Manado, BeritaManado.com — Bila Surabaya dijuluki Kota Pahlawan dengan peristiwa 10 Novembernya, maka Manado layak disebut Kota Pejuang.
Mengapa?
Ya, peristiwa 14 Februari 1946 alasannya.
Sejarah mencatat, 14 Februari merupakan peristiwa perebutan kekuasaan NICA yang ditandai dengan pengibaran sang saka Merah-Putih di Tangsi Militer KNIL di Teling, Manado.
Max Wilar, Admin Kawanua Informal Meeting (KIM) menegaskan 14 Februari menjadi bagian penting dari perjalanan kemerdekaan Indonesia.
“Senafas dengan Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Harus diingat, Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949 yaitu ketika penyerahan kedaulatan ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam,” tegas Max Willar kepada BeritaManado.com, Kamis (1/7/2021).
Max menegaskan, pada peringatan peristiwa Merah-Putih 14 Februari 1946 di Istana Negara 10 Maret 1965, Bung Karno memberikan maklumat kepada rakyat Indonesia bahwa 14 Februari adalah Hari Sulawesi Utara.
“Yaitu dikenang sebagai perjuangan mendukung terbentuknya Republik Indonesia yang diproklamasikan di Jakarta 17 Agustus 1945,” terang Wilar.
Seyogianya, lanjut Wilar, menjadi harapan bersama agar kelak ada Keppres yang menetapkan 14 Februari sebagai Hari Pejuang yang bukan libur nasional sama seperti Hari Pahlawan.
Ia menambahkan, Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) terpanggil memperjuangkan hal ini, tentunya dengan merujuk pada nilai-nilai perjuangan dan kejuangan.
(Alfrits Semen)