang namanya enggan disebutkan.
Nah, coba banyangkan di Megamas sedikitnya ada 100 mobil yang keluar masuk perhari. Kalau di kalikan 2000 ribu rupiah berarti dalam sehari profesi pengemis bisa mencapai 200.000.
Kalau 1 bulan 30 hari berarti dia bisa mencapai 6.000.000. ‘Gaji’ yang lebih besar dari honorer karyawan bahkan PNS yang baru diangkat.
Terkait ini, Gland Rindengan warga Manado lainnya berkomentar bahwa tanggungjawab Pemkot Manado mengatasi masalah sosial ini sebab merusak citra orang Manado.
Apalagi di UU dinyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Selain itu, jika dibiarkan maka akan makin menjamur profesi ‘pengemis’ yang intinya adalah orang malas bekerja keras tapi maunya dapat uang dengan cara instan.
“Arti pengemis kan sebenarnya identik dengan orang yang malas. Dan harusnya di Manado tidak boleh ada seperti ini karena akan menambah tingkat kriminalitas secara tidak langsung. Sebab pendapatan tidak stabil kalau ‘lagi sepi’ bisa-bisa meningkat jadi perampok,” ujarnya berharap Pemkot segara ambil tindakan karena biasanya ada anggaran untuk masalah sosial seperti ini. (tim)