Minut, BeritaManado.com – Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Rahman Ismail dalam akun media sosialnya banyak berkisah tentang toleransi beragama dan dedikasi dalam bekerja.
Awal Desember 2020, pria asal tanah Buton, Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini pernah menulis;
“Bulan Sabit, di tanah kita agama dan tradisi saling memberi arti, dan membuka peluang untuk saling menghargai.
Bisa jadi, Tuhan menciptakan padang pasir, agar manusia bisa menghargai pepohonan. Karena kita perlu saling belajar untuk memahami pola pikir.
Karenanya, puaslah dengan kesederhanaan kita sendiri dan tidak membandingkan atau bersaing dengan yang lainnya, dan jika kita tak belajar dari kesedihan maka kita tak bisa menghargai kebahagiaan. PacarMerahBertasbih.”
Status tersebut diunggah dengan latar foto ia yang memakai peci topi berwarna putih, duduk dengan background salib besar.
Masih dengan topi yang sama, ia juga berfoto dengan latar belakang pohon natal.
Aktifis muslim yang pernah menjadi Ketua Badan Tadzkir Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado ini tampak telah matang dengan multikulturalisme, keberagaman Indonesia.
Ia membuktikannya dengan rutin memberi bantuan bagi masyarakat Minahasa Utara (Minut) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), tanah dimana ia bekerja.
Sejak awal pandemi, telah lebih dari 2.000 paket bantuan bahan pokok telah ia salurkan di sepuluh kecamatan se-Minut.
Sasarannya yaitu masyarakat terdampak COVID-19.
Bahkan di moment Natal ini, bantuan bahan pokok berupa beras dan telur kembali disalurkan.
Jumlahnya tak banyak, namun menyasar kaum papa khususnya para lanjut usia.
Secara fisik, di libur Natal 2020, Rahman tak ada di Minut.
Mantan Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Manado itu berlibur bersama putri tercinta di tanah nenek moyangnya, Negeri Butuni Buton.
Namun Rahman tak habis akal.
Ia dibantu rekan kerja di Bawaslu Minut dan para milenial Minut untuk turun langsung ke rumah-rumah warga selama Natal dan jelang tahun baru.
“Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Saya mendedikasikan diri di Tanah Tonsea, disini saya mengabdi,” kata Koordinator Divisi Pengawasan, Humas, dan Hubal itu, Minggu (27/12/2020).
PERNAH DIKIRA PESERTA PILKADA
Aksi sosial Rahman Ismail, membuat dia banyak disalah arti bakal maju dalam helat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Minahasa Utara 2020.
Namanya pernah dipasangkan dengan beberapa nama bakal calon bupati.
Mengingat peristiwa itu, Rahman tertawa cekikikan.
Bukan hanya karena sebagai penyelenggara pemilu, ia dituntut harus bersikap netral, namun akibat isu tersebut, Rahman dijauhi teman-teman yang berseberangan pilihan politik.
“Tidak mungkin juga saya maju. Saya penyelenggara. Yang lain mungkin terlalu baper (bawa perasaan, red),” kata Rahman diikuti gelak tawa.
Lebih dari itu, jabatan bagi Rahman bukan sesuatu yang takut jika tidak ia miliki.
“Ini milik Tuhan, jika satu waktu lepas, semua seizin Tuhan. Yang terpenting adalah bagaimana kita telah bekerja dengan maksimal. Yang terbaik sudah kita berikan,” tambahnya.
COVID-19 MEMBAWA BERKAH
Akhirnya, selalu ada berkah di tengah cobaan hidup manusia, seperti pandemi Covid-19 seperti sekarang.
Bagi Rahman Ismail, hidup pas-pasan bukan halangan untuk tidak berbagi.
Berbagi menurutnya tidak harus menunggu saat dapat ‘durian runtu’ tapi lebih karena rasa syukur atas penyertaan Tuhan.
“Saya berbagi bukan karena punya lebih, tapi karena saya tahu bagaimana sulitnya saat tak punya apa-apa,” tegas peraih sertifikat kompetensi sebagai jurnalis tingkat utama itu.
Banyak pengalaman yang ia dapat saat turun langsung menyalurkan bantuan, diantaranya, dapat melihat lebih dekat kondisi masyarakat ekonomi lemah dan mendengar kesulitan mereka di tengah pandemi seperti sekarang.
Tak sedikit juga doa yang ia dapat dari mulut keriput para lansia, yang bersyukur dengan deraian airmata setelah dapat bantuan.
“Sebab kita tidak tahu, dari mulut siapa, doa kita akan diijabah Pemilik Semesta. Tugas saya hanya berbagi dan membantu sesama,” kunci Rahman Ismail.
(Finda Muhtar)