Manado, BeritaManado.com — Perekonomian dunia berada di ambang ketidakpastian akibat pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan bahkan terancam terperosok ke jurang resesi.
Begitu juga dengan perekonomian Indonesia yang diprediksi kuat pada kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi.
Berbagai lembaga dan sejumlah tokoh telah memproyeksikan Indonesia akan mengalami resesi.
Lantas, bagaimana dampak resesi sejumlah negara besar terhadap ekonomi Sulawesi Utara (Sulut)?
Pengamat Ekonomi Sulut Frederik Gerdi Worang kepada BeritaManado.com, Senin (3/8/2020) sore ini menjelaskan, konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi menjadi salah satu faktor penunjang tidak terdampaknya resesi di Sulut.
“Bisa kita berkaca dari Singapura adalah negara ekspor yang lebih fokus kepada perdagangan. Dan di Indonesia terlebih khusus di Sulut sektor rumah tangga masih cukup kuat. Apalagi di Sulut sektor pertanian menjadi salah penunjang,” ungkap Gerdi Worang.
Untuk itu, ditambahkan Worang ada beberapa faktor lain bisa meredakan dampak resesi negara besar di Sulut.
“Yang harus kita jaga adalah sektor kesehatan. Karena ekonomi berjalan beriringan dengan kesehatan. Yang sekarang pertumbuhan ekonomi Sulut berkurang akibat ada pembatasan di sektor ekonomi. Kedepan, harus dijaga sedisiplin mungkin harus dijaga. Kedua, mengurangi batasan konsumsi rumah tangga,” ujarnya.
Sedangkan untuk akhir tahun, Worang mengusulkan pemerintah kembali menggiatkan sektor pariwisata guna menumbuhkan kembali ekonomi Sulut.
“Desember itu adalah high season. Jadi manfaatkan kesempatan tersebut untuk memdongkrak perekonomian di Sulut. Karena dari sektor pariwisata, banyak sektor lain yang ikut bergairah seperti UMKM maupun jasa yang otomatis ekonomi bergairah lagi. Tetapi dengan menerapkan disiplin kesehatan yang tinggi,” tutup Worang.
(AnggawiryaMega)