Manado – Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, Drs. Steven Kandouw, mengatakan bahwa Sulawesi Utara sendiri telah lama memiliki semangat dan komitmen tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Hal tersebut dikatakan Steven Kandouw ketika membuka Rapat Koordinasi dan Bimbingan Teknis Penguatan Jaringan Informasi Geospasial Nasional Region Sulawesi dilaksanakan di Novotel Manado (2/10/2019),
“Semangat dan komitmen soal KEK itu sudah sejak lama, tapi baru semenjak ditetapkan baru saya mau ngomong, ternyata waktu itu ada kendala soal pemahaman geospasial ini,” terang Steven Kandouw.
Menariknya, Steven Kandouw juga mengatakan bahwa ternyata di daerah KEK tersebut dulunya ada wilayah sebaran ranjau.
“Jadi pas di geospasial, ternyata kawasan KEK ini ada sebaran ranjau, yang sudah tertanam di situ sejak zaman perang dunia kedua. Makanya nanti sudah bersih baru ditetapkan,” tandas Kandouw.
Steven Kandouw juga mengungkapkan bahwa pemerintah masih menghadapi permasalahan untuk menyelesaikan batas wilayah di beberapa daerah.
“Misalnya batas wilayah Pulau Komodo dan Pulau Komodo Selatan, meskipun batasnya sudah ditetapkan oleh Kemendagri, ternyata Kemendagri dalam penetuan batas wilayah terlalu di simplyfication, makanya di lapangan karena pemahaman geospasialnya masih kurang sehingga rasa-rasanya antara masyarakat dan pemerintah ada ketidaksepahaman,” tutur Kandouw.
Menurut Steven Kandouw bahwa hal tersebut bisa terjadi karena kerumitan pembagian batas wilayah.
“Kadang hanya karena beda pengukuran satu derajat saja bisa berpengaruh besar, karena ternyata satu derajat saja sangat menentukan pendapatan dana bagi hasilnya,” tukasnya lagi.
Turut hadir Kepala Badan Informasi Geospasial RI, Hasanuddin Z. Abidin beserta jajaran, delegasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, delegasi PPN/Bappenas, Deputi II Kantor Staf Presiden RI, Gubernur Maluku, Gubernur Maluku Utara, perwakilan Bupati/Walikota se Sulawesi Utara serta sejumlah tamu undangan.
(JerryPalohoon)