Manado, BeritaManado.com – Demi memutus rantai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), Pemerintah Daerah Sulawesi Utara (Sulut) melakukan beberapa upaya.
Salah satunya penerapan physical distancing sejak 16 Maret 2020, dimana seluruh sekolah dan perkantoran wajib melakukan aktivitas dari rumah, serta wajib menjaga jarak fisik antara satu dengan lainnya.
Namun penerapan ini terlihat belum efektif di tengah masyarakat Sulawesi Utara khususnya di Kota Manado.
Melihat hal tersebut, sosiolog Drs Jefry Paat MSi kepada BeritaManado.com menyampaikan orang Manado yang sebagian besar berasal dari suku Minahasa masih terikat budaya barat.
“Sebenarnya orang Manado masih terbawa dengan peninggalan penjajah dulu Belanda, Inggris yaitu perilaku yang selalu ingin bebas. Orang Manado itu susah diatur sebenarnya. Jadi karena dia ingin kebebasan dia mau melakukan sesuatu yang menurut dia, tapi dia itu taat terhadap aturan,” ujar Jefry Paat, Kamis (2/4/2020).
Jefry Paat menambahkan, orang Manado memiliki karakter keras namun tetap ada keinginan melakukan sesuatu berdasarkan perintah.
“Jadi ketaatan masyarakat Manado memang jelas nampak ketika dia mau melakukan sesuatu yang memang betul-betul masuk di dalam logika berpikir,” ujar Jefry Paat.
Dia juga mengatakan sejak dulu masyarakat Minahasa sudah ada ajaran belanda dan Jepang yang masih bertahan terkait kesehatan diri sendiri.
“Kita waktu kecil kalau makan harus cuci tangan, itu peninggalan Belanda dan Jepang yang terputus di beberapa generasi. Jadi kehidupan bersih itu sudah di ajarkan, keadaan sekarang mengingatkan kembali untuk hidup bersih,” ujarnya.
Lain lagi, kebiasaan orang Manado yang senang dengan kegiatan yang bersifat gembira seperti dansa, membuat tidak cocok dengan penerapan sosial distancing.
“Tapi karena ini untuk kesehatan maka otomatis akan diikuti, karena ada sifat patuh dan taat itu. Jadi baiknya pemerintah memang harus menyampaikan himbauan secara persuasif kepada masyarakat. Akan timbul dalam dirinya sendiri bahwa ini bahaya, karena akan masuk pada logika berpikirnya. Jadi kalau dia merasa benar dia akan menerima itu, bahkan dia akan lebih patuh dari sebelumnya,” tambahnya seraya mendukung langkah pemerintah untuk mengkarantina siapa saja yang akan masuk ke Manado.
Terkait apabila diterapkannya lockdown, Jefry memperkirakan tidak akan ada gejolak ditengah masyarakat sampai membuat kerusuhan.
“Antisipasi masalah sosial ekonomi juga sudah dilakukan oleh pemerintah, ada perhatian yang dilakukan sekarang, sehingga masyarakat tidak akan sampai brutal, dan memang orang minahsa tidak sampai begitu,” ujarnya.
Dia juga menambahkan, bahwa orang Minahasa itu tidak pernah kekurangan makanan
“Puji Tuhan sampai saat ini orang Minahasa itu tidak pernah kekurangan makanan, di kobong biar cuma di bedeng ada, dan semua di makan. Dan juga syukur kita masih tetap pegang itu slogan torang samua basudara, masih ada slogan yang mengikat seperti itu,” tandasnya.
(DedyDagomes)