Jakarta, BeritaManado.com — Sedikit menengok kebelakang tentang riwayat singkat pelayanan almarhum Pastor Fransiskus Rares MSC, ternyata ditemukan hal yang sangat luar biasa dan mengagumkan.
Informasi dari Provinsialat MSC Jakarta melalui Pastor J. Mangkey MSC, almarhum Pastor Frans Rares sapaan akrabnya lahir di Tomohon 13 Maret 1953.
Setelah masuk dan bergabung dalam Komunitas MSC, Pastor Frans Rares mengikrarkan Kaul Pertama sebagai seorang Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) pada 3 Desember 1976.
Setelah menempuh jenjang pendidikan dan pembinaan sebagai seorang biarawan MSC, sang misionaris mengucapkan kaul kekal pada 16 Desember 1980.
Setahun kemudian, tepatnya pada 29 Juni 1981, Pastor Frans Rares ditahbiskan sebagai imam oleh Uskup Manado ketika itu Mgr. Theodorus Moors MSC di Gereja Katedral Manado.
Sebagai seorang Misionaris, Pastor Frans Rares mendapat tugas pelayanan di beberapa tempat.
Tahun 1981 – 1982, ia ditugaskan sebagai Pastor Pembantu di Saumlaki Tanimbar (wilayah Maluku Tenggara Barat saat ini).
1982 – 1983 diberikan kesempatan untuk studi sejarah gereja di Universitas Leuven di Belgia.
Setelah itu, pada tahun 1983 – 1988 bertugas sebagai Sekretaris dan Bendahara Provinsi MSC Indonesia di Jakarta.
Sekitar tahun 1988 – 1991 ditugaskan sebagai Pastor Paroki di Gereja Maria Bintang Laut Ambon dan setelah itu kembali ke Manado dan melayani di Paroki St. Ignatius dan juga beberapa bulan sebagai Sekretaris Uskup Manado dan Pastor Pembantu di Paroki St. Petrus Langowan.
Setelah kembali ke Biara MSC Pal 3 Karombasan almarhum Pastor Frans Rares mendapat kepercayaan sebagai Bendahara Daerah Sulawesi – Kalimantan Timur dan mengurus Bengkel Misi di Pal 3 dan Toko Santa Maria di Tomohon.
Setelah bebas tugas almarhum tetap menjadi anggota Komunitas MSC Pal 3 Karombasan walaupun lebih sering tinggal di Tompaso serta membantu pelayanan Misa di Paroki Kawangkoan dan Langowan hingga tutup usia.
Selama kurang lebih 29 tahun, almarhum Pastor Frans Rares menunjukkan kesetiaan terhadap pelayanan kepada umat, meskipun hanya dengan satu kaki saja dan satunya lagi dibantu dengan kaki palsu.
Tahun 1996, beliau mengalami musibah tersengat aliran listrik di rumah keluarganya di Kakaskasen dan menyebabkan kaki kanannya harus diamputasi saat dibawa ke rumah sakit di Singapura.