Tomohon, BeritaManado.com — Tidak sabar merupakan salah satu sifat manusiawi yang ada di dalam diri setiap orang dengan berbagai latar belakang.
Namun tidak sedikit juga orang-orang yang berhasil mengalahkan sifat manusiawinya itu dan menjadi pribadi yang lebih sabar.
Kuncinya hanya satu, yaitu senantiasa berada dekat dengan Tuhan melalui doa dan refleksi setiap saat.
Hal ini menjadi salah satu poin refleksi saat Misa Pertama empat Imam Baru yang merupakan Alumni Seminarium Agustinianum Tomohon, Jumat (28/8/2020).
Menurut Rektor Seminarium Agustinianum Tomohon Pastor Albertus Imbar Pr, bahwa keempat imam yang mempersempahkan Misa itu telah membuktikan bahwa waktu Tuhan memang indah pada waktunya dan pasti menjadi yang terbaik.
“Keempat imam baru ini mengungkapkan dalam sharing pengalaman perjalanan panggilan imamat mereka. Awal mula masuk Seminari semangat mereka berapi-api, namun di tengah jalan sempat ada yang bimbang karena diterpa beragam persoalan hidup. Bahkan ada yang sempat memikirkan untuk tidak lagi melanjutkan studi sebagai calon imam. Namun berkat refleksi batin dengan juga dukungan banyak orang mereka boleh menjadi seorang imam,” ungkap Pastor Albertus Imbar.
Ditambahkannya, waktu Tuhan itu ibarat benih yang ditanam di tanah yang subur, dimana hal itu membutuhkan proses tumbuh hingga berbuah pada waktunya.
“Dalam proses tumbuh itu tidak selamanya datang hujan untuk membasahi tanah. Kadang ada musim kemarau yang menuntut seorang petani harus berjerih lelah mengambil air dengan rupa-rupa cara di tempat yang sulit dijangkau untuk menyiram tanah tempat benih itu disemai,” kata Pastor Albertus Imbar.
Ditambahoannya, situasi seperti itulah tak jarang membuat orang bimbang dan bahkan bertanya-tanya dimanakah Tuhan itu yang menjanjikan rancangan kebaikan.
“Hal inilah yang kebanyakan tidak dipahami orang dan akhirnya ada yang mengambil jalan pintas, seperti mengundurkan diri dari jalan panggilan sebagai calon imam, berhenti dari pekerjaan dan bahkan menceraikan istri atau suami hanya karena masalah rumah tangga,” tandasnya.
Lebih lebih lanjut dikatakannya bahwa memang apa yang diijinkan Tuhan berlaku dalam kehidupan seseorang seringa tidak bisa dipahami dengak akal sebagai manusia.
“Dalam hal ini, kita harus belajar untuk tekun berserah diri kepada kehendak Tuhan. Pasti ada waktu terbaik yang sudah Tuhan sediakan,” tutupnya.
(Frangki Wullur)