Jakarta, BeritaManado.com — Pelestarian budaya adalah tanggung jawab semua orang Indonesia. Itulah sebabnya, Sanggar Bapontar merasa perlu untuk terus mempertahankan dan mengembangkan musik Kolintang dan tari-tarian Minahasa, walaupun jauh dari kampung halaman.
Hal itu dikatakan Beiby Sumanti selaku
pimpinan Sanggar Bapontar usai dianugerahkan penghargaan sebagai Pelestari dan Pengembangan Musik Tradisional oleh Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) yang diketuai Jendral TNI (Purn) Prof. Dr. A.M Hendropriyono dalam perayaan Hari Musik Nasional dan Apresiasi Anugerah Bakti Musik Indonesia.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan budaya,” ujar Beiby Sumanti.
Acara yang digelar di Perpustakaan Nasional Indonesia pada Rabu (11/3/2020) kemarin ini pun membuat dunia musik nasional menaruh perhatian pada Sanggar Bapontar yang mengusung musik tradisional terutama Kolintang.
Diketahui, Sanggar Bapontar berdiri pada tahun 2002, yang sebelumnya merupakan rumah singgah sejak tahun 1984 sampai sekarang.
Salah satu terobosan di tahun 2020 ini, yaitu membuat program edukasi budaya untuk anak-anak Sekolah Dasar (SD) di Jabodetabek.
“Karena seni budaya harus diperkenalkan ke anak-anak sejak dini. Inilah salah satu terobosan kami,” kata Beiby.
Selain sejumlah terobosan yang dilakukan, Beiby juga mengungkapkan, untuk pelestarian budaya, Bapontar mengadakan Road Show gratis Kolintang mulai dari tempat pembuangan sampah Bantar Gebang, Pasar Induk Kramat Jati, terminal bus Kampung Rambutan, Stasiun Kereta Api Gambir, Terminal 3 Airport Soekarno Hatta, rumah jompo, panti asuhan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke, Taman Surapati, Taman Menteng, Bawah Kolong Jembatan Jatibaru, Kolong Jembatan Karet, Waduk Pluit, Taman Kalijodo, Tempat Pemulung Tebet, Tempat Pemulung Karet, Jalan Belawan Tanah Abang dan daerah lainnya.
Sanggar Bapontar juga dikenal sebagai sanggar musik tradisional yang telah berkiprah sampai ke luar negeri sebagai salah satu upaya menegaskan bahwa Kolintang adalah milik Sulawesi Utara, Indonesia.
Inilah yang membuat Sanggar Kolintang hingga saat ini berjuang bersama Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia agar Kolintang secara resmi tercatat di UNESCO sebagai warisan budaya dari Indonesia.
“Semua kegiatan yang dilakukan oleh Sanggar Bapontar, demi untuk menunjang PINKAN Indonesia dalam perjuangan menuju UNESCO,” tegas Beiby.
Selain Sanggar Bapontar, para penerima penghargaan dalam ajang tersebut yaitu Godbless sebagai Grup Band Legendaris, Daniel Sahuleka sebagai Diaspora Indonesia yang berprestasi di dunia internasional, Triawan Munaf sebagai Pembina Ekosistem Musik Indonesia, Melly Goeslaw sebagai Pencipta Lagu Populer dan Didi Kempot sebagai Pemusik Lagu Daerah Fenomenal.
(srisurya)