Manado — Folsen Mats Taghulihi, putra daerah asal Lembeh, Sulawesi Utara yang lahir di Mawali pada 20 Februari 1994 ini kini bertugas sebagai pasukan perdamaian PBB di Lebanon.
Menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) dengan mengikuti Secaba PK 20, Sertu Folsen yang merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara ini pun membuktikan kalau dirinya mampu mewujudkan cita-citanya sejak kecil.
Putra dari pasangan Penisius Yosep Taghulihi dan Henny Mangapeng ini bahkan pernah berpindah-pindah kota karena pendidikan dan kedinasan, diantaranya, Makassar, Gorontalo, Bandung, Semarang, Palu hingga akhirnya kembali ke Manado.
Sejak kecil, Folsen memang sudah memimpikan untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dengan menjadi TNI.
“Makanya kalau ditanya masa kecil, remaja sampai sekarang, ya saya sejak kecil di Mawali, Lembeh, selesai sekolah langsung masuk TNI. Memang sudah cita-cita jadi bertekad dan berusaha agar bisa tercapai,” ujar Folsen kepada BeritaManado.com.
Catatan dalam karirnya pun menarik karena sebelum menjadi pasukan perdamaian PBB di Lebanon, Folsen dipercayakan menjadi ajudan Danrem 131/Santiago Brigjen TNI Joseph Robert Giri SIP MSi.
Selama menjalankan tugasnya, baik sebagai prajurit maupun ajudan, Folsen mengaku bersyukur dan bangga sekaligus terus belajar agar kedepan dapat menjalankan tugas dengan baik.
Apalagi seperti saat ini, dimana dirinya harus bertugas di negara orang dengan membawa misi mulia.
Bahasa, budaya termasuk situasi wilayah yang berbeda antara Lebanon dan Indonesia pun seolah tak menjadi halangan karena tekadnya untuk mengabdi yang tidak surut.
“Setiap amanah harus dijalankan dengan sangat maksimal, harus yang paling terbaik yang bisa diberikan. Itu sebabnya tidak ada yang namanya duka karena tidak semua orang dapat kepercayaan seperti itu. Bersyukur juga karena banyak dapat arahan, pengalaman yang bisa membentuk saya jadi lebih baik,” kata Folsen.
Sebagai putra Lembeh, Folsen pun berharap, akan ada banyak lagi pemuda dari kepulauan yang mau mengabdi bagi bangsa dan negara.
Dukungan dari keluarga, terutama semangat dan doa serta niat yang teguh dibarengi dengan kesiapan diri yang maksimal disebutnya akan menjadi bekal dalam meraih cita-cita.
“Kalau sudah cita-cita, kejar. Mau dari manapun asal daerah, kejar dengan sungguh-sungguh,” tutup Folsen.
(srisurya)