Bitung – Ini tanda awas bagi pengunjung TWA Tangkoko Kelurahan Batuputih Atas Kecamatan Ranowulu agar tak meninggalkan sampah apapun saat berkunjung.
Pasalnya, sampah yang ditinggalkan berpotensi jadi konsumsi satwa edemik di kawasan itu, terutama satwa Macaca nigra atau dikenal dengan bahasa lokal, Yaki.
Seperti salah satu foto yang diabadikan pemandu wisata di TWA Tangkoko, Ardi Morontoneng akhir tahun 2017 lalu yang memperlihatkan Yaki sementara memegang kemasan minuman ringan diduga sampah pengunjung yang ditinggalkan.
Dari penelusuran, sampah yang dipegang Yaki itu adalah sisa-sisa kegiatan Kemah Konservasi yang digelar di lokasi Camping Ground tanggal 14 hingga 15 Desember 2017.
Menurut salah satu pemandu wisata, Alfons Wodi, waktu itu usai kegiatan, sampah-sampah sisa makanan seperti kemasan minuman ringan tak langsung diangkat.
“Akibatnya, sampah-sampah itu “didaur ulang” para kawanan Yaki yang melintas di lokasi Camping Ground,” katanya, Rabu (21/02/2018).
Alfons mengatakan, lokasi Camping Ground yang kini sudah dipaving dan menggunakan bangunan permanen adalah jalur melintas kawanan Yaki setiap hari.
“Jadi otomatis jika ada sampah yang ditinggalkan, pasti akan “disapu bersih” kawanan Yaki. Ini harus menjadi pembelajaran bagi kita semua,” katanya.
(abinenobm)
Bitung – Ini tanda awas bagi pengunjung TWA Tangkoko Kelurahan Batuputih Atas Kecamatan Ranowulu agar tak meninggalkan sampah apapun saat berkunjung.
Pasalnya, sampah yang ditinggalkan berpotensi jadi konsumsi satwa edemik di kawasan itu, terutama satwa Macaca nigra atau dikenal dengan bahasa lokal, Yaki.
Seperti salah satu foto yang diabadikan pemandu wisata di TWA Tangkoko, Ardi Morontoneng akhir tahun 2017 lalu yang memperlihatkan Yaki sementara memegang kemasan minuman ringan diduga sampah pengunjung yang ditinggalkan.
Dari penelusuran, sampah yang dipegang Yaki itu adalah sisa-sisa kegiatan Kemah Konservasi yang digelar di lokasi Camping Ground tanggal 14 hingga 15 Desember 2017.
Menurut salah satu pemandu wisata, Alfons Wodi, waktu itu usai kegiatan, sampah-sampah sisa makanan seperti kemasan minuman ringan tak langsung diangkat.
“Akibatnya, sampah-sampah itu “didaur ulang” para kawanan Yaki yang melintas di lokasi Camping Ground,” katanya, Rabu (21/02/2018).
Alfons mengatakan, lokasi Camping Ground yang kini sudah dipaving dan menggunakan bangunan permanen adalah jalur melintas kawanan Yaki setiap hari.
“Jadi otomatis jika ada sampah yang ditinggalkan, pasti akan “disapu bersih” kawanan Yaki. Ini harus menjadi pembelajaran bagi kita semua,” katanya.
(abinenobm)