Manado, BeritaManado.com — Haru dan menginspirasi, itulah sepenggal kisah perjuangan Dr. Greity Ingrit Giroth MKes, DK dalam perjuangannya berhadapan dengan ‘keganasan’ Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sejak awal Maret 2020 lalu.
Dihubungi BeritaManado.com, Selasa (14/4/2020), Dokter perempuan asal Langowan ini berkenan meluangkan waktu berbagi pengalaman selama bergabung dengan Tim Penanggulangan dan Pencegahan COVID-19 Pemprov Sulut.
Menurut dr. Inggrit sapaan akrabnya, saat pertama kali mengetahui ada satu orang terkonfirmasi positif COVID-19, dirinya mengaku sempat menangis.
“Saya menangis bukan karena takut menghadapi kenyataan ini. Sebagai seorang dokter, saya harus siap dalam situasi suka ataupun tidak suka. Ada reward ataupun tidak, bersama dengan rekan seprofesi, saya harus siap berperang melawan COVID-19 ini, sementara di sisi lain saya juga punya kekuarga,” tuturnya.
Ditambahkannya, naluri dan sumpah profesi sebagai seorang dokter yang keseharian melayani masyarakat di bidang keaehatan mendorongnya bersama tim lain yang terdiri dari perawat, sopir ambulance dan tenaga kesehatan lainnya untuk bersatu melawan musuh yang tidak kelihatan itu.
Disaat jedah sedikit waktu beristirahat dari kesibukan melayani warga khususnya mereka yang masuk kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP), dr. Inggrid juga kembali dihinngapi rasa sedih karena mengingat rekan seprofesi di luar daerah gugur saat menjalankan tugas pelayanan.
“Kesedihan makin bertambah manakala melihat masih banyak orang berkerumun, mongkrong atau menggelar pesta yang melibatkan banyak orang. Padahal perang terhadap virus ini cuma akan berakhir kalau semua taat anjuran pemerintah dengan tinggal dirumah saja,” ungkapnya.
Perasaan seperti itu tambah rumit saat adanya penolakan atas rencana pemerintah memfasilitasi pengadaan Rumah Singgah bagi warga Manado yang baru datang dari luar daerah.
“Ada pihak-pihak tertentu yang mencoba menghalangi beroperasinya Rumah Sunggah ini. Padahal fasilitas ini diperuntukkan bagi warga yang bukan pasien, melainkan mereka yang berstatus ODP.
Mengenai rasa dukanya, dari sudut pandang keluarga, dimana sebagai ibu rumah tangga terpaksa dirinya harus melakukan berbagai aktivitas sendiri.
“Entah kapan wabah ini akan berhenti, namun saya berharap masyarakat Sulut mendukung kami. Tidak perlu dengan bantuan logistik, namun cukup tinggal di rumah saja untuk sementara waktu sambil mengikuti apa anjuran pemerintah, itu sudah cukup. Doakan perjuangan kami,” kata dr. Inggrit.
(Frangki Wullur)