Manado — Sejarah Pemilihan Nyong dan Noni Sulut sudah cukup panjang, yaitu sejak tahun 1973.
Oleh karena itu, produk SDM dari ajang pemilihan ini memang sudah banyak dan ada yang saat ini sudah menjadi orang-orang yang berpengaruh.
Jika di total sejak tahun 1973, maka saat ini Nyong dan Noni Sulut beranggotakan kurang lebih 500-an orang.
Hal tersebut ditegaskan oleh Nyong Sulut 1996, Stefan Obadja Voges kepada BeritaManado.com, Rabu (4/3/2020) pagi.
Stefan Voges mengatakan, jika dilihat dari mekanisme penjaringan yang mengedepankan aspek Beauty-Brain-Behavior (Kecantikan/Ketampanan-Kemampuan Intelektual-Tata Krama), maka wajar jika banyak produk output dari ajang ini yang tumbuh menjadi orang-orang hebat dan berpengaruh.
“Ini bukti nyata bahwa ajang ini bukannya tidak memiliki kontribusi terhadap pembangunan daerah sebagaimana yang dituduhkan,” tegas Stefan Voges.
Lanjutnya, justru dengan output SDM yang unggul, ajang ini terbukti memiliki kontribusi penting dalam pembangunan daerah.
Stefan pun menekankan, secara pribadi dirinya tidak setuju apabila ada yang mengatakan bahwa kegiatan ini tidak memiliki dampak signifikan dalam pembangunan daerah.
“Sebab salah satu alasan mengapa kegiatan ini bertahan selama ini, adalah karena kesadaran betapa pentingnya menciptakan SDM unggul bagi masa depan daerah secara khusus, bahkan bagi nusa dan bangsa secara umum. Pembangunan kualitas SDM adalah investasi yang tidak pernah rugi,” ujar Stefan.
Jika pemerintah menggelontorkan dana bagi ajang-ajang yang berkaitan dengan pembangunan indeks prestasi manusia, kata Stefan, maka itu bukanlah sebuah langkah sia-sia atau bahkan sesuatu yang merugikan.
Ajang seperti ini, sudah seharusnya didukung pemerintah dengan dana yang sesuai agar kualitas penyelenggaraan juga meningkat.
Sejarah juga telah membuktikan, bahwa dari tahun ketahun, ajang ini mengalami peningkatan kualitas.
Bukan hanya dari animo dan jumlah peserta, tapi juga dari penerapan mekanisme penjaringan yang semakin baik.
“Ini semua karena komitmen yang kuat dari pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan ini dengan dana yang sesuai,” kata Stefan.
Kritikan Melky Jakhin Pangemanan
Sebelumnya diberitakan, belum dilakukannya koreksi terhadap besaran anggaran dalam tubuh Ikatan Nyong-Noni Sulut (INNS) di Dinas Pariwisata Daerah (Disparda) Sulut mendapat kecaman anggota Komisi IV DPRD Sulut Melky Jakhin Pangemanan.
Sebagaimana dikatakan Melky Jakhin Pangemanan dalam RDP bersama Disparda Sulut, pembahasan lalu bersama kadis yang lama tidak terealisasi.
“Anggaran Nyong-Noni Sulut masih besar diangka 700 juta. Seharusnya dikonversi dalam kegiatan yang bisa menambah keuntungan dalam bisnis pariwisata kita. Saya minta pertanggungjawaban kegiatan tersebut,” ujar Melky Jakhin Pangemanan.
(rds/srisurya)