Tondano – Sedikitnya 3 pegawai eselon IV di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Minahasa untuk saat ini bisa dibilang masih belum mengacu pada konsep The Right Man on The Right Job (TRM on TRJ). Pasalnya, dari latar belakang pendidikan dan jabatan yang saat ini baru saja diemban kompetensinya sepertinya tidak sesuai. Upaya untuk melakukan upgrade diharapkan bisa jadi solusi.
Novie L Bottu S.Sos (Kepala Seksi Kerja Sama dan Pemasaran), Aybie Suplig S.Pd (Kepala Seksi Pengembangan dan Pelestarian Seni Tradisional dan Non Tradisional), dan Apriliane Tiaw SS (Kepala Seksi Penyuluhan dan Bimbingan Wisata). Ketiganya tidak memiliki latar belakang dasar mengenai pariwisata dan kebudayaan.
Namun demikian hal tersebut bukanlah sebuah masalah. Jika dibandingkan dengan daerah lain yang sektor pariwisatanya sudah maju bahkan dikenal oleh dunia internasional seperti Bali dan Lombok, separuh SDM nya justeru tidak memiliki latar belakang pariwisata. Para penulis buku terkenal saja ada yang memiliki gelar yang sama dengan ketiga nama diatas.
“Dengan demkian, akan diupayakan agar tercipta ruang seluas – luasnya khususnya bagi pegawai negeri sipil di Disparbud untuk bisa belajar lebih banyak tentang pariwisata. Oleh karena itu jika ada kesempatan untuk melakukan studi banding atau sejenisnya, kami akan mengirimkan SDM yang ada,” kata Debby Bukara Kadisparbud Minahasa. (ang)
Tondano – Sedikitnya 3 pegawai eselon IV di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Minahasa untuk saat ini bisa dibilang masih belum mengacu pada konsep The Right Man on The Right Job (TRM on TRJ). Pasalnya, dari latar belakang pendidikan dan jabatan yang saat ini baru saja diemban kompetensinya sepertinya tidak sesuai. Upaya untuk melakukan upgrade diharapkan bisa jadi solusi.
Novie L Bottu S.Sos (Kepala Seksi Kerja Sama dan Pemasaran), Aybie Suplig S.Pd (Kepala Seksi Pengembangan dan Pelestarian Seni Tradisional dan Non Tradisional), dan Apriliane Tiaw SS (Kepala Seksi Penyuluhan dan Bimbingan Wisata). Ketiganya tidak memiliki latar belakang dasar mengenai pariwisata dan kebudayaan.
Namun demikian hal tersebut bukanlah sebuah masalah. Jika dibandingkan dengan daerah lain yang sektor pariwisatanya sudah maju bahkan dikenal oleh dunia internasional seperti Bali dan Lombok, separuh SDM nya justeru tidak memiliki latar belakang pariwisata. Para penulis buku terkenal saja ada yang memiliki gelar yang sama dengan ketiga nama diatas.
“Dengan demkian, akan diupayakan agar tercipta ruang seluas – luasnya khususnya bagi pegawai negeri sipil di Disparbud untuk bisa belajar lebih banyak tentang pariwisata. Oleh karena itu jika ada kesempatan untuk melakukan studi banding atau sejenisnya, kami akan mengirimkan SDM yang ada,” kata Debby Bukara Kadisparbud Minahasa. (ang)