Lolak – Keluhan para petani kelapa olahan (kopra) soal harga jual yang rendah dibanding biaya pengolahan, ditanggapi berbagai pihak. Salah satunya, mantan staf khusus walikota Kotamobagu Drs Darmo Paputungan.
Dirinya mengatakan banyak faktor yang membuat harga kelapa olahan (kopra) menjadi rendah, dan salah satu alasannya adalah fasilitas serta sarana dan prasarana pelabuhan di Bolmong Raya (BMR) yang kurang memadai.
“Keterbatasan sarana dan prasarana dan perlu adanya penambahan fasilitas untuk kegiatan bongkar muat barang masuk dan keluar di pelabuhan yang ada seperti di labuan uki (Lolak), bisa menjadi salah satu solusi mensejahterakan petani,” ujarnya kepada Media, Kamis (10/10).
Mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) era Bolmong Bersatu ini, menambahkan bahwa salah satu penyebab harga jual rendah karena daya beli kurang, serta adanya sistem kartel, monopoli, juga konglomerasi di sektor usaha.
“Akibatnya posisi tawar petani rendah sehingga tidak punya pilihan lain, selain menjual kopra dengan harga yang murah kepada sejumlah pabrikan minyak kelapa yang ada di Bitung, Manado,dan Minsel,” ujarnya.
Dirinya menilai beberapa pabrikan ini, terkelompok dalam satu kartel atau konglomerasi.
“Jadi pemerintah kabupaten (Pemkab) Bolmong juga, perlu membuat kebijakan untuk turut intervensi soal pasar persaingan tidak sempurna semacam ini,” tambahnya.
Dirinya menambahkan, bahwa dengan adanya pelabuhan yang memadai, maka teori ‘goods follow the ships’ atau barang mengikuti kapal akan terwujud, artinya permintaan terhadap komoditas akan naik untuk diekspor ke luar provinsi hingga ke luar negeri, sehingga harga jual bagus dan omset petani bisa bertambah.
“Dengan begitu maka kesejahteraan petani bisa meningkat,” tutupnya. (Fzp)