Sangihe, BeritaManado.com — Saat ini, dimasa pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik luring (Offline) ataupun daring (Online) menjadi opsi untuk kebelanjutan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bagi para pendidik maupun peserta didik.
Di Kabupaten Kepulauan Sangihe sendiri bukannya tidak ada masalah, khususnya untuk proses belajar daring.
Buruknya layanan jaringan internet di daerah ini menjadi kendala hingga menyulitkan proses pembelajaran daring itu sendiri
Seperti yang dialami SMA Negeri 1 Tamako, jaringan internet yang buruk selalu menjadi kendala dalam proses belajar daring
Kepala SMA Negeri 1 Tamako, Zuzzy Happy Christiani Bingku S.Pd mengatakan, pembelajaran daring menjadi kendala tersendiri di Sekolahnya karena jaringan sangatlah buruk.
“Memang jaringan internet yang ada di Sekolah maupun dirumah para siswa sangat tidak baik dan para guru harus mencari – cari tempat agar bisa mendapat jaringan dan begitu juga para siswa,” Jelas Zuzzy kepada awak media.
Kamis, (5/11/2020)
Menurut Zuzzy, para siswa juga untuk mencari jaringan ada yang ke gunung maupun pantai.
“Khusus disekolah kami sangatlah membutuhkan WI-Fi internet untuk perkuat jaringan agar para guru bisa mengajar daring dengan lancar,” sambungnya
Saat ini Kata Zuzzy pembelajaran luring ada 70 persen dan 30 persen pembelajaran daring dengan total Siswa ada 343 orang.
“Penerapan protokol kesehatan wajib dilakukan para guru dan siswa saat proses pembelajaran luring guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” kata Zuzzy.
“Proses belajar daring dan luring tetap terkontrol dan para Wali kelas bersama guru bidang study terus melaporkan proses belajarnya pada saya sebagai Kepsek setiap hari Senin sesudah ibadah bersama di Sekolah,” ungkap Zuzzy.
Sementara melalui Wakil Kesiswaan yang juga Guru Bahasa Jerman, Geutruida Y Matantu S.Pd menyampaikan, pembelajaran luring dibagi 17 tempat atau lokasi. Ada 10 sampai 20 siswa setiap lokasi.
“Para guru turun langsung untuk pembagian tugas kepada siswa dan dimulai jam 8 pagi hingga jam 4 sore,”ungkap Geutruida.
Kata Geutruida, materi diberikan pada siswa setelah itu 4 sampai 5 hari kemudian tugas mereka diambil guru kembali untuk diperiksa.
“Khusus pembelajaran daring kami menghadapi kendala jaringan internet, dimana jaringan sangatlah buruk baik di Sekolah maupun dirumah para siswa, karena proses pembelajaran daring materi para guru dikirim digroup Whatsapp (WA),” tandasnya
(Erick Sahabat)