Langowan, BeritaManado.com — Fenomena Gerhana Bulan bagi anak-anak era 1980-an merpakan bagian tak terpisahkan dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Setiap kali menjelang terjadinya Gerhana Bulan, beberapa hari sebelumnya guru pasti telah memberikan tugas rumah kepada anak-anak untuk melakukan pengematan.
Namun kali ini, bukan soal pelajaran yang akan dibahas, namun lebih dari sudut pandang lain yang memunculkan kesan unik.
Pada periode tahun 2015 hingga 2022, menurut catatan BeritaManado.com sudah terjadi lima kali Gerhana Bulan, baik sebagian maupun total.
Menariknya sekaligus sebuah keunikan, bahwa empat Gerhana Bulan terdahulu terjadi pada hari Rabu dan Sabtu.
Sabtu (4/4/2015), terjadi Gerhana Bulan Sebagian tepat pada saat umat Katolik dunia merayakan Malam Paskah atau Vigili Paskah.
Kemudian tiga tahun berselang, pada Rabu (31/1/20218), terjadi lagi Gerhana Bulan yang dikenal dengan nama “Super Blue Blood Moon”.
Masih pada tahun yang sama, pada Sabtu (28/7/2018) juga terjadi fenomena Gerhana Bulan Total dan hal itu bisa dilihat dengan mata manusia tanpa menggunakan kacamata khusus.
Rabu (26/5/2021) Gerhana Bulan Total pun terjadi dan sempat menyita perhatian sejumlah warga yang mengetahuinya, sehingga juga turut melakukan pengamatan langsung.
Yang terkini, Selasa (8/11/2022) malam, terjadi lagi Gerhana Bulan Total, dimana penampakan wujud bulan nyaris tidak disadari warga.
Gerhana Bulan Total terakhir ini terjadi menjelang akhir tahun, dimana sebagian besar masyarakat mulai memperpsiapkan diri untuk menyambut Natal dan Tahun Baru.
Mengenai fenomena Gerhana Bulan ini, memang ada cukup banyak pandangan, tak terkecuali yang berhubungan dengan mitos di dihakini turutn temurun oleh kelompok masyarakat tertentu.
Terlepas dari apakah ada unsur mitos atau sebaliknya, satu hal yang pasti menurut sejumlah warga Langowan yang sempat menyaksikan fenomena Gerhana Bulan, bahwa semua yang terjadi di alam semesta adalah atas kehendak dan seijin Tuhan Sang Pencipta langit dan bumi.
Ditambahkannya, justeru dengan adanya tanda-tanda ala mini, manusia siapapun dia dadn dari latar belakang aga manapun, seharusnya dapat lebih bijaksana menyikapinya, karena semua bisa daja memberi pesan bahwa Tuhan adalah pribadi yang memiliki kekuasaan untuk melakukan apapun di alam semesta.
“Kejadian seperti Gerhana Bulan ini di sisi lain juga kiranya dapat membuat manusia semakin menyadari dengan kemahakuasaan Tuhan. Dengan demikian kita semua dapat hidup semakin rendah hati dihadapan Tuhan dan juga sesama.
(Frangki Wullur)