Manado, BeritaManado.com — Baru-baru ini, pernyataan Wakil Ketua PDIP Sulut, Steven Kandouw, tentang Calon Presiden Prabowo menciptakan gelombang kontroversi di kalangan masyarakat Sulut.
Namun, apa yang terjadi keesokan harinya, membuat publik semakin terperangah. Kandouw, yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Sulut, bertemu dengan Ketua Gerindra Sulut, Conny Rumondor.
Langkah ini tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mencuri hati pakar ilmu politik dari Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Prof Dr Weily Areros Msi.
“Saya melihat di balik peristiwa ini, Steven Kandouw telah memperlihatkan sikap kenegarawanannya,” ujar Prof. Welly, sapaan akrab Guru Besar Unsrat, kepada wartawan di Manado.
Menurut Prof Welly, apa yang dilakukan Kandouw layak dicermati. Pasalnya, sehari sebelumnya, Kandouw memberikan penegasan tentang Capres Prabowo yang dikaitkan dengan eksistensi Prabowo sebagai orang Langowan. Dan keesokan harinya, setelah pernyataan tersebut menuai kontroversi, Kandouw secara legowo menemui langsung Ketua Gerindra Sulut, Conny Rumondor.
“Tidak gampang melakukan ini. Mendatangi Ibu Conny dan secara terbuka minta maaf kalau pernyataannya melahirkan kontroversi,” kata Prof. Welly sembari menambahkan, tak semua tokoh atau pemimpin Sulut bisa dan pernah melakukan hal serupa.
Menurut Prof. Welly, intinya bukan tentang takut atau tidak. Melainkan bagaimana Kandouw mengutamakan stabilitas persatuan dan kesatuan daerah, yang ia sadari sebagai prioritas utama.
Sebagai individu, Kandouw memiliki dua genre kepentingan dalam dirinya. Pertama, sebagai kader PDIP dan Wakil Ketua Provinsi, di mana ia harus mengedepankan hal ini sekaligus meluruskan opini yang dianggapnya benar dari sudut pandang partainya. Dalam konteks ini, Kandouw tidak segan untuk bicara terbuka.
“Termasuk misalnya kata Steven, patung Schwartz itu dibiayai Pak Olly Dondokambey selaku Ketua PDIP Sulut,” ungkap Prof. Welly.
Sebelum pecah kongsi, Prabowo sebagai Capres berseberangan dengan PDIP. Namun, Prabowo, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan, memiliki hubungan baik dengan Pak Olly, jelas Prof. Welly.
“Nah, dalam konteks kader dan pimpinan PDIP, Steven berani melakukan itu. Meluruskan opini yang ada. Karena tak semua kader berani bicara sebenarnya,” tambah Prof. Welly.
Namun, setelah terjadi kontroversi, bahkan ketika pernyataannya terkesan disalahpahami, Steven Kandouw dengan hati terbuka datang menemui Ibu Conny Rumondor.
“Ini negarawan. Dia bisa membedakan kepentingan partai yang diemban dan kepentingan yang lebih besar, yaitu, persatuan dan kesatuan,” tegas Areros.
(***/Jhonli Kaletuang)