Bitung, BeritaManado.com – Pemuda Muhammadiyah Kota Bitung menggelar talk show Nasib UMKM di Tengah Pademi Covid-19, Kamis (22/10/2020).
Talk show itu digelar di Daun Cafe Jalan Sam Ratulangi Kecamatan Maesa yang dihadiri Kepalad Dinas Koperasi dan UKM Pemkot Bitung, Aneke Tumbelaka, anggota DPRD Kota Bitung, Geraldi Mantiri serta sejumlah perwakilan UKM dan kader Pemuda Muhammadiyah Kota Bitung.
Mengawali talk show yang dipandu Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Bitung, Arham Licin itu, salah satu pelaku usaha home stay, Alfons Wodi berbagi cerita soal dampak covid-19 terhadap usaha yang digeluti.
Alfons mengungkapkan, usaha warisan kedua orang tuanya itu kini benar-benar tidak menghasilkan semenjak tidak ada lagi wisatawan asing ke TWA Tangkoko akibat covid-19.
“Saldo rekening tempat usaha saya nol rupiah sampai hari ini. Sedangkan fasilitas home stay butuh perawatan kendati tamu tidak ada,” kata Alfons.
Akibatnya kata pemandu wisata ini, kondisi home stay dari bulan Maret 2020 tidak terawat dan terbengkalai karena tak adanya pemasukan.
“Mau tidak mau kami harus beralih ke profesi lain untuk biaya makan sehari-hari. Dan ironinya, kondisi yang kami alami ini terkesan hanya diabaikan pemerintah,” katanya.
Angga salah satu pelaku usaha marcendais khas Kota Bitung mengaku harus meninggalkan usaha yang dirintisnya dari nol akibat covid-19.
“Marcendais yang saya hasilnya memang pangsa pasarnya adalah wisatawan. Bagaimana marcendais saya mau dijual kalau wisatawan tidak ada seperti pelaku usaha home stay,” katanya.
Dirinyapun kini menggeluti usaha lain sambil menunggu kunjungan wisatawan ke Kota Bitung kembali normal.
Selain Angga, hadir juga Cristofel pengrajin souvenir dari bahan limbah yang menyampaikan bagaimana dirinya terus berinovasi menghasilkan souvenir khas Kota Bitung.
Cristofel mengaku, tanpa topangan dari pemerintah, ia survive memasarkan berbagai souvenir dari bahan limbah kulit kacang dan cangkang kenari menjadi buah kalung, gelang, anting-anting serta bros.
“Saya juga melayani pesanan souvenir sesuai keiinginan pembeli. Intinya semua pelaung saya manfaatkan dan terus mencari relasi untuk memaskan souvenir,” katanya.
Yadi, salah satu pemilik cafe di wilayah Wangurer mengaku usaha yang digeluti semenjak covid-19 ibaratnya hidup enggan mati tak mau karena sepinya pengunjung.
Dirinya mengaku, biaya operasional cafe kerap kali lebih besar dari pemasukan, bahkan pernah pemasukan hanya cukup untuk membeli mie instan.
Hal yang sama juga dirasakan Andre pemilik cafe yang mengaku baru usai membuka cabang cafenya disaat pademi covid-19 mulai masuk Kota Bitung.
“Saat ini saya harus menyicil biaya sewa yang sudah jatuh tempo dan jika begini terus mau tidak mau bulan Desember nanti saya harus tutup karena pemasukan hanya cukup untuk makan sehari-hari,” katanya.
Sementara itu, Aneke sendiri mengapresiasi talk show yang digelar Pemuda Muhammadiyah Kota Bitung dan kaget pelaku UKM yang hadir tidak satupun masuk dalam program Bangga Buatan Bitung yang sementara berjalan.
Menurutnya, lewat program itu pelaku UKM dilatih membuat kemasan menarik termasuk juga pendampingan hingga ke pemasaran.
“Jadi konsepnya UKM dari offline menjadi online akibat pandemi covid-19 dan itu sementara kita terapkan ke beberapa UKM yang ikut program Bangga Buatan Bitung,” kata Aneke.
Mantan Camat Girian ini juga mengatakan, saat ini pemerintah sangat fokus untuk menguatkan pelaku UKM mengingat di tengah pandemi hanya UKM yang masih mampu bertahan menggerakkan ekonomi.
Juga Aneke menyampaikan data jumlah UKM di Kota Bitung dari data 6.755 yang aktif hanya sekitar 5000an kemudian kembali dilakukan pendataan hanya tersisa 3.800an.
“Namun saat ini jumlah UKM tiba-tiba naik menjadi 10.650 akibat adanya bantuan dari pusat yang sementara berlangsung saat ini,” katanya.
Sementara itu, Geraldi menyampaikan, DPRD sampai saat ini masih terus berupaya mensuport penguatan UKM di tengah pandemi covid-19 lewat porsi annggaran lebih besar dalam APBD.
“Ketika awal-awal covid-19, kami langsung berkoordinasi dengan Dinas Koperasi dan UKM karena kebetulan menjadi salah satu mitra kerja kami di Komisi II. Yang kami ingin pastikan kesiapan Dinas untuk menopang UKM selama covid-19,” kata Geraldi.
Namun harus diakui kata kader PDI Perjuangan ini, anggaran yang telah diplot untuk Dinas Koperasi dan UKM ikut juga digeser untuk penanganan covid-19 sehingga berimbas pada beberapa program.
“Kami coba siasati di APBD Perubahan dengan menambah anggaran tapi itu tidak memungkinkan karena ketersedian anggaran sangat terbatas. Harapannya di APBD 2021 porsi anggaran untuk koperasi dan UKM jauh lebih besar agar perekonomian kita bisa kembali bangkit,” katanya.
(abinenobm)