Manado — Jumat Agung merupakan momen penting bagi umat Kristiani sebagai peringatan atas kematian Yesus Kristus yang di salib di Bukit Golgota.
Peristiwa tersebut adalah bukti Kasih Allah kepada umat manusia yang rela mengorbankan PutraNya demi menebus dosa seluruh umat manusia. Dalam FirmanNYA mengatakan Anak Manusia datang untuk memberikan nyawaNYA menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10 : 45).
Pengorbanan sejati itu juga menunjukkan ketaatan dan kesetiaan Yesus Kristus dalam menjalani banyaknya siksaan yang harus diterima hingga memberikan nyawaNYA di Kayu Salib.
Setiap tahunnya, dalam kalender hari raya besar gerejawi, peristiwa Jumat Agung selalu diperingati dengan pelaksanaan sakramen Perjamuan Kudus, dimana umat Kristen turut makan roti dan minum anggur yang melambangkan Tubuh dan Darah Yesus sebagai peringatan atas penebusan dosa.
Momen tersebut juga menjadi masa perenungan bagi umat Kristen akan teladan yang diberikan Yesus Kristus, yaitu tidak peduli sebesar apapun dosa manusia, Allah Bapa menyatakan diri lewat PutraNya Yesus Kristus untuk menganugerahkan pengampunan, pembebasan dan keselamatan.
Kasih yang tidak terbatas dari Allah ini menjadi teladan tentang bagaimana menerapkan kasih dalam kehidupan setiap hari.
Dalam Firman Tuhan bahkan dicatat, kasih menduduki posisi yang sangat penting dalam menjalani hidup yang berlandaskan iman dan pengharapan.
Allah kemudian menyatakan kuasaNya, Sang Putra Yesus Kristus bangkit pada hari ketiga yang dirayakan sebagai Hari Raya Paskah.
Kebangkitan Yesus Kristus menjadi bukti bahwa maut telah dikalahkan, dosa umat manusia telah ditebus dan ada keselamatan yang harus dikerjakan.
Paskah menjadi momen penting dalam pertumbuhan iman dimana sebagai manusia, tidak ada yang bisa dibanggakan diri sendiri karena semua adalah pemberian Tuhan.
Dalam tradisi gereja selama bertahun-tahun, Jumat Agung dan Paskah diperingati dan dimaknai dengan banyak cara.
Ada sakramen perjamuan kudus, pawai atau jalan Salib, diramaikan dengan berbagai perlombaan dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan untuk makin menumbuhkan iman jemaat dan mempererat kebersamaan serta persatuan sebagai sesama warga gereja.
Namun, di 2020 ini, umat Kristiani pun berhadapan dengan tantangan besar, saat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang telah menjadi pandemi global, membuat semua aktivitas kerohanian termasuk ibadah dan perjamuan kudus dalam rangka Jumat Agung dan Paskah harus dilaksanakan di rumah masing-masing.
Kondisi ini jelas menjadi tantangan karena selama ini, pelaksanaan sakramen, ibadah Minggu dan ibadah dalam rangka hari raya gerejawi selalu dilaksanakan di gedung gereja bersama-sama dengan keluarga besar dan saudara seiman.
Atas hal tersebut, Ketua PMS KGPM Hosana Tikala Kumaraka Gbl Narty Bastiaan STh mengatakan, sebagai orang beriman, inilah saatnya untuk meyakini bahwa Kasih Tuhan tetap sama, baik dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya bagi semua orang percaya.
Sebagai umat yang percaya agar peristiwa gerejawi ini bagi umat Kristiani untuk mengikuti keteladanan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
“Mari kita sebagai umat Kristiani memaknai Jumat Agung dan Paskah dengan tetap teguh berpegang pada iman dan pengharapan kepada Yesus Kristus. Kita juga mengamini bahwa meski ibadah dilaksanakan di rumah, tapi penyertaan Tuhan selalu ada beserta kita karena seperti tertulis dalam Alkitab, dimana satu, dua orang berkumpul dalam NamaKu, disitu Aku ada,” ujar Gbl Narty.
Dalam pelaksanaan ibadah nanti, Gbl Narty pun mengajak umat Kristiani untuk turut berdoa bagi bangsa dan negara dalam menghadapi COVID-19 agar penanganannya dapat berjalan dengan baik hingga pandemi ini dapat berlalu.
“Kita berdoa bersama, semoga pandemi COVID-19 ini cepat berlalu dan semua dapat kembali berjalan dengan normal,” katanya.
Selain itu, Gbl Narty pun mengajak jemaat untuk menjadi penyebar kabar baik dan tidak turut serta menyebar hoax.
“Mari kita jadi pembawa kabar baik ditengah kecemasan dunia saat ini. Apalagi, menyebar hoax adalah sikap tidak bertanggungjawab dan dapat ditindak pidana,” tutupnya.
(sri surya)