
Pastor Piet Mogi MSC bersama keluarga dan umat usai perayaan ekaristi di Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen
Tomohon, BeritaManado.com — Keluarga besar Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) Provinsi Indonesia dan umat Katolik Paroki St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen pantas berbangga.
Minggu (12/1/2025) kemarin, digelar perayaan syukur 50 tahun tahbisan imamat (18 Desember 1975 – 18 Desember 2024) Pastor Piet Mogi di Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen.
Informasi yang diperoleh, Pastor Piet Mogi MSC adalah putra pertama adal Paroki St. Fransiskus Xaverius Kakaskasen yang menjadi imam dan hingga saat ini sudah 13 imam yang ditahbiskan dari Kakaskasen.
Perayaan syukur tersebut dipuncaki dalam perayaan ekaristi yang dipimpin langsung oleh Pastor Piet Mogi MSC didampingi sejumlah imam dari Provinsialat MSC Provinsi Indonesia dan Pastor Paroki Noldy Karamoy Pr.
Pastor Johanis Mangkey MSH dalam homili, menyampaikan jejak sejarah panggilan dan pelayanan Pastor Piet Mogi MSC dalam rentang waktu 50 tahun.
Ungkapan pertama yang disampaikan yaitu ucapan selamat kepada Pastor Piet Mogi MSC dan banyak sukacita bagi semua umat, khususnya keluarganya.
“Saya diminta Pastor Piet Mogi MSC untuk memberikan khotbah pada perayaan istimewanya ini. Terima kasih atas kepercayaan ini,” ungkap Pastor Johanis Mangkey MSC.
Sejalan dengan kalender liturgi Gereja yang merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan, yang artinya berakhirnya rangkaian perayaan Natal, maka perayaan syukur ini dilaksanakan dalam suka cita iman.
Pastor Piet Mogi MSC memilih tema perayaan syukur 50 tahun tahbisan.
“Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Ini adalah tema perayaan yang dipilih beliau. Ia mengalami betapa besar kasih dan kesetiaan Tuhan dalam hidupnya sehingga Tuhan memanggil dan memilih dia menjadi imam-Nya dan pelayan umat melalui segala suka dukanya. Suatu perayaan syukur tentang anugerah luar biasa besar yaitu imamat yang dijalani selama 50 tahun,” ungkap Pastor Johanes Mangkey MSC.
Sejak masa kecil sampai menjadi imam, tidak sedikit tantangan yamg dihadapi dan diatasinya.
Sebagai seorang manusia, Pastor Piet pasti tidak mampu, tapi hanya kasih dan kesetiaan Tuhan yang memampukan dia.
“Inilah cara Tuhan berkarya dalam diri Pastor Piet Mogi dan bukan cara manusia. Ia menggunakan tantangan-tantangan agar dapat terus bertumbuh dalam iman dan cinta dan menemukan kehendak dan rencana-Nya yakni memanggil dia menjadi imam atau pelayan-Nya,” katanya.
Ia menjadi imam sesuai hati Tuhan (Yer 3:15) selama 50 tahun bukanlah mudah.
Pengalaman Pastor Piet Mogi yang dituangkan dalam Buku Kenangan 50 tahun imamat mengungkapkan cara dan rencana Tuhan membimbing hidup dan pelayanannya.
Selama 50 tahun ia “telah mengangkat piala keselamatan menyerukan nama Tuhan” (Mz 116:13) melalui kesaksian hidup dan pelayanannya sebagai Imam.
Pastor Piet Mogi telah menjadi “tanda keselamatan Tuhan bagi umat dan semua orang yang dijumpai dan dilayaninya.
Ia mulai menjadi tanda keselamatan saat ia dibaptis dan menekuni panggilannya sejak sekolah dasar sampai ditahbiskan menjadi imam bersama beberapa rekannya.
Lalu sebagai imam ia melayani umat di keuskupan Amboina (Ternate), Manado (Sulawesi Utara) dan Jakarta.
Ia menjadi tanda keselamatan ketika ia hidup sebagai imam yang rajin, tekun, sederhana dan berkomitmen.
Pengalaman sebagai imam muda di Sulawesi Tengah tertuang dalam catatan Buku Kenangan halaman 27-28 dan 18-19.
Ia menjadi tanda keselamatan dengan tidak hanya menjadi pastor paroki tetapi juga selalu rela melayani orang sakit, orang mati serta membantu orang yang datang meminta pertolongan dan sebagainya.
Ia menjadi tanda keselamatan ketika ia hadir dengan kepribadian, senyum dan candanya, bahkan ketika ia sharing tentang pergumulan, kesusahan dan tantangan hidup dan pelayanan.
Ia menginginkan ada anak-anak yang ikut jejaknya menjadi imam.
Ia tidak hanya menjadi kebanggaan dan kegembiraan keluarga (hal. 36) tetapi seluruh Gereja dan Tuhan sendiri.
Melihat semua pengalamannya itu, pantaslah unat merayakan 50 tahun tahbisan imamatnya.
“Bersama dengan P. Piet marilah kita menjadi tanda keselamatan dan berkat bagi banyak orang. Ia mengajak kita untuk berefleksi sejauh mana kita telah menjadi tanda keselamatan dan berkat bagi banyak orang,” tandasnya.
(Frangki Wullur)