Sangihe, BeritaManado.com — Semarak acara Hari Ulang Tahun (HUT) daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe yang ke-595 tahun.
Puncaknya gelaran Upacara Adat Tulude yang digelar pada malam Jumat (31/1/2020), sungguh memukau ribuan pasang mata yang menyaksikan langsung hajatan tahunan yang dilaksanakan di halaman depan Rumah Jabatan (Rumah Jabatan) Bupati Kepulaua Sangihe.
Prosesi adat Tulude yang dirangkaikan dengan pementasan tari-tarian, festival kuliner dan peragaan budaya khas daerah Sangihe yang mempesona.
Para tamu undangan pun terihat terpukau dengan dekorasi panggung yang kental dengan nuansa ‘Sohi’.
Suasana khidmat pada prosesi pemotongan kue adat ‘Tamo’ yang dibawakan tua-tua adat Sangihe.
Tulude kali ini warga Sangihe patut beryukur karena dihadiri jajaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yakni, Gubernur Sulut Olly Dondokambey bersama istri Rita Maya Dondokambey Tamuntuan selaku Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Sulut, Wakil Gubernur Steven Kandouw bersama dr Kartika Devi Tanos Kandouw selaku Wakil Ketua PKK Provinsi Sulut, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Sulut.
Bupati Kepulauan Sangihe ketika menyampaikan sambutannya, mengungkapkan rasa terimakasihnya yang tulus kepada Gubernur Sulut Olly Dondokambey bersama dengan seluruh rombongan tamu kehormatan yang sudah berkenan hadir memenuhi undangan hajatan terbesar di tanah Tampungang Lawo.
“Semoga kebersanaan yang terbangun pada kesempatan kali ini, akan menjadi sumber inspirasi bagi kami dalam perjuangan yang berkelanjutan, membangun masyarakat dan daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe, sebagai pengawal kedaulatan NKRI, di kawasan Utara Nusantara Tercinta,” tutur Jabes Gaghana.
Lebih lanjut Gaghana menjelaskan, penyelenggaraan upacara adat Tulude yang dilaksanakan tiap tahun, memiliki sejarah panjang bagi eksistensi daerah.
Bagi masyarakat kepulauan Sangihe, Tulude bukan sekedar menjadi kebiasaan seremonial yang digelar pada setiap akhir bulan Januari, bersamaan dengan hari ulang tahun daerah.
“Sesungguhnya, hajatan ini adalah aktualisasi dari kesadaran serta kewajiban untuk memuji dan mengucap syukur kepada Tuhan dimana didalamnya mengandung makna yang sangat mendalam dan sakral yaitu: Pertama, mensyukuri segala berkat dan anugerah Tuhan yang telah dikaruniakan disepanjang tahun yang baru berlalu. Kedua, Memohon ampun atas segala kesalahan serta semua dosa yang pernah dan telah dilakukan dalam perjalanan waktu menjalani hari-hari kehidupan disepanjang tahun yang silam. Ketiga, Menyerahkan dan memohon penyertaan dalam kelanjutan hidup dan
pengabdian di tahun yang baru, yang sedang dijalani sekarang ini,” jelas Jabes Gaghana.
Gaghana mengingatkan kepada seluruh masyarakat Sangihe, dalam momentum historis ini untuk selalu mengingat rintisan ide, gagasan dan karya pengabdian yang telah digoreskan putra-putri terbaik daerah, dari waktu ke waktu, dan dari generasi ke generasi.
“Karenanya, patutlah kita memberikan penghargaan kepada para pendahulu dan pemimpin-pemimpin sebelumnya yang telah berbuat banyak memberi arti dan makna bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat di bumi Nusa Utara, terlebih bagi daerah Kepulauan Sangihe,” pinta Gaghana.
Gaghana menambahkan, bahwa semua yang sedang dinikmati sekarang adalah kerja keras dan perjuangan para pendahulu Namun pemaknaan sejarah tidak berhenti sampai disitu, karena momentum seperti ini, mengisyaratkan sebuah makna luhur bagi semua untuk memahami, merefleksikan, dan mengimplementasikan pesan-pesan luhur dari para pendahulu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
“Dalam konteks ini, kita patut merenungkan kembali eksistensi, tugas, peranan dan tanggung jawab kita dalam proses pembangunan sambil melakukan evaluasi, introspeksi, dan koreksi tentang seberapa besar kontribusi yang telah kita berikan dalam membangun daerah ini, dan sejauh mana langkah antisipasi kita dalam merespon kecenderungan perubahan dan perkembangan yang terjadi saat ini dan yang akan datang, melalui karya dan pengabdian kita bagi kemajuan bangsa dan negara,” jelasnya.
Tak lupa pada kesempatan tersebut, Bupati Gaghana mengajak seluruh lapisan masyarakat kepulauan Sangihe untuk tetap melestarikan budaya sebagai warisan nenek moyang.
“Oleh karena itu, sekarang ini pemerintah lebih menggalakan gerakan pelestarian budaya yang dimulai dengan terus memupuk kecintaan masyarakat Sangihe, akan budayanya sendiri, sehingga tidak akan terkikis dengan pengaruh modernisasi di masa kini dan masa yang akan datang, dan akan terus dikembangkan pengelolaanya demi peningkatan daya tariknya sebagai salah satu pesona wisata Sangihe,” tandas Gaghana
Gelaran Tulude terus berlangsung hingga diakhir kegiatan masih di meriahkan dengan penampilan dari bermacam – tarian seperti tari gunde, tari salo, tari alabadiri, penampilan grup musik bambu, serta masamper dan empat wayer.
(***/Erick Sahabat)