Manado – Acara Rembuk Nasional BR-11 dengan tema Membangun Desa Berbasis Wisata, Budaya dan Ekonomi Kreatif: Pengelolaan Pariwisata Unggul Nusantara yang dilaksanakan di Auditorium Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) dihadiri Gubernur Olly Dondokambey, Senin (25/9/2017), meninggalkan cerita tidak mengenakan.
Pasalnya, sejumlah awak media yang akan melakukan peliputan di kegiatan penting tersebut tak diizinkan masuk ke lokasi acara oleh salah-satu oknum dosen diduga panitia kegiatan.
Prof. Dr. Ir. Winda Mingkid, M.MSc., mewakili panitia plaksana diskusi Rembuk Nasional akhirnya angkat suara.
Dijelaskan Prof. Winda Mingkid, acara tersebut mendapat apresiasi dan penghargaan dari panitia pusat karena dihadiri oleh banyak tokoh termasuk Gubernur Sulut, Olly Dondokambey.
Baca: TAUFIK TUMBELAKA: Sekelas Dosen Harusnya Mengerti Tupoksi Wartawan
Selengkapnya ini penjelasan Prof. Winda Mingkid kepada redaksi BeritaManado.com, Selasa (26/9/2017).
Awalnya saya pikir tidak perlu bicara soal kejadian di Rembuknas bidang kemarin, tetapi sebagai seorang salah seorang panitia mungkin sebaiknya saya bicara sedikit saja.
Acara kemarin mendapat apresiasi dan penghargaan dari panitia pusat karena:
1. Gubernur (CEO) Sulut datang dan ikut aktif dalam diskusi.
2. Ada beberapa CEO kab/kota termasuk Wakil Bupati Toraja, Bupati Kab.Kep.Sangihe yang datang dan berpartisipasi aktif dalam diskusi.
3. Acara berjalan lancar sampai pukul 17.00 (walaupun tidak ada uang saku), 75% peserta termasuk Kadis Pariwisata Daerah Provinsi Sulut dan peserta dari Dinas Pariwisata Bolmong serta Kota Kotamobagu ikut sampai selesai.
4. Kesimpulan dan Rekomendasi siap ditindaklanjuti dan akan disampaikan pada saat Rembuknas 25 Oktober 2017 di Jakarta nanti.
Kalaupun mungkin ada riak kecil, saya pikir tidak perlu di blow up sampai sedemikian rupa sampai menjadi bahan untuk menurunkan nilai kerja panitia dimata pemerintah pusat. Atau mungkin ini memang sudah kebiasaan kita di Manado yang tidak senang melihat suatu acara sukses, kemudian dicari kelemahannya untuk di jadikan bahan untuk dikritik? Kita semua tahu tidak ada manusia yang sempurna di dunia.
Walaupun tidak melihat secara langsung kejadian kemarin (karena saya duduk di depan sebagai moderator), tetapi dari hasil percakapan dengan ketua panitia kejadiannya adalah sbb:
1. Hasil rapat panitia terakhir bahwa yang bisa masuk ruangan adalah yang membawa undangan dan/atau ada namanya dilist peserta (mungkin saja undangan lupa dibawa).
2. Bagi wartawan yang datang apabila tidak membawa undangan harus bisa menunjukkan kartu tanda pengenal pers (itu wajib, buat kita yang bukan pers semacam SIM mengemudi atau ID dosen Unsrat).
Nach, wartawan yang terkena masalah kemarin kata panitia di sie sekretariat:
1. Tidak membawa undangan
2. Tidak membawa ID pers
3. Tidak bisa menjawab nama media dimana dia bernaung.
Jadi tentu saja panitia di bagian sekretariat tidak bisa mengijinkan ybs untuk masuk. Perlu dikonfirmasi dulu dengan ketua panitia yang mungkin pada saat itu sedang berada di depan karena acara sedang berlangsung. That’s the end of the story.
Acara yang diapresiasi oleh panitia pusat (Wantimpres) karena berlangsung dengan baik justru dianggap tidak baik oleh warganya sendiri.
Masalah seperti ini bagi saya yang (mungkin) sudah cukup sering berinteraksi dengan pusat dalam berbagai kepanitiaan merasa sangat sedih dan malu.
Kalau saja teman teman wartawan bisa tahu bagaimana kerja kerasnya panitia yang sampai hari Sabtu dan Minggupun masih datang untuk gladi dan pengecekan akhir (karena acara kelas nasional panitia kerja hanya 2 minggu), mungkin tidak akan sampai terjadi hal seperti ini. Malu rasanya saya menyampaikan di forum ini kalau kepanitiaan bekerja hanya dengan hati dan kecintaan kepada daerah ini, karena there no much money involved.
Semoga kedepannya kita semua bisa sama sama bekerja supaya apa yang diinginkan untuk mewujudkan Sulut yang berintegritas dalam membangun pariwisata akan tercapai.
Tuhan memberkati kita semua. Selamat pagi dan selamat beraktivitas.
Sebelumnya diberitakan, awak media Pos Liputan Pemprov Sulut dikecewakan panitia lokal Rembuk Nasional 2017. Pasalnya, sejumlah awak media tak bisa meliput kegiatan tersebut, padahal Gubernur Sulut Olly Dondokambey menghadiri dan membuka secara resmi Rembuk Nasional 2017, Senin (25/9/2017) siang.
(***/JerryPalohoon)
Manado – Acara Rembuk Nasional BR-11 dengan tema Membangun Desa Berbasis Wisata, Budaya dan Ekonomi Kreatif: Pengelolaan Pariwisata Unggul Nusantara yang dilaksanakan di Auditorium Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) dihadiri Gubernur Olly Dondokambey, Senin (25/9/2017), meninggalkan cerita tidak mengenakan.
Pasalnya, sejumlah awak media yang akan melakukan peliputan di kegiatan penting tersebut tak diizinkan masuk ke lokasi acara oleh salah-satu oknum dosen diduga panitia kegiatan.
Prof. Dr. Ir. Winda Mingkid, M.MSc., mewakili panitia plaksana diskusi Rembuk Nasional akhirnya angkat suara.
Dijelaskan Prof. Winda Mingkid, acara tersebut mendapat apresiasi dan penghargaan dari panitia pusat karena dihadiri oleh banyak tokoh termasuk Gubernur Sulut, Olly Dondokambey.
Baca: TAUFIK TUMBELAKA: Sekelas Dosen Harusnya Mengerti Tupoksi Wartawan
Selengkapnya ini penjelasan Prof. Winda Mingkid kepada redaksi BeritaManado.com, Selasa (26/9/2017).
Awalnya saya pikir tidak perlu bicara soal kejadian di Rembuknas bidang kemarin, tetapi sebagai seorang salah seorang panitia mungkin sebaiknya saya bicara sedikit saja.
Acara kemarin mendapat apresiasi dan penghargaan dari panitia pusat karena:
1. Gubernur (CEO) Sulut datang dan ikut aktif dalam diskusi.
2. Ada beberapa CEO kab/kota termasuk Wakil Bupati Toraja, Bupati Kab.Kep.Sangihe yang datang dan berpartisipasi aktif dalam diskusi.
3. Acara berjalan lancar sampai pukul 17.00 (walaupun tidak ada uang saku), 75% peserta termasuk Kadis Pariwisata Daerah Provinsi Sulut dan peserta dari Dinas Pariwisata Bolmong serta Kota Kotamobagu ikut sampai selesai.
4. Kesimpulan dan Rekomendasi siap ditindaklanjuti dan akan disampaikan pada saat Rembuknas 25 Oktober 2017 di Jakarta nanti.
Kalaupun mungkin ada riak kecil, saya pikir tidak perlu di blow up sampai sedemikian rupa sampai menjadi bahan untuk menurunkan nilai kerja panitia dimata pemerintah pusat. Atau mungkin ini memang sudah kebiasaan kita di Manado yang tidak senang melihat suatu acara sukses, kemudian dicari kelemahannya untuk di jadikan bahan untuk dikritik? Kita semua tahu tidak ada manusia yang sempurna di dunia.
Walaupun tidak melihat secara langsung kejadian kemarin (karena saya duduk di depan sebagai moderator), tetapi dari hasil percakapan dengan ketua panitia kejadiannya adalah sbb:
1. Hasil rapat panitia terakhir bahwa yang bisa masuk ruangan adalah yang membawa undangan dan/atau ada namanya dilist peserta (mungkin saja undangan lupa dibawa).
2. Bagi wartawan yang datang apabila tidak membawa undangan harus bisa menunjukkan kartu tanda pengenal pers (itu wajib, buat kita yang bukan pers semacam SIM mengemudi atau ID dosen Unsrat).
Nach, wartawan yang terkena masalah kemarin kata panitia di sie sekretariat:
1. Tidak membawa undangan
2. Tidak membawa ID pers
3. Tidak bisa menjawab nama media dimana dia bernaung.
Jadi tentu saja panitia di bagian sekretariat tidak bisa mengijinkan ybs untuk masuk. Perlu dikonfirmasi dulu dengan ketua panitia yang mungkin pada saat itu sedang berada di depan karena acara sedang berlangsung. That’s the end of the story.
Acara yang diapresiasi oleh panitia pusat (Wantimpres) karena berlangsung dengan baik justru dianggap tidak baik oleh warganya sendiri.
Masalah seperti ini bagi saya yang (mungkin) sudah cukup sering berinteraksi dengan pusat dalam berbagai kepanitiaan merasa sangat sedih dan malu.
Kalau saja teman teman wartawan bisa tahu bagaimana kerja kerasnya panitia yang sampai hari Sabtu dan Minggupun masih datang untuk gladi dan pengecekan akhir (karena acara kelas nasional panitia kerja hanya 2 minggu), mungkin tidak akan sampai terjadi hal seperti ini. Malu rasanya saya menyampaikan di forum ini kalau kepanitiaan bekerja hanya dengan hati dan kecintaan kepada daerah ini, karena there no much money involved.
Semoga kedepannya kita semua bisa sama sama bekerja supaya apa yang diinginkan untuk mewujudkan Sulut yang berintegritas dalam membangun pariwisata akan tercapai.
Tuhan memberkati kita semua. Selamat pagi dan selamat beraktivitas.
Sebelumnya diberitakan, awak media Pos Liputan Pemprov Sulut dikecewakan panitia lokal Rembuk Nasional 2017. Pasalnya, sejumlah awak media tak bisa meliput kegiatan tersebut, padahal Gubernur Sulut Olly Dondokambey menghadiri dan membuka secara resmi Rembuk Nasional 2017, Senin (25/9/2017) siang.
(***/JerryPalohoon)