Manado – Pemilukada Minahasa dan Bolmong Utara (Bolmut) telah mengantar Jantje Wowiling Sajow dan Depri Pontoh, para mantan wakil bupati menjadi bupati. Lantas apakah fenomena kemenangan papan II juga akan menjadi milik Piet Hein Kuera, Jeremia Damongilala dan Tatong Bara?
Kuera adalah wakil bupati yang juga calon wakil bupati saat ini di Pemilukada Kabupaten Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro (Sitaro). Pun demikian dengan Damongilala di Minahasa Tenggara (Mitra) dan Tatong di Kota Kotamobagu. Ketiganya menurut pakar pencitraan politik Iverdixon Tinungki, punya peluang ke arah sana.
“Fenomena baru akan mewarnai wajah Pemilukada Sulut untuk masa-masa selanjutnya, berkaca pada hasil di Minahasa dan Bolmut barusan, sepertinya peralihan ini akan menjadi seperti Jokowi-epidemic, wabah Jokowi, dimana masyarakat pemilih percaya pada hal baru bisa melakukan perubahan frontal ke arah yang lebih baik,” sebut Iver, sapaan akrabnya, saat dihubungi baru-baru.
Lebih jauh kata dia, dalam hukum citra politis ada yang disebut sebagai politik penzholiman, dimana wakil bupati yang sebelumnya tertindas oleh bupati akan memunculkan emosi simpatik dari kalangan masyarakat.
“Jadi garis besarnya bupati dan wakil harus terus akur hingga akhir masa jabatan, karena biasanya kalau keduanya tidak ada kecocokan biasanya akan memicu sentimen negatif terhadap sang papan I,” jelas budayawan Nusa Utara ini. (alf)
Manado – Pemilukada Minahasa dan Bolmong Utara (Bolmut) telah mengantar Jantje Wowiling Sajow dan Depri Pontoh, para mantan wakil bupati menjadi bupati. Lantas apakah fenomena kemenangan papan II juga akan menjadi milik Piet Hein Kuera, Jeremia Damongilala dan Tatong Bara?
Kuera adalah wakil bupati yang juga calon wakil bupati saat ini di Pemilukada Kabupaten Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro (Sitaro). Pun demikian dengan Damongilala di Minahasa Tenggara (Mitra) dan Tatong di Kota Kotamobagu. Ketiganya menurut pakar pencitraan politik Iverdixon Tinungki, punya peluang ke arah sana.
“Fenomena baru akan mewarnai wajah Pemilukada Sulut untuk masa-masa selanjutnya, berkaca pada hasil di Minahasa dan Bolmut barusan, sepertinya peralihan ini akan menjadi seperti Jokowi-epidemic, wabah Jokowi, dimana masyarakat pemilih percaya pada hal baru bisa melakukan perubahan frontal ke arah yang lebih baik,” sebut Iver, sapaan akrabnya, saat dihubungi baru-baru.
Lebih jauh kata dia, dalam hukum citra politis ada yang disebut sebagai politik penzholiman, dimana wakil bupati yang sebelumnya tertindas oleh bupati akan memunculkan emosi simpatik dari kalangan masyarakat.
“Jadi garis besarnya bupati dan wakil harus terus akur hingga akhir masa jabatan, karena biasanya kalau keduanya tidak ada kecocokan biasanya akan memicu sentimen negatif terhadap sang papan I,” jelas budayawan Nusa Utara ini. (alf)