Bitung – Sejumlah pohon yang berusia puluhan tahun dirobohkan menggunakan alat berat di hutan adat Donowudu, Sabtu (22/12/2018).
Dari informasi, aksi merobohkan puluhan pohon yang selama ini telah menjaga sumber mata air Aerujang untuk pembangunan jalan tol Manado-Bitung.
Selain merobohkan pohon, dari pantaun, salah satu alat berat lainnya melakukan pematangan lahan setelah alat berat yang satunya berhasil merobohkan pohon-pohon yang tingginya puluhan meter.
“Masyarakat adat Donowudu sudah mendukung proses pembangunan tol dan sudah tidak ada masalah,” kata perwakilan masyarakat adat Danowudu, Piet Manusama.
Walaupun kata Piet, awalnya ada beberapa warga yang menyatakan menolak rencana pembangunan tol melewati hutan adat Danowudu, tapi setelah dijelaskan sudah menyetujui.
“Warga kuatir dengan mata air Aerujang akan terganggu tapi setelah melihat gambar, semua tidak mempermasalahkan lagi,” katanya.
Sementara itu, Kapolres Bitung, AKBP Stefanus Michael Tamuntuan SIK MSi yang ikut memantau proses pematangan lahan mengatakan, pihaknya melakukan pengamanan land clearing pembangunan tol Manado-Bitung.
“Kami hanya sebagai tim pengamanan sekaligus pengawasan proses land clearing pembangunan tol Manado-Bitung,” kata Kapolres.
Soal adanya riak pro dan kontra tol Manado-Bitung melewati hutan adat Danowudu, Kapolres menyatakan sudah diselesaikan.
“Jadi lembaga adat dan pelaksana tol sudah bertemu serta sudah ada kesepakatan hingga menyerahkan untuk dikerjakan,” katanya.
Ditanya apakah betul ada warga yang diamankan karena bersikeras menolak proses pembangunan tol di kawasan hutan adat, Kapolres dengan tegas menyatakan tidak ada.
“Tidak ada yang diamankan, semua berjalan dengan aman dan damai,” katanya.
(abinenobm)
Bitung – Sejumlah pohon yang berusia puluhan tahun dirobohkan menggunakan alat berat di hutan adat Donowudu, Sabtu (22/12/2018).
Dari informasi, aksi merobohkan puluhan pohon yang selama ini telah menjaga sumber mata air Aerujang untuk pembangunan jalan tol Manado-Bitung.
Selain merobohkan pohon, dari pantaun, salah satu alat berat lainnya melakukan pematangan lahan setelah alat berat yang satunya berhasil merobohkan pohon-pohon yang tingginya puluhan meter.
“Masyarakat adat Donowudu sudah mendukung proses pembangunan tol dan sudah tidak ada masalah,” kata perwakilan masyarakat adat Danowudu, Piet Manusama.
Walaupun kata Piet, awalnya ada beberapa warga yang menyatakan menolak rencana pembangunan tol melewati hutan adat Danowudu, tapi setelah dijelaskan sudah menyetujui.
“Warga kuatir dengan mata air Aerujang akan terganggu tapi setelah melihat gambar, semua tidak mempermasalahkan lagi,” katanya.
Sementara itu, Kapolres Bitung, AKBP Stefanus Michael Tamuntuan SIK MSi yang ikut memantau proses pematangan lahan mengatakan, pihaknya melakukan pengamanan land clearing pembangunan tol Manado-Bitung.
“Kami hanya sebagai tim pengamanan sekaligus pengawasan proses land clearing pembangunan tol Manado-Bitung,” kata Kapolres.
Soal adanya riak pro dan kontra tol Manado-Bitung melewati hutan adat Danowudu, Kapolres menyatakan sudah diselesaikan.
“Jadi lembaga adat dan pelaksana tol sudah bertemu serta sudah ada kesepakatan hingga menyerahkan untuk dikerjakan,” katanya.
Ditanya apakah betul ada warga yang diamankan karena bersikeras menolak proses pembangunan tol di kawasan hutan adat, Kapolres dengan tegas menyatakan tidak ada.
“Tidak ada yang diamankan, semua berjalan dengan aman dan damai,” katanya.
(abinenobm)