Manado – Melestarikan lingkungan hidup termasuk menjaga agar danau Tondano terhindar dari kepunahan menjadi tugas pemerintah. Berbagai upaya dilakukan pemerintah provinsi Sulawesi Utara mengatasi penyebaran tanaman enceng gondok yang mengganggu kelestarian danau Tondano.
Namun usaha Pemprov Sulut mengatasi enceng gondok menggunakan alat canggih yang berharga hingga miliaran rupiah mendapat kritik dari Wakil Ketua DPRD Sulut, Stefanus Vreeke Runtu, seperti terangkat pada rapat pembahasan KUA-PPAS perubahan APBD tahun 2017 antara Banggar DPRD bersama TAPD Pemprov Sulut, Rabu (9/8/2017).
“Pada dasarnya kami mendukung usaha pemerintah provinsi mengendalikan enceng gondok di danau Tondano, namun anggaran sepuluh miliar kalau hanya di pakai membeli mesin pengangkat enceng gondok menurut saya tidak cocok,” jelas Stefanus Vreeke Runtu pada rapat yang dipimpin Ketua DPRD Sulut, Andrei Angouw, dan dihadiri jajaran TAPD yang dipimpin Sekprov Edwin Silangen.
Lanjut mantan Bupati Minahasa 2 periode ini, mengangkat enceng gondok lebih efektif jika memaksimalkan tenaga manusia, sekaligus memberi lapangan pekerjaan kepada masyarakat Minahasa terutama warga sekitar danau Tondano.
“Mengangkat enceng gondok lebih efektif dilakukan masyarakat, membayar mereka secara tidak langsung sudah memberikan lapangan pekerjaan karena biaya mengangkat dan memindahkan itu memang besar,” terang Vreeke Runtu. (JerryPalohoon)
Manado – Melestarikan lingkungan hidup termasuk menjaga agar danau Tondano terhindar dari kepunahan menjadi tugas pemerintah. Berbagai upaya dilakukan pemerintah provinsi Sulawesi Utara mengatasi penyebaran tanaman enceng gondok yang mengganggu kelestarian danau Tondano.
Namun usaha Pemprov Sulut mengatasi enceng gondok menggunakan alat canggih yang berharga hingga miliaran rupiah mendapat kritik dari Wakil Ketua DPRD Sulut, Stefanus Vreeke Runtu, seperti terangkat pada rapat pembahasan KUA-PPAS perubahan APBD tahun 2017 antara Banggar DPRD bersama TAPD Pemprov Sulut, Rabu (9/8/2017).
“Pada dasarnya kami mendukung usaha pemerintah provinsi mengendalikan enceng gondok di danau Tondano, namun anggaran sepuluh miliar kalau hanya di pakai membeli mesin pengangkat enceng gondok menurut saya tidak cocok,” jelas Stefanus Vreeke Runtu pada rapat yang dipimpin Ketua DPRD Sulut, Andrei Angouw, dan dihadiri jajaran TAPD yang dipimpin Sekprov Edwin Silangen.
Lanjut mantan Bupati Minahasa 2 periode ini, mengangkat enceng gondok lebih efektif jika memaksimalkan tenaga manusia, sekaligus memberi lapangan pekerjaan kepada masyarakat Minahasa terutama warga sekitar danau Tondano.
“Mengangkat enceng gondok lebih efektif dilakukan masyarakat, membayar mereka secara tidak langsung sudah memberikan lapangan pekerjaan karena biaya mengangkat dan memindahkan itu memang besar,” terang Vreeke Runtu. (JerryPalohoon)