Manado – Waruga, Watu Tumotowa dan berbagai situs budaya lainnya yang berada di Tanah Adat Minahasa adalah bukti beradaban, penanda hidup Tou Minahasa, simbol identitas Tou Minahasa.
Karena itu tidak lah berlebihan jika situs-situs budaya dikatakan sebagai harta tak ternilai bagi Tou dan Tanah Adat Minahasa.
Demikian press rilis “Save Waruga, Save Minahasa” dari Jaringan Komunitas Budaya Minahasa, terkait perusakan situs-situs budaya oleh pemerintah maupun oknum-oknum tertentu.
Menurut Rikson Karundeng dari Jaringan Komunitas Budaya Minahasa, dibalik situs-situs tersebut tersimpan nilai-nilai keminahasaan yang perlu untuk dipertahankan.
“Jika nilai-nilai keminahasaan kini dianggap mulai luntur, Waruga dan situs-situs budaya tersebut merupakan salah-satu harapan kita untuk menemukan kembali jatidiri Tou Minahasa yang sesungguhnya,” jelasnya.
Sesuatu yang sangat memilukan dan menyedihkan bagi peradaban kita Minahasa, ketika situs-situs budaya itu rusak, dijarah, dihilangkan atau dipindahkan dari tempat dimana oleh leluhur kita menempatkannya dahulu.
Dalam beberapa tahun belakangan, sudah sekian banyak situs budaya warisan leluhur Tou Minahasa mengalami nasib memiriskan itu.
Misalnya: Waruga Sawangan Minahasa Utara, Waruga di Wanua Ure Lota Pineleng, Watu Opo Sarayar Amurang, kawasan situs budaya Kameya, Pinawelaan Kakaskasen dan Waruga-Waruga di belakang Polres Tomohon, Waruga di kawasan Moraya Tondano, dan terakhir kawasan situs budaya Tana’ Kalakeran, dimana terdapat sejumlah Waruga dan Batu Pendirian Kampung di Kawangkoan, Kalawat-Airmadidi, Minahasa Utara. (***/jerrypalohoon)