Tompaso, BeritaManado.com — Ada tradisi unik bagi umat Khonghucu setiap tahunnya jelang Hari Raya tahun baru Imlek atau yang lazim disebut Tahun Baru Cina.
Meski apa yang dilakukan sudah merupakan rutinitas setiap tahun, namun tetap saja ada hal menarik yang patut digali, karena nilai-nilai yang terkandung didalam perayaan relevan dengan dinamika yang selalu terjadi di masyarakat Tionghoa khususnya pemeluk agama Khonghucu.
Tokoh Khonghucu Sulut yang baru saja terpilih dalam Munas MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) pada tanggal 20-22 Desember 2018 di Jakarta sebagai salah satu dari sembilan orang Pimpinan Tertinggi Dewan Rohaniwan / Pimpinan Pusat MATAKIN seluruh Indonesia, yang juga merupakan Ketua Umum Komunitas Budaya Tionghoa Sulawesi Utara Js. Sofyan Jimmy Yosadi, SH menjelaskan bahwa dalam persiapan menyambut perayaan tahun baru Imlek tahun ini, ada beberapa hal yang dilaksanakan.
Persiapan yang utama dilakukan adalah membersihkan rumah, arca dan altar yang biasa digunakan untuk sembahyang, dimana ada juga hari khusus umat Khongucu untuk melakukan ritual sembahyang besar kepada Huang Tian Shang Di, Tuhan Yang Maha Besar Maha Kuasa, Para Shen Ming serta para leluhur.
“Bersih-bersih rumah, arca dan altar persembahyangan biasanya dilakukan beberapa hari jelang perayaan Imlek. Khusus untuk pembersihan altar dan Jinshen (Kimsin) atau yang biasa disebut arca dilakukan dalam suasana kekeluargaan dan kegembiraan karena dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga dalam satu rumah,” ungkap Yosadi.
Bagi Sofyan Yosadi sendiri, melaksaakan kewajiban ritual keagamaan dan adat tradisi budaya Tionghoa tetap mengikuti ajaran agama Khonghucu karena merupakan perintah agama yang tersurat dalam kitab suci agama Khonghucu.
Hal menarik lainnya dalam rangkaian perayaan tahun baru Imlek adalah menyiapkan segala keperluan, termasuk baju baru untuk seluruh anggota keluarga, pernak pernik Imlek serta keperluan makan dan minum untuk menyambut para tamu yang akan berkunjung demi menjaga hubungan kekerabatan, persahabatan serta kekeluargaan dan terpenting saling berbagi berkat di tahun baru.
“Perayaan ini bukan hanya tradisi budaya Tionghoa semata, namun juga merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Khonghucu. Dari semua yang dilakukan, baik itu aktivitas sembahyang di Klenteng, beramal kepada sesama sampai menyibukkan diri menyambut tamu di rumah, sebenarnya mau menunjukkan seberapa jauh seseorang itu menjalani kehidupan dengan semangat yang baharu dan hidup lebih baik lagi,” tutur Yosadi. (Frangki Wullur)