Manado – Olahraga tinju identik dengan laki-laki, kuat, keras, sering kena pukulan dan rentan cidera.
Dengan segala risiko yang harus diterima, Israellah Saweho, gadis cantik kelahiran Manado, 21 Desember 2004 justru memantapkan diri untuk terjun kedunia olahraga sebagai atlet tinju.
Lahir dari keluarga atlet, sang ayah Bonyx Yusak Saweho seorang atlet tinju dan ibu Pengky Simbar seorang atlet silat yang keduanya adalah kebanggaan Sulut dengan begitu banyak prestasi, membuat Israellah mantap menjadi atlet.
Siswi kelas 8 SMP Negeri 8 Manado ini bahkan tak risih harus berlatih bersama teman-teman sesama atlet tinju yang sebagian besar adalah pria di Sario Boxing Camp.
Saat disambangi BeritaManado.com di lokasi latihan, Israellah pun menjelaskan awal mula dirinya terjun ke dunia tinju.
“Awalnya karena lihat papa dan rekan-rekannya latihan, kebetulan waktu kecil saya harus ikut mama dan papa ke Jakarta karena masuk pelatnas. Akhirnya saya tertarik, penasaran sama olahraga tinju dan mulai latihan sejak usia 4 tahun,” ungkap Israellah.
Hampir 9 tahun menekuni tinju, Israellah pun mengaku banyak suka duka yang dirasakan, apalagi dengan bayang-bayang nama besar orangtua, terlebih sang ayah juga merupakan pelatih di sasana.
Meski begitu, dirinya hanya berusaha profesional seperti yang dilakukan ayahnya, dimana tak ada perbedaan saat latihan berlangsung.
“Momen terburuk itu dulu pernah diusir dari latihan karena kurang serius. Kalau momen terbaik karena jerih lelah kerja keras kita terbayarkan dengan prestasi dan medali,” ujarnya.
Gadis cantik yang sering menang KO di ronde pertama ini pun tak menampik bila dirinya ingin menjajal bidang lain seperti modeling atau entertainment, tapi untuk hal itu, dirinya menyerahkan kepada orangtua.
Sementara itu, Pengky Simbar sendiri tak masalah jika anak gadisnya harus merasakan kerasnya olahraga tinju karena baginya, wanita harus kuat, berpendidikan dan berwawasan luas.
“Pendidikan dan tinju harus berjalan bersama. Kalau tidak sekolah, tidak boleh latihan. Jadi dia rajin ke sekolah demi bisa latihan tinju. Memang ini olahraga keras tapi tak masalah biar tak dianggap enteng sama laki-laki. Kami juga tidak mempermasalahkan dia mencoba bidang lain, selama masih dalam kontrol penuh orangtua,” kata Pengky.
Semangat olahraga pun terus ditanam sang ayah sekaligus pelatih dihati gadis belianya, dimana prestasi anak bangsa, diantaranya dari olahraga tak hanya membawa kebanggaan bagi diri sendiri, keluarga tapi juga bangsa dan negara.
“Di olahraga ada martabat bangsa, atlet juga bisa menaikkan bendera merah putih. Sehingga kami harap, pemerintah kiranya lebih memperhatikan olahraga juga para atlet, baik yang seperti kami sudah tidak lagi aktif di turnamen juga anak-anak kami ini, seperti Israellah dan kawan-kawannya yang berpotensi besar bisa meraih emas yang baru memulai karir sebagai atlet. Yang sudah nasional bisa kerja, yang masih sekolah bisa dapat beasiswa,” ucapnya. (srisurya)