Manado, BeritaManado.com — Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara (BPS Sulut) merilis Hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 Provinsi Sulawesi Utara.
Rilis data tersebut dilaksanakan secara hybrid, yaitu daring dan luring pada Senin (30/1/2023) oleh Sumbodo Aji Cahyono SSi MA selaku Pranata Komputer Ahli Madya mewakili Kepala BPS Sulut Asim Saputra SST, M.Ec.Dev yang sedang bertugas di luar daerah.
Secara garis besar, hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 Provinsi Sulawesi Utara dijelaskan dalam rilis data tersebut, sementara untuk data lebih lengkap dapat mengunduh BTS nya di lama web sulut.bps.go.id.
Indikator Fertilitas TFR (Total Fertility Rate) Sulawesi Utara sebesar 2,10 yang berarti hanya sekitar 2 anak yang dilahirkan perempuan selama masa reproduksinya.
Kondisi ini menunjukkan, hasil Long Form SP2020 (LF SP2020) menuju Replacement Level.
Replacement Level yaitu jumlah kelahiran yang dapat menggantikan generasi sebelumnya sehingga pertumbuhan populasi tetap stabil.
Puncak Age Specific Fertility Rate (ASFR) atau banyaknya kelahiran tiap 1000 perempuan pada kelompok umur tertentu di Sulawesi Utara terletak pada wanita umur 25-29 tahun.
“Artinya terdapat 115-116 kelahiran dari 1.000 perempuan umur 25-29 tahun,” ujar Sumbodo.
Sementara, dalam rentang 50 tahun (periode 1971-2022), penurunan angka kematian bayi (AKB) di Sulawesi Utara mencapai 85 persen.
Child Mortality Rate (Angka Kematian Anak 1-4 tahun) sebesar 3,17.
Artinya terdapat sekitar 3 kematian anak umur 1-4 tahun selama satu tahun diantara 1.000 anak umur 1-4 tahun.
Under 5 Mortality Rate (Angka Kematian Balita) sebesar 20,40 artinya setiap 1.000 balita Indonesia, 20-21 diantaranya tidak berhasil mencapai umur tepat 5 tahun.
Menurut kabupaten kota, angka TFR dari yang tertinggi yaitu Bolaang Mongondouw Selatan dan terendah Kabupaten Minahasa.
Sementara AKB menurut kabupaten kota, yang tertinggi lagi-lagi Kabupaten Bolaang Mongondouw Selatan dan terendah Kota Manado.
Pada rilis tersebut juga terungkap, dalam 50 tahun terakhir, terjadi penurunan fertilitas remaja (ASFR 15-19) yang cukup tajam, yaitu dari 103 hasil SP1971 menjadi 42,77 hasil LF SP2020.
“Penurunan angka fertilitas remaja (ASFR 15-19) yang cukup cepat disebabkan oleh pendewasaan usia perkawinan perempuan yaitu 19 tahun yang mendorong penurunan total kelahiran,” kata Sumbodo.
Jadi, angka kelahiran yang turun tajam di usia 15-19 tahun diimbangi dengan tingkat pendidikan yang meningkat pada kelompok usia tersebut.
“Tingkat pendidikan penduduk Sulawesi Utara usia 15 tahun ke atas didominasi oleh pendidikan menengah atas. Dari 100 penduduk berusia 15 tahun keatas, terdapat sekitar 41 orang yang menamatkan SMA/Sederajat,” ungkap Sumbodo.
(srisurya)