Kawangkoan, BeritaManado.com — Momentum peringatan HUT ke-77 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2022 ini kembali membawa ingatan para pecinta sejarah ke masa lalu, khususnya 17 Agustus 1945, dimana kemerdekaan diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
Momentum bersejarah tersebut berhasil diabadikan oleh dua insan Tou Kawangkoan Alex Impurung Mendur dan Frans Soemarto Mendur yang saat itu bekerja sebagai wartawan foto di Indonesian Press Photo Service (IPPHOS).
Alexius Impurung Mendur lahir dari keluarga August Mendur – Mononimbar di Desa Talikuran I Kecatan Kawangkoan pada 7 November 1907.
Tahun 1923 Alex Mendur begitu ia akrab disapa bersama seorang kerabat Anton Nayoan dari Desa Tondegesan untuk merantau mencari pengalaman kerja ke Batavia (Jakarta).
Pada tahun yang sama, Alex Mendur mulai bekerja di sebuah perusahaan fotografi dan tak lama setelah itu alih profesi sebagai wartawan foto di perusahaan surat kabar “D Java Bode” antara tahun 1923 – 1935.
Adapun hasil karya Alex Mendur yang tidak terlupakan yaitu berhasil mengabadikan meletusnya Gunung Merapi tahun 1933, dimana kala itu ia menggunakan kamera merk Contessa Nettel.
Di saat Jepang masuk Batavia pada tahun 1942, semua pemuda diwajibkan untuk bergabung dengan barisan pelopor dan propaganda, termasuk salah satunya Alex Mendur yang ditunjuk sebagai kepala bagian fotografi Kantor Berita Domei.
Setelah beberapa lama bekerja di Kantor Berita Domei, Alex Mendur rupanya mulai akrab dengan Adam Malik yang saat itu merupakan Kepala Kantor Bagian Indonesia.
Saat-saat terakhir sebelum Jepang menyerah bersamaan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Alex Mendur dan sang adik Frans Soemarto Mendur ternyata sudah berada di Gedung Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.
Kakak beradik ini ternyata berhasil mengabadikan detik-detik Bung Karno dan Bung Hatta saat membacakan teks Proklamasi dengan menggunakan sebuah kamera merk Leica.
Dokumen Foto Alex dan Frans Mendur nyaris dimusnahkan oleh tentara Jepang, dimana negatif film hasil foto Alex Mendur berhasil dirampas dan dimusnahkan oleh tentara Jepang.
Beruntung, berkat kecerdikan Frans Mendur, negatif film yang berhasil mengabadikan momen bersejarah saat pendiri bangsa memproklamirkan kemerdekaan diam-diam dikuburkan di dalam tanah halaman Kantor Berita Asia Raya.
Setelah situasi dirasa aman, barulah negatif film milik Frans Mendur baru bisa dicetak dan dokumen itulah yang menjadi saksi bisu sekaligus bukti sejarah kemerdekaan Indonesia yang kala itu dijajah oleh Jepang.
Foto-foto Frans Mendur itulah yang tersebar di seantero nusantara dan dunia serta menjadi daya tarik negara-negara lain untuk memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan yang diproklamasikan oleh Ir Soekakrno dan Mohammad Hatta.
Pada waktu itu, belum ada Departemen Penerangan dan tidak ada wartawan foto lainnya yang mengabadikan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pada bagian lain, bermodalkan foto-foto gerakan menyongsong kemerdekaan dan perangkat peralatan fotografi, tanggal 2 Oktober 1946, Alex Mendur, Frans Mendur, Jus Umbas mendirikan Kantor Berita Foto Indonesia Press Photo Service (IPPHOS) yang berkantor di Jl Hayam Wuruk No 30 Jakarta.
Beragam Penghargaan
Alex Mendur sendiri mendapatkan penghargaan dan tanda jasa dari Pemerintah Republik Indonesia dan pada tahun 1955 ia diangkat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Selain itu, penghargaan yang diterima Alex Mendur juga mendapatkan apresiasi dari Gubernur DKI Jakarta berpa kamera dan anggaran renovasi Kantor IPPHOS, Dirjen Pariwisata sebagai Dewan Juri Sayembara Foto Pariwisata Nasional, Ketua PWI 6 Februari 1977, Bintang Perghargaan Kelas II dari Pemerintah RI dalam rangka HUT ke-38 RI dan sederet penghargaan lainnya.
Salah satu tokoh muda Kawangkoan Stefen Supit, kepada BeritaManado.com, Selasa (16/8/2022) menuturkan bahwa apa yang sudah dilakukan Alex dan Frans Mendur pantas dikenang, terutama saat memperingati HUT Proklamasi RI.
“Tanpa bermaksud untuk supaya mendapatkan imbalan, namun apa yang sudah dilakukan Alex Mendur dan Frans Mendur selayaknya mendapat apresiasi dari siapa saja terutama Pemerintah dan gelar Pahlawan Nasional adalah sesuatu yang wajar dan tidak berlebihan untuk disematkan kepada kedua tokoh tersebut. Namun untuk menyongsong gelar pahlawan nasional, setidaknya masyarakat Kawangkoan sendiri dan Minahasa pada umumnya juga sepatutnya memberikan apresiasi dan terus menggaungkan karya dan jasa Mendur bersaudara,” tandasnya.
Ketua Komisi Pria Kaum Bapak (KPKB) Pucuk Pimpinan Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) ini mengharapkan dalam waktu tidak terlalu lama, Alex Mendur dan Frans Mendur akan mendapatkan gelar pahlawan nasional.
(Frangki Wullur)