Sudiarjo—Enam tahun sudah banjir lumpur Panas Sidoarjo atau lebih dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo menenggelamkan Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Tanggal 29 Mei 2006 tidak akan pernah terlupakan bagi warga Dusun Balongnongo dan sekitarnya karena tanggal tersebut merupakan awal semburan lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc.
Akibatnya, warga harus merelakan dan meninggalakan tanah kelahiran mereka untuk mengungsi ke tempat yang dianggap aman. Mengingat semburan lumpur panas yang belum bisa dihentikan menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
“Warga hanya bisa mengais rejeki dari kunjungan wisatawan yang penesaran melihat bencana tersebut karena jelas kini mereka telah kehilangan segalanya,” kata Nanang sopir yang mengatar Beritamanado.com berkunjung ke lokasi Lumpur Lapindo.
Nanang sendiri mengatakan, sebagian warga saat ini hanya menggantungkan hidup dari partisipasi dan biaya masuk ke bibir taggung lumpur lapindo. Dimana setiap orang yang masuk ditarik biaya Rp5000,- plus biaya parkir. Harga ini belum termasuk jika harus menyewa jasa ojek untuk berkeliling tanggul atau menuju lokasi terdekat semburan lumpur Lapindo.
“Ada juga yang menjual film tentang lumpur Lapindo dalam bentuk kepingan CD kepada pengunjung, namun sebagain warga lebih memilih untuk menawarkan jasa berkeliling tanggul dengan jasa ojek,” katanya.
Lokasi semburan lumpur ini menurut Nanang berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan di sebelah selatan.
Dan lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok Brantas.(enk)
Sudiarjo—Enam tahun sudah banjir lumpur Panas Sidoarjo atau lebih dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo menenggelamkan Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Tanggal 29 Mei 2006 tidak akan pernah terlupakan bagi warga Dusun Balongnongo dan sekitarnya karena tanggal tersebut merupakan awal semburan lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc.
Akibatnya, warga harus merelakan dan meninggalakan tanah kelahiran mereka untuk mengungsi ke tempat yang dianggap aman. Mengingat semburan lumpur panas yang belum bisa dihentikan menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
“Warga hanya bisa mengais rejeki dari kunjungan wisatawan yang penesaran melihat bencana tersebut karena jelas kini mereka telah kehilangan segalanya,” kata Nanang sopir yang mengatar Beritamanado.com berkunjung ke lokasi Lumpur Lapindo.
Nanang sendiri mengatakan, sebagian warga saat ini hanya menggantungkan hidup dari partisipasi dan biaya masuk ke bibir taggung lumpur lapindo. Dimana setiap orang yang masuk ditarik biaya Rp5000,- plus biaya parkir. Harga ini belum termasuk jika harus menyewa jasa ojek untuk berkeliling tanggul atau menuju lokasi terdekat semburan lumpur Lapindo.
“Ada juga yang menjual film tentang lumpur Lapindo dalam bentuk kepingan CD kepada pengunjung, namun sebagain warga lebih memilih untuk menawarkan jasa berkeliling tanggul dengan jasa ojek,” katanya.
Lokasi semburan lumpur ini menurut Nanang berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan di sebelah selatan.
Dan lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok Brantas.(enk)