Bitung – Pemkot Bitung kembali menerima penghargaan Adipura ke-14 kali untuk kategori kota sedang, Senin (14/01/2019).
Namun pengharagaan itu munuai kiritik dari aktivis buruh Kota Bitung, Rocky Oroh yang menganggap penghargaan Adipura tak patut lagi dibanggakan.
Pasalnya menurut dia, raihan penghargaan Adipura tidak relevan lagi dengan kenyataan sebenarnya di Kota Bitung, terutama para petugas kebersihan.
“Adipura Bitung simbol eksploitasi hak rakyat dan penghamburan uang rakyat. Puluhan buruh kebersihan dibayar jauh dari pada Upah Minimum. Apakah kita harus bangga ? Sedangkan jaminan kebersihan itu merupakan kewajiban,” kata Rocky.
Apalagi kata dia, hampir semua daerah di Indonesia menerima penghargaan Adipura.
“Bukan sesuatu hal yang istimewa untuk dijadikan alasan untuk menindas. Hanya penindas yang berani melakukan ini,” katanya.
Ditambah lagi kata dia, masyarakat sudah empati dengan raihan itu dikarenakan hanya terkesan mengejar sebuah penghargaan semata.
“Kota Bitung nanti benar-benar bersih saat penilaian Adipura. ASN dikerahkan untuk “berjaga-jaga” di lokus penilaian dan masyarakat terus dipertontonkan hal seperti itu setiap tahun,” katanya.
Rocky berharap, pengahargaan Adipura bisa seperti saat pemerintahan Alm Hanny Sondakh yang semua elemen masyarakat tergerak untuk menjaga kebersihan wilayah masing-masing.
“Harus dievaluasi, apa penghargaan Adipura masih perlu atau tidak, jangan sampai hanya membebani APBD karena setahu saya ada alokasi khusus anggaran untuk Adipura yang jumlahnya ratusan juta untuk penilaian,” katanya.
(abinenobm)