BERWISATA sambil menjaga kelestarian alam membuat hidup lebih berguna. Alasan ini pula yang menjadi satu dari beberapa faktor sehingga Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Utara (MINUT) memilih lokasi Desa Sarawet, Kecamatan Likupang Timur sebagai lokasi kegiatan ‘jumat bersih’ pada Jumat, (28/4/2023).
Matahari masih malu-malu ketika tim dari DKP Minut tiba di Dermaga, Jaga 1, Desa Sarawet. Lokasi tambatan perahu nelayan tradisional ini menjadi titik kumpul peserta kegiatan bersih pantai, bersih sungai dan ‘sapu laut’ kali ini.
Tepat pukul 07.00 Wita kegiatan dimulai dari membersihkan kawasan dermaga. Tidak begitu kotor karena memang di Desa Sarawet ini sudah memiliki Bank Sampah dan kesadaran masyarakat sekitar cukup tinggi untuk menjaga kebersihan. Selanjutnya tim dari DKP sekitar 30-an orang dan dari kelompok nelayan dan masyarakat sadar lingkungan ada 20-an orang bergerak ke arah laut.
Bagaimana peserta kegiatan ini mengangkat sampah?
Para peserta terbagi dalam beberapa tim kecil sesuai alat transpotasi yang digunakan. Ada yang naik perahu nelayan tradisional, kayak, rakit modern/standup paddle (SUP) dan longboat. Peserta mengambil sampah yang hanyut dari sungai ke arah laut menggunakan alat tangkap ikan berupa jaring kecil dan juga langsung memungut sampah dengan tangan.
Selanjutnya sampah-sampah tersebut dikumpul dalam karung untuk didonasikan ke Bank Sampah Induk (BSI) Likupang yang lokasi gudang penampungannya ada di Desa Sarawet, Jaga 1. Dari area muara sungai semua peserta lanjut ke area laut menuju Pulau Napomanu. Pulau Napomanu masih di wilayah Desa Sarawet yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari dermaga tadi.
Di Pulau Napomanu Kepala Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Minut Ryke A.A. Lucas, ST menyampaikan materi sosialisasi langsung kepada personil kelompok nelayan yang hadir. Ia juga lebih banyak memberikan contoh terkait pentingnya menjaga kelestarian wilayah laut dan sekitarnya.
“Kegiatan ini adalah program rutin dinas kami dan biasanya berpindah-pindah desa untuk lokasi kegiatan bersih-bersih pantai atau bersih-bersih kawasan laut yang kami sebut sapu laut. Tentunya lokasi yang kami pilih haruslah ada dukungan masyarakat karena kegiatan ini tujuan utamanya menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah dilaut, dipantai atau dimanapun supaya tidak merusak lingkungan,” ungkap perempuan hebat asal Desa Kaima, Kauditan ini.
Ryke juga menjelaskan jika Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia juga memiliki program yang sama secara nasional. Itulah mengapa ada kegiatan bertajuk bersih pantai, bersih sungai dan sapu laut karena semua itu berkaitan dengan ekosistem laut.
Ikan satu kali mati
“Ikan yang torang (kita) makan berasal dari laut. Kalau Laut terus-menerus dibiarkan kotor maka ikan yang kita makan bukan tidak mungkin akan ikut tercemar,” jelasnya.
Setelah makan siang di Pulau Napomanu. Semua peserta bersantai sejenak dan makan siang bersama. Kelompok Nelayan KNELS kebetulan membawa hasil pancing mereka dari perairan setempat dan barbeque sejenak untuk melepaskan penat di pulau kosong berpasir putih ini.
Ikan segar yang disebut ‘ikan satu kali mati’ ini, terasa sangat manis dagingnya karena segar dari hasil pancingan di perairan Likupang tersebut.
“Pantai dan Laut kalau bersih bukan hanya ikannya yang berguna tetapi juga potensi wisata akan berkembang dan bisa menopang perekonomian masyarakat. Program kali ini memang untuk menunjang desa-desa di Minahasa Utara untuk menjadi wisata bahari sesuai potensi desa tersebut,” ungkap Ryke memimpin sekitar 30-an pegawai termasuk penyuluh perikanan sekabupaten Minahasa Utara untuk mengikuti kegiatan bersih-bersih dengan nama kegiatan ‘sosialisasi peningkatan kesadaran tentang kelestarian fungsi lingkungan hidup pada pelaku utama/ usaha perikanan di Kabupaten Minahasa Utara.’
Dalam kegiatan ini juga hadir sebagai tuan rumah sejumlah anggota Kelompok Nelayan Elang Laut Sarawet (KNELS) dari Desa Sarawet dibawah komando Ketua Jemmy Marthin, Pembina Kelompok Pecinta Alam (KPA) Likupang Terry Rambi, Ketua Bank Sampah Induk (BSI) Likupang Yudith Rondonuwu, Ketua Harian Komunitas Likupang Raya (KLiR) Jelly K. Maramis, Pemerintah Desa Sarawet yang diwakili Kepala Jaga 1 Audy Tongkukut dan Camat Likupang Timur Delby Wahiu dan pegawai kecamatan Marlen Sumual.
Ada juga kelompok nelayan dari Desa Likupang Dua dan Desa Tarabitan, Kecamatan Likupang Barat yang membantu fasilitas transpotasi longboat.
Ketua KNELS Jemmy Marthin mengatakan bersyukur kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik. Cuaca mendukung dan rekan-rekannya secara sukarela datang untuk membantu kegiatan sapu laut bahkan ikut menyediakan lauk-pauk untuk semua peserta yang hadir.
“Tuhan memang merestui kegiatan yang baik ini. Dibuktikan dengan cuaca yang baik, kondisi laut yang teduh dan semua yang pergi dan pulang bisa menikmati kegiatan bersih-bersih ini dengan segala kebaikan,” ujar Jemmy yang juga seorang majelis gereja.
Demikian diungkapkan Ketua Harian KLiR Jelly K. Maramis. Menurutnya program DKP Minut ini merupakan program yang langsung menyentuh lapisan masyarakat.
“Edukasi itu sangat penting apalagi terkait kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah. Karena jika pemerintah hanya memberikan bantuan dan bantuan, tanpa adanya edukasi untuk menjaga laut dan kawasan sekitarnya, maka masyarakat justru akan menjadi manja dan hanya terfokus kepada bantuan saja. Jadi, kami mengapresiasi kegiatan sosialisasi atau edukasi langsung kepada kelompok nelayan khususnya masyarakat pesisir sehingga diharapkan kesadaran menjaga lingkungan ini akan saling transfer dan kelestarian laut akan terus terjaga,” ujar Maramis yang juga alumnus Fakultas Perikanan Kelautan Unsrat Manado ini.
Ketua Bank Sampah Induk (BSI) Likupang Yudith Rondonuwu mengucapkan terima kasih atas donasi sampah yang sudah terkumpul dari kegiatan ini yaitu 2 karung sampah campur (sampah kering dan sampah basah) sekitar 30 kilogram. Sampah plastik akan dikumpul dengan sampah plastik lainnya dan sampah basah akan diletakkan di satu titik penampungan untuk menjadi pupuk alami.
“Jumlah sampah tidaklah menjadi fokus utama dalam kegiatan seperti ini, tetapi nilai edukasinya sangat tinggi. Semoga kegiatan seperti ini bisa menginspirasi banyak pihak untuk melakukan kegiatan yang sama sebagai bentuk komitmen penghuni bumi untuk menjaga ‘rumahnya (bumi)’ itu sendiri,” ungkap Rondonuwu.
Sementara itu, Camat Likupang Timur Delby Wahiu yang juga Pembina Bank Sampah Induk Likupang menuturkan jika ia sangat mendukung program bertema bersih-bersih lingkungan. Ia menyadari kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan dan hal ini adalah tugas bersama.
“Masih banyak PR (Pekerjaan Rumah, red) untuk kebersihan di daerah Likupang juga. Walaupun memang sampah ini menjadi masalah di semua daerah di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Meningkatnya jumlah pabrik dan perusahaan makanan, pakaian dan perdagangan apapan sekarang sebagaian besar kemasan yang digunakan berbahan plastik. Bisa dibayangkan produksi sampah yang beredar di masyarakat dan bisa dibayangkan sampah-sampah itu jika dibuang sembarangan. Jadi, memang pemerintah selalu mengimbau masyarakat untuk berperan aktif dalam mengelola sampah,” kata Wahiu.
(rds)