Manado, BeritaManado.com – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini turut berduka atas musibah bencana alam yang terjadi di Kota Manado pada Jumat (27/1/2023) lalu.
Ia menyesali sudah dua kali berkunjung ke Kota Manado, Sulawesi Utara, namun dengan alasan yang sama yaitu bencana.
“Saya dua tahun jadi menteri, dua kali juga saya ke sini dengan kasus yang sama, yaitu banjir, longsor dan meninggal. Tahun 2021 dulu, awal jadi menteri, saya ke sini, ada korban kalau ngga salah 2 orang. Sekarang, lebih banyak lagi, 5 orang. Terus, tunggu berapa banyak orang lagi yang mau jadi korban?” kata Mensos saat meninjau lokasi terdampak bencana banjir dan tanah longsor di Kota Manado, Selasa (31/1/2023).
Olehnya, agar kejadian serupa tidak terulang, Mensos Tri Rismaharini meminta warga yang bermukim di bantaran sungai dan area-area rawan bencana banjir dan tanah longsor di Kota Manado, Sulawesi Utara, untuk bersedia direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Jika hal ini tidak diindahkan, Mensos memperingatkan, bukan tidak mungkin, dampak yang ditimbulkan lebih parah dan korban berjatuhan akan lebih banyak dari waktu ke waktu.
Hal ini dikarenakan kontur tanah yang tidak memadai sebagai tempat bermukim.
“Kalau lihat kontur-kontur lahannya seperti ini, memang itu sangat riskan, ngga layak untuk ditinggali. Jangan karena kita berdalih, apapun alasannya, kemudian ngga mau pindah. Akhirnya, ada korban lagi. Ayolah, apa yang mau kita cari lagi?,” ucapnya meyakinkan.
Melalui perbincangan dengan Wali Kota Manado Andrei Angouw dan beberapa Forkopimda yang turut hadir mendampingi Mensos, Pemkot Manado sedianya telah menyiapkan hunian bagi warga Manado yang tinggal di area rawan bencana banjir dan tanah longsor.
“Setelah saya berdiskusi dengan Pak Wali, terkait bagaimana mereka yang kondisi rumahnya berbahaya, itu (Pemkot) sudah siapkan tempat, ada 3.000 unit,” kata Mensos.
Terlepas dari faktor apapun yang melatarbelakangi warga enggan pindah ke hunian tersebut, Mensos menginginkan warga tetap utamakan keselamatan.
“Yang utama, yang harus kita pikirkan adalah keselamatan. Keselamatan itu di atas segala-galanya. Kalau tidak antisipasi dari sekarang, kemudian terjadi musibah, semuanya bisa habis seketika,” ujarnya.
Pada agenda pertama di Kota Manado, Mensos Tri Rismaharini menyalurkan bantuan serta santunan kepada 5 ahli waris korban bencana alam.
Penyaluran santunan dilaksanakan di Gereja POUK Ekklesia Kalama Lantamal VIII, dimana masing-masing ahli waris menerima uang tunai sebesar Rp15 juta, bantuan logistik berupa makanan siap saji 20 paket, makanan anak 20 paket, selimut 10 lembar, kasur 10 lembar, family kit 5 paket senilai total Rp9.500.000.
Adapun, bantuan sembako juga disalurkan kepada masyarakat, dengan isian per paketnya berupa beras premium 20 kg, minyak goreng 1 liter, mie instan 10 bungkus, sarden 425 gr 2 kaleng, kopi bubuk 165 gr 1 bungkus, biskuit 300 gr 1 bungkus, kecap manis 195ml 1 botol, saos tomat 195ml 1 botol, dan biskuit 235 gr 1 bungkus.
Sementara itu, bantuan ATENSI yang disalurkan di lokasi yang sama, setiap paket berisi beras 20 kg, biskuit 650 gr 2 pcs, telur 2 pack, minyak goreng 2 liter 1 bungkus, madu 250 gr 1 pcs, sabun cair 300 ml 5 botol, sikat gigi 5 pcs, pasta gigi 75 gr 5 pcs, detergen 800 gr 2 bungkus, dan sarden 155 gr 12 kaleng.
Peninjauan lokasi bencana di Kota Manado, terasa tak lengkap bila Mensos tidak bertemu dengan para anak yang ikut jadi korban.
Mantan Wali Kota Surabaya ini menyempatkan menyapa anak-anak di posko Layanan Dukungan Psikososial (LDP) di KGPM Sidang Petra Cempaka.
Ia menghibur mereka dengan membagikan langsung paket makanan dan mainan anak.
Alhasil, para anak langsung riang gembira mengerubuti Mensos agar mendapat mainan.
Tak lupa pula, Mensos Risma mengecek dapur umum Kemensos yang terpusat di Sentra “Tumou Tou” di Manado.
Dapur umum, yang dikelola personel Tagana Kota Manado dan Bitung ini, membantu memenuhi kebutuhan pangan warga terdampak pasca bencana.
Bencana banjir yang terjadi Jumat (27/1/2023) lalu merendam lebih dari 400 rumah dan berdampak pada ribuan kepala keluarga (KK).
Sebanyak lima orang dinyatakan meninggal dunia, satu terseret arus sungai, dan empat tertimbun longsor.
Berdasarkan data dari Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), ratusan rumah yang terendam banjir tersebar di 34 desa/kelurahan dan 9 kecamatan.
Sementara, bencana tanah longsor, berdampak pada 63 KK yang tersebar di 22 desa/kelurahan dan 7 kecamatan di Manado.
Perbaikan Fasilitas Rumah Relokasi
Pada kunjungan di Kota Manado, Selasa (31/1/2023), Mensos Tri Rismaharini bersama Wali Kota Manado Andrei Angouw berdialog terkait beradaan rumah relokasi khusus untuk masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan rawan longsor.
Sebagai informasi, rumah relokasi tersebut dibangun di Kelurahan Pandu, Kecamatan Bunaken Kota Manado, dengan fasilitas sebanyak lebih dari 2.000 unit rumah.
“Saya ketemu pak wali kota (Andrei Angouw, red) saya tanya kenapa warga tidak mau pindah di Pandu? Ternyata, kualitas rumah jelek, infrastruktur jelek,” ujar Mensos.
Untuk mendukung proses relokasi ini, Kementerian Sosial RI akan membantu Pemkot Manado untuk melakukan perbaikan unit rumah sehingga menjadi layak tinggal dengan total anggaran Rp2 miliar.
Angka tersebut sebelumnya ditata Pemkot Manado pada APBD 2023.
Sehingga dengan adanya bantuan Kementerian Sosial ini, maka uang yang diplot Pemkot Manado pada APBD 2023 akan dialihkan untuk membangun fasilitas lainnya di kompleks rumah relokasi, seperti infrastruktur jalan, lampu penerangan dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan.
“Pak wali bilang ada anggaran Rp2 miliar. Pokoknya kalau saya punya data nolnya (data mutlak yang sudah tidak dapat diubah, red) saya akan bantu perbaikan. Sehingga yang Rp2 miliar (yang ditata Pemkot Manado, red) bisa digunakan untuk infrastruktur lainnya. Makanya saya minta data nol, supaya bisa dipertanggungjawabkan,” kata Mensos.
Bantuan Kemensos RI ini siap ditindaklanjuti Pemkot Manado dengan penyiapkan data yang dimintai Mensos Tri Rismaharini.
Wali Kota Manado Andrei Angouw mengatakan, kompleks rumah relokasi di Kelurahan Pandu merupakan salah satu solusi untuk meminimalisir dampak banjir.
Sebanyak 2000-an unit rumah disiapkan bagi masyarakat yang masih tinggal di bantaran sungai.
Sayangnya, hingga akhir 2022, baru 500 unit yang terisi.
“Pertama kita akan membuat yang di Pandu itu layak sehingga masyarakat yang tinggal di bantaran sungai bisa pindah ke sana. Karena banjir ini kan sering terulang. Saya minta masyarakat jangan kembali lagi ke bantaran sungai,” ujar Andrei Angouw.
Ia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial yang siap membantu proses perbaikan di kompleks rumah relokasi.
“Ibu menteri akan bantu sehingga anggaran Rp2 miliar yang ditata Pemkot Manado itu bisa dibuat infrastruktur seperti jalan. Pemkot Manado juga sudah mensubsidi angkutan umum sehingga sudah ada damri yang melayani rute ke sana sehingga kami harap masyarakat bisa tinggal disana,” tambah Andrei.
Lantas, kapan batas akhir proses relokasi masyarakat, Wali Kota Andrei Angouw mengatakan masih akan dilakukan secara bertahap.
“Kita akan tegas pasti ya. tapi kami harus carikan solusi. Yang kita akan kebut yaitu yang di bantaran di Mahawu agar pindah ke Pandu. Kita juga akan perbaiki fasilitas yang ada di Pandu agar layak dan masyarakat yang tinggal di bantaran-bantaran sungai agar pindah ke sana,” tutup Andrei Angouw.
(***/Finda Muhtar)